Dr. Bernard Grad dari Mcgill University di Montreal melakukan suatu percobaan dengan susah payah yaitu jika seseorang penyembuh jasmani memegang sebotol air yang tertutup rapat dan air ini disiramkan ke bibit jelai maka akan tampak menyolok bahwa bibit-bibit tersebut tumbuh melebihi yang lain. Ini merupakan fakta yang mengejutkan karena jika pasien penyakit jiwa atau syaraf memegang sebotol air lalu menyiramkan ke bibit maka pertumbuhannya menjadi terganggu.
Kesimpulan Dr. Grad adalah ada suatu faktor X atau energi yang mengalir dari badan manusia yang mampu mempengaruhi pertumbuhan tanaman atau binatang. Keadaan batin manusia mempengaruhi dirinya. ‘Energi’ yang belum diakui tersebut mempunyai dampak luas bagi Ilmu Pengobatan, dari sifat-sifat penyembuhan sampai pada percobaan laboratorium, kata Dr. Grad.
Sebagaimana ditemukan olehnya bahwa batin mampu mempengaruhi benda, maka tidak sulit untuk menyimpulkan bahwa batinpun mampu mempengaruhi batin.
Jasmani kita bisa berada dalam kesehatan yang amat baik, namun batin sakit, digerogoti oleh penyakit yang berupa lobha, dosa dan moha serta berbagai pesona yang menyesatkan. Sebagian besar penyakit manusia berasal dari batinnya. Batin tidak saja menjadi penyebab penyakit melainkan juga menyembuhkannya. Pasien yang optimis lebih banyak mempunyai harapan sembuh daripada pasien yang pesimis. Catatan keyakinan pada penyembuhan menunjukan bahwa cara inilah yang menyembuhkan penyakit organis secara mendadak.
Batin amat peka dan merupakan gejala yang ruwet sehingga tidaklah mungkin kita temukan dua orang yang sama batinnya. Pikiran manusia diterjemahkan melalui kata dan perbuatan. Pengulangan kata-kata dan perbuatan menumbuhkan kebiasaan dan akhirnya membentuk watak. Watak adalah hasil dari kegiatan yang dijuruskan oleh pikiran, oleh sebab itu watak manusia berbeda-beda. Ahli Ilmu Jiwa seperti Carl G. Yung mengatakan ada dua tipe, introvert dan exstravert, yaitu orang yang lebih suka memperhatikan diri sendiri daripada orang lain serta orang yang lebih suka memperhatikan hal-hal yang ada di luar dirinya.
Jalan ke arah pembersihan batin (Visudhi Magga) menunjukan enam tipe watak (carita) yang meliputi banyak hal yang tidak berarti. Ada beberapa yang condong ke-nafsu keinginan, kebencian, kebodohan batin, keyakinan, kecerdasan dan keraguan. Karena adanya watak yang berbeda-beda maka subyek meditasinya pun disesuaikan (kammatthana). Orang menjumpai kammatthana ini disebutkan satu demi satu pada Kitab Suci Pali, khususnya mengenai kotbah Sang Buddha. Petunjuk tentang Jalan menuju Pembersihan Batin, (Visuddhi Magga) ada empat puluh macam. Mereka benar-benar merupakan resep obat bagi berbagai kekacauan batin manusia.
Di dalam kitab Majjhima Nikaya, salah satu dari lima Kitab Tipitaka asli yang berisikan petunjuk-petunjuk Sang Buddha, ada dua di antaranya (no 61 dan 62) berisikan nasehatNya kepada Rahula sewaktu mengajarkan Dhamma. Semuanya berisikan tentang meditasi. Pada wejangan yang ke 62 kepada Rahula, yang saat itu baru berusia delapan belas tahun, menarik sekali untuk diperhatikan bahwa Sang Buddha memberikan tujuh macam meditasi, yang intinya sebagai berikut :
Kembangkanlah meditasi cinta kasih (metta), maka itikad jahat akan lenyap.
Kembangkanlah meditasi belas kasihan (karuna), maka kekejaman akan lenyap.
Kembangkanlah meditasi simpati (mudita), maka antipati (ketidak senangan terhadap keberhasilan orang lain) akan lenyap.
Kembangkanlah meditasi keseimbangan batin (upekkha), maka kebencian akan lenyap.
Kembangkanlah meditasi dengan objek yang menjijikan (asubha), maka nafsu keinginan akan lenyap.
Kembangkanlah meditasi pada objek ketidakkekalan (anicca sañña), Rahula; dengan demikian maka kesombongan diri atau ke-Akuan (asmi - mana) akan lenyap.
Kembangkanlah meditasi pada objek yang keluar masuknya nafas (anapana sati), Rahula, perhatian pada keluar masuknya nafas ini bila dilatih dengan sungguh-sungguh dan teratur banyak memberi manfaat.
Sang Buddha tidak hanya menganjurkan kepada orang lain untuk melatih meditasi, akan tetapi Beliau sendiri telah terbiasa melakukannya untuk menciptakan suasana damai, tentram (ditthadhamma sukha vihari). Pada suatu waktu Sang Buddha bersabda : ‘Wahai para Bhikkhu, Aku akan menyendiri selama tiga bulan. Yang menemuiKu hanyalah yang mengantarkan makanan dan minumKu’. ‘Baik Yang Mulia’, jawab para Bhikkhu. Setelah tiga bulan Sang Buddha bersabda sebagai berikut :
‘Wahai para Bhikkhu, jika ada seseorang dari ajaran lain bertanya kepadamu Meditasi apa yang sering dilakukan oleh Samana Gotama selama musim hujan, maka jawablah dengan mengatakan ‘Sang Buddha sering menghabiskan waktu selama musim hujan dengan meditasi keluar dan masuknya napas’. ‘Dengan meditasi ini Aku mengeluarkan dan menarik napas dengan penuh perhatian. Orang yang berkata benar harus mengatakan; perhatian benar terhadap keluar dan masuknya napas merupakan cara hidup Sang Tathagata’.
Kita tidak perlu dan tidak mungkin menguasai empat puluh subjek meditasi. Yang penting adalah memilih salah satu di antaranya yang sesuai dengan dirinya. Akan sangat membantu jika mendapat bimbingan dari orang yang sudah terlatih dalam meditasi, buku-buku tentang meditasi juga akan dapat membantu. Sesungguhnya dalam hal ini kita harus dengan jujur mengenali watak sendiri, sebab bila tidak, kita tidak akan mampu memilih subjek meditasi yang tepat. Begitu pilihan telah diambil, kita harus tekun melatih diri dengannya. Meditasi adalah suatu ‘usaha yang dilakukan diri sendiri’.
Jika sibuk dengan urusan duniawi, kita tidak akan mudah memisahkan diri dan menyendiri di tempat yang sepi untuk waktu tertentu melakukan meditasi dengan serius setiap hari. Namun jika ada kemauan maka akan terdapat jalan. Pada waktu pagi hari atau sesaat menjelang tidur atau kapan saja jika batin telah siap, walaupun sebentar, kita menyatukan pikiran dan meningkatkan konsentrasi..
Jika kita mengembangkan perenungan yang tenang setiap hari maka kita akan mampu mengerjakan tugas kita dengan baik, dan lebih efisien. Kita mempunyai keberanian untuk menghadapi kesulitan, mudah puas dan lebih mudah berhasil. Cukup berharga untuk dicoba, namun kita harus cukup sabar, percaya diri dan mantap. Jika memungkinkan, meditasi harus dilakukan dengan teratur dan cukup, dan hendaknya jangan mengharapkan hasilnya dengan cepat. Perubahan kejiwaan tibanya perlahan-lahan.
No comments:
Post a Comment