Manusia umumnya memiliki nafsu sexual yang meluap-luap; begitu mudah tergoda oleh bau harum wangi-wangian yang disemprotkan ke kulit manusia, begitu haus akan belaian, begitu bernafsu melihat kepadatan dan ke-”sintal”-an tubuh. Hal-hal ini merupakan salah satu sebab manusia terikat dalam samsara, dan tidak bisa menggapai kebebasan sempurna dari penderitaan. Untuk anda yang memiliki watak seperti ini, maka, daripada anda membiasakan diri berpikir, berucap, dan berbuat “porno”, daripada membiasakan diri membuka web-web pornografi, ada baiknya sesekali merenungkan sajian-sajian istimewa di bawah ini, sebagai sebuah bahan perenungan, bahwa apa yang selama ini membuat anda tergila-gila, tidaklah berarti, dan bahwa semuanya adalah : tidak-kekal, oleh karenanya tidak layak diinginkan. Apa yang saya sajikan dibawah ini adalah kammatthana yang disebut sebagai “sepuluh asubha”.
Asubha, artinya menjijikkan. Bhavana, adalah pengembangan batin. Cara pemikiran yang sesuai atau perkembangan pengertian terhadap sesuai sifat kotor dari badan jasmani, adalah disebut “asubha bhavana”. Pengembangan batin terhadap “kekotoran” ini telah dianjurkan Sang Buddha sebagai suatu praktek yang penting di dalam kalimat2 sebagai berikut :
“ Asubham, Rahula, bhvanam bhavehi, asubham hi te Rahula, bhavanam bhavayato yo rago so pahiyissati”.
Arti : “Kembangkanlah, Rahula, asubha bhavana, karena apabila engkau mengembangkannya, maka kenafsuan akan berakhir.” ( Majjhima Nikaya. I. 424 ).
“ Asubha bhavetabba ragassa pahanaya”.
Arti : Perenungan terhadap Asubha harus dilaksanakan untuk penghancuran nafsu-nafsu”. ( Anguttara Nikaya.IV.357 ).
Yang menyebabkan semua makhluk bekelana dalam samsara adalah karena :
1. Keserakahan akan keindriaan (Lobha)
2. Kebencian ( Dosa )
3. Kebodohan batin / kegelapan batin ( Moha ) ; yakni batin yang tanpa “kebijaksanaan” (Panna) dalam memahami dan memandang dunia.
Makhluk2 yang berdiam di alam dunia indria dikuasai oleh keinginan yang berfungsi melalui lima (5 ) indra. Untuk banyak alasan, badan jasmani tidak hanya merupakan suatu belenggu yang mencegah pelepasan dari kesengsaraan, tetapi juga merupakan suatu gangguan yang terus menerus.
Karena itu, belenggu “keindriaan” ini harus dipatahkan bila kebahagiaan-sejati ( Nibbana ) ingin diraih. Kita memerlukan kebijaksanaan untuk mematahkan ini, yaitu bahwa segala didunia ini tidak ada yang kekal, termasuk badan jasmani.
Perenungan terhadap badan jasmani sebagai hal yang menjijikkan dalam Dhamasangani yang berkaitan dengan pencapaian Jhana Pertama digolongkan sebagai berikut :
1. Uddhumataka : Suatu mayat menggembung.
Mayat menggembung, mencontohkan kelapukan badan jasmani. Perenungan terhadap mayat menggembung cocok bagi seseorang yang bernafsu terhadap kecantikan / kemolekan / ke-seksi-an bentuk tubuh.
2. Vinilaka : Suatu mayat berubah warna.
Menunjukkan kelapukkan kulit, sesuai bagi seseorang yang bernafsu terhadap kecantikan kulit dan wajah.
3. Vipibbaka : Suatu mayat bernanah.
Mayat bernanah dengan bau busuk yang keluar dari luka pada badan jasmani, cocok bagi seseorang yang bernafsu terhadap bau manis badan, yang dihasilkan dengan cara2 buatan, seperti parfum, bunga-bunga, wangi-wangian, dan salep-salepan.
4. Vicchiddaka : Suatu mayat membelah.
Mayat membelah, menunjukkan adanya bermacam-macam lubang didalam badan jasmani adalah sesuai bagi seseorang yang bernafsu terhadap bentuk badan jasmani yang “padat-berisi” / sintal / “sekel” ( bahenol ).
5. Vikkhayitaka : Suatu mayat tersobek-sobek.
Mayat tersobek-sobek menggambarkan kehancuran dari kesempurnaan dan kepadatan daging adalah sesuai bagi seseorang yang bernafsu terhadap kepadatan daging di dalam bagian-bagian tertentu badan jasmani seperti dada, pantat, paha, dan lain-lain.
6. Vikkhittaka : Suatu mayat terpisah-pisah.
Mayat terpisah-pisah dengan anggota-anggota badan jasmani yang berserakan, adalah sesuai bagi seseorang yang bernafsu terhadap pergerakan badan jasmani yang lemah lembut, anggun, ayu, lemah gemulai.
7. Hatavikkhittaka : Suatu mayat terpotong dan terpisah-pisah.
Mayat yang terpotong-potong dan terpisah-pisah dengan sendi-sendi yang terlepas, adalah sesuai terhadap seseorang yang bernafsu terhadap kesempurnaan sambungan-sambungan badan jasmani.
8. Lohitaka : Suatu mayat berdarah.
Mayat berdarah, menunjukkan kejijikan badan jasmani yang dilumuri dengan darah, adalah sesuai terhadap seseorang yang bernafsu terhadap kecantikan yang dihasilkan oleh perhiasan-perhiasan.
9. Puluvaka : Suatu mayat dikerumuni oleh cacing-cacing.
Mayat dikerumuni cacing-cacing, menggambarkan keadaan badan jasmani yang dikerumuni berbagai jenis cacing , belatung, ulat , dan binatang-binatang menjijikkan, adalah sesuai terhadap seseorang yang bernafsu terhadap kecantikan yang dihasilkan oleh perhiasan-perhiasan.
10. Atthika : Suatu kerangka mayat / tulang-belulang.
Tulang kerangka, menggambarkan kengerian dari tulang-tulang badan jasmani, adalah sesuai bagi seseorang yang bernafsu terhadap kesempurnaan dari gigi dan kuku-kuku.
Inilah kesepuluh golongan mayat yang dapat digunakan menjadi objek pemusatan perhatian bagi yang memiliki “Raga Carita”. Kesepuluh golongan mayat ini sepatutnya kita renungkan, hingga meresap dalam batin, dan lalu kita menarik kesimpulan, ” Tubuhku ini juga demikian halnya, terserang pembusukan dan kelapukan, tak terhindarkan.”
Demikianlah wacana ini saya sajikan untuk anda semua, semoga bermanfaat bagi perkembangan batin kita semua. Semoga kita semua mencapai pembebasan dari samsara.
No comments:
Post a Comment