.

.

Pages

Wednesday, March 14, 2012

Puyuh dan Elang

Zaman dulu ada seekor burung puyuh yang tertangkap burung elang. Ia meratapi nasibnya yang malang, "Seandainya saya tidak keluar dari wilayahku, burung yang bodoh ini mustahil mampu menangkapku." Si elang mendengar ratapan si puyuh dan dengan marahnya ia berkata, "Wahai puyuh, apa yang engkau maksud dengan wilayahmu? Engkau kecil dan lemah. Ke mana pun engkau pergi, saya akan mampu menangkapmu." Burung puyuh menjawab, "Wahai elang, wilayahku adalah tanah pesawahan yang baru dibajak. Jika saya tidak keluar dari tempat tersebut, engkau mustahil menangkapku."

Karena keangkuhannya, si elang melepaskan si puyuh di pesawahan yang dimaksud dan berjanji akan menangkapnya lagi. Si elang terbang setinggi-tingginya dan siap-siap untuk menerkam si puyuh. Si puyuh berdiri di atas gundukan yang agak tinggi di tanah yang telah dibajak tersebut. Ketika dari atas si elang meliuk dengan cepatnya dan berupaya menerkam si puyuh, dengan segera, si puyuh masuk ke dalam lubang tanah. Akibatnya, si elang menghantam tanah gundukan tersebut dan mati dengan kepala hancur.

Perumpamaan tersebut menggambarkan perang antara seorang yogi dengan mara penggoda. Burung puyuh adalah seorang yogi, sedangkan burung elang adalah mara penggoda. Tanah pesawahan adalah empat landasan kesadaran, yakni: perhatian terhadap jasmani, perasaan, pikiran, dan fenomena-fenomena (dhamma), sebagai wilayah seorang yogi. Wilayah luar yang merupakan wilayah mara penggoda adalah kesenangan inderawi yang muncul dari lima indera. Seorang yogi yang terus memperhatikan empat landasan kesadaran dan tidak terlena oleh kesenangan lima indera, tidak akan tertangkap oleh mara penggoda. Namun begitu ia keluar dari wilayahnya dan terlena oleh kesenangan inderawi, sang mara penggoda beserta anak-anaknya akan segera menangkapnya.

No comments: