Yang Mulia Pilindavaccha memiliki kebiasaan memanggil orang lain dengan menyebut "penjahat" (vasala-samudacara), seperti saat memberikan perintah, "kemarilah, penjahat," atau "pergilah, penjahat." atau "Bawa kemari, penjahat," atau "ambillah, penjahat'" dan sebagainya.
Para bhikkhu melaporkan kebiasaan Yang Mulia Pilindavaccha ini kepada Bhagava. Mereka bertanya, " yang Mulia , apakah para ariya menggunakan kata-kata kasar?" dan Buddha berkata " para bhikkhu, para Ariya tidak berkata-kata kasar dengan maksud jahat. Namun, karena kebiasaan yang telah berlangsung sejak kehidupannya pada masa lampau, kata-kata kasar dapat muncul secaa tidak sengaja. " para Bhikkhu berkata, " Buddha Yang Agung, Yang Mulia Pilindavaccha dalam berbicara dengan orang awam selalu memanggil oang itu dgn 'penjahat' apakah alasannya?"
"Para bhikkhu, Pilidavaccha selama lima ratus kelahiran berturut-turut pada masa lampau terlahir dalam kasta brahmana yang tinggi yang biasa memanggil orang lain dengan sebutan 'penjahat' (vasala) Kebiasaan ini menjadi tertanam dalam dirinya. Ia tidak bermaksud menyebut orang itu 'penjahat'. Ia tidak memiliki niat jahat. kata-katanya meskipun kasar di telinga, sama sekali tidak berbahaya. Seorang Ariya, karena tidak memiliki kebencian, tidak dapat di salahkan karena kebiasaanya dalam berbahasa. Kemudian, pada kesempatan itu Buddha mengucapkan syair berikut :Akakkasam vinnapanim,
giram saccamudiraye;
Yaya nabhisaje kan ci
"Ia yg berbicara dengan lemah lembut, memberikan informasi dan dgn kata-kata yg benar dan tidak menghina orang lain melalui kata-katanya, ia Kusebut seorang brahmana (Arahanta)" (Dhammapada, 408)
No comments:
Post a Comment