.

.

Pages

Tuesday, March 11, 2014

Manfaat Melatih Meditasi Metta

Diṭṭhiñca anupagamma, sīlavā dassanena sampanno,
kāmesu vineyya gedhaṁ, na hi jātu gabbhaseyyaṁ punaretī’ti

Ia yang mengembangkan mettā, tak berpandangan salah, teguh dalam sīla dan berpengetahuan sempurna, dan melenyapkan kesenangan nafsu indria, tidak akan lahir dalam rahim lagi.
(Mettā Sutta, Khuddaka Nikāya)

Menurut Visuddhi Magga, sebelum kita memulai latihan meditasi, kita harus merenungkan akibat dari melakukan kejahatan, kebencian, dan berkah dari mempraktikkan cinta kasih. Selama orang itu belum menyadari akibat dari melakukan perbuatan jahat, selama itu pula ia belum dapat mengatasi kejahatan itu. Demikian pula tidak ada seorang pun yang dapat mencapai keadaan pikiran yang luhur sebelum ia mengerti akan keberkahannya.

Jika kebencian dibalas dengan kebencian, maka pikiran menjadi terjerat dalam kebencian dan orang akan melakukan perbuatan yang jahat, sehingga hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa mempedulikan kesejahteraan orang lain. Karena itu kebencian harus dilenyapkan, dan pikiran yang jahat pada saat muncul harus dicegah untuk tidak muncul. Dengan demikian jelaslah bahwa pikiran harus dijaga, diperhatikan dan dikembangkan ke arah yang baik. Hanya dengan demikian cinta kasih dan belas kasihan dalam batin kita dapat ditumbuhkembangkan.

Dalam mengawali latihan meditasi cinta kasih, seseorang dapat melakukannya dengan melafalkan kalimat peresapan cinta kasih yang diawali dari diri sendiri terlebih dahulu seperti mengucapkan; semoga aku berbahagia, bebas dari derita, bebas dari mendengki, bebas dari menyakiti, bebas dari derita jasmani dan batin, semoga aku dapat menjalankan hidup dengan bahagia. Selanjutnya memancarkan mettā kepada orang-orang yang kita hormati, orang yang sangat disayangi, teman-teman, musuh-musuh kita serta kepada semua makhluk. Dengan berkata di dalam batin semoga semua makhluk berbahagia, bebas dari derita, bebas dari mendengki, bebas dari menyakiti, bebas dari derita jasmani dan batin. Semoga mereka dapat menjalankan hidup dengan bahagia.

Dalam kitab komentar Visuddhi Magga dijelaskan bahwa praktik meditasi mettā itu (bagi pemula) tidak boleh dimulai dengan empat kelompok orang ini. Cinta kasih adalah menginginkan agar semua makhluk selalu berbahagia.

1. Orang yang kita sukai
2. Orang yang sangat kita cintai
3. Orang netral seperti; kenalankenalan atau mereka yang bukannya kita cintai namun bukan pula kita benci.
4. Orang yang kita benci

Mengapa hal ini tidak boleh kita lakukan? Karena sungguh sulit untuk mengembangkan mettā kepada orang-orang ini.

1. Jika kita mulai mempraktikkan meditasi mettā terhadap seseorang yang kita sukai, misalnya, kekasih kita, maka kita akan dikuasai oleh nafsu (nafsu birahi), sehingga pikiran kita akan menghayal kepada bentuk-bentuk nafsu yang bermunculan, dengan demikian pikiran menjadi tidak konsentrasi.

2. Jika kita memulai mempraktikkan meditasi mettā kepada orang yang kita cintai, seperti orangtua kita, mungkin kita akan merasa tidak bahagia jika kita ingat penderitaan orang tua kita. Hal ini akan menyebabkan air mata akan keluar menetes. Maka kita akan kesulitan untuk mengembangkan mettā.

3. Jika kita mengembangkan meditasi mettā kepada orang-orang netral seperti; orang yang baru kita kenal atau kita jumpai dan mencoba menaruh di tempat orang yang kita cintai, maka kita akan sulit untuk mengembangkan mettā. Kita akan merasa lelah. Sekali lagi pengembangan mettā akan terhalang.

4. Jika kita memancarkan mettā kepada orang yang kita benci, maka pikiran akan menimbulkan kebencian. Inilah alasannya mengapa meditasi pengembangan mettā untuk tahap pemula tidak boleh dikembangakan terhadap empat orang ini.

Dalam petikan Aṅguttara Nikāya Sang Buddha mejelaskan kepada para bhikkhu: ”Oh para bhikkhu, pembebasan pikiran dengan cinta kasih dikembangkan dan ditumbuhkan, sering berlatih, dijadikan kendaraan dan landasan seseorang, ditegakkan dengan mantap disatukan dan dijalankan dengan tepat, maka sebelas berkah bisa diharapkan. Apakah yang sebelas itu?

1. Dia akan tidur dengan nyenyak. Sebelum kita terlelap kadangkadang pikiran kita berkelana, gelisah dan kita sulit untuk tidur pada saat itu. Kita dapat mencoba memancarkan mettā dan hal ini dapat memudahkan kita untuk dapat tidur;
2. Dia akan merasa bahagia pada saat bangun tidur tanpa merasa ngantuk, pusing;
3. Dia akan tidur tanpa diganggu oleh mimpi buruk;
4. Dia akan disayangi oleh orang lain, setiap orang mencintainya;
5. Dia akan disayangi makhluk lain, seperti raksasa pria maupun wanita dan lain-lain;
6. Dia akan dijaga oleh para dewa. Jika kita membagi mettā dengan mereka, mereka juga dengan senang hati melindungi dan menjaga kita;
7. Dia akan aman dan tidak dicelakai oleh api, racun dan pedang serta terhindar dari bahaya;
8. Pikiran akan mudah untuk berkonsentrasi. Setiap hari sebelum kita duduk bermeditasi, kita seharusnya memancarkan mettā selama sepuluh menit sampai dengan lima belas menit sebagai meditasi pendahuluan, sehari sekali sudah cukup dan biasanya dilakukan pertama kali di pagi hari. Meditasi mettā harus melafalkan mettā bhavanā, maka pikiran akan menjadi tenang;
9. Wajahnya akan terlihat bersih, cerah dan tenang;
10. Dia yang memancarkan mettā akan meninggal dengan pikiran yang tidak mengalami kebingungan, jika pada saat mengalami kematian seseorang dapat memancarkan mettā, maka dia akan meninggal dengan tenang dan damai;
11. Jika seseorang menyadari bahwa tidak ada lagi yang ingin dia capai dalam hidup ini, dia akan terlahir di alam brahma pada kehidupan mendatang.

Demikianlah manfaat yang kita peroleh dengan mempraktikkan meditasi mettā. Maka dari itu kita sebagai umat Buddha hendaknya kita selalu mempraktikkan meditasi cinta kasih dalam kehidupan kita sehari-hari, agar nantinya cinta kasih yang ada dalam batin kita dapat berkembang dengan baik. Semoga kita dapat mempraktikkan meditasi mettā sesuai dengan ajaran Sang Buddha. Semoga praktik mettā yang kita kembangkan dapat memperoleh kebahagiaan bagi kita dan semua makhluk.

Anggun C.Sasmi : Agama Buddha Itu Sederhana

agama anggun c sasmi
Masa kecil dan karir di Indonesia 
Anggun merupakan putri dari pasangan Darto Singo, seorang seniman Indonesia, dengan Dien Herdina, sorang ibu rumah tangga berdarah Keraton Yogyakarta. Anggun menempuh pendidikan dasarnya di sebuah sekolah Katolik di Jakarta, walaupun Anggun adalah Muslim. Anggun hidup dalam keluarga yang penuh seni. Sejak usia 7 tahun Anggun digembleng latihan vokal setiap hari oleh ayahnya. Anggun diajarkan berbagai latihan teknik vokal dengan penuh disiplin. Ibunya kemudian bertindak sebagai manajer dan bertugas menerima order menyanyi untuk Anggun. Pada usia 9 tahun, Anggun mulai menciptakan lagu-lagunya sendiri dan mulai merekan album anak-anak.
Karir Internasional 
Anggun memulai karir intenasionalnya di usia 19 tahun pada tahun 1994. Setelah menjual perusahaan rekamannya dan meninggalkan segala popularitas yang dimilikinya di Indonesia. kemudain Anggun menetap di London, Inggris selama setahun. Lama-kelamaan Anggun sadar bahwa karirnya takkan berkembang di inggris akhirnya anggun memutuskan untuk berhijrah ke Belanda, dimana banyak orang Indonesiayang menetap. Namun Di perjalanan menuju Belanda, Anggun singgah dulu di Paris, Perancis, kampung halaman suaminya, Michel de Ghea. kemudian, Anggun akhirnya membatalkan niatnya ke Belanda lalu menetap dan memulai karir di Perancis.

Pada tahun 1996, akhirnya Anggun berhasil bertemu dengan Erick Benzi, salah seorang produser besar Perancis yang pernah menangani album sejumlah penyanyi terkenal seperti Celine Dion, Jean-Jacques Goldman, Jhonny Hallyday dan lainnya. Benzi pun terpikat oleh kemampuan vokal Anggun, dan menawarkannya rekaman album solo di Perancis. Setelah mempelajari bahasa Perancis di Alliance Français selama sebulan, Anggun dan Benzi mulai membuat rekaman album.
Setelah rekaman itu selesai, Sony MusicFrance pun tertarik dan merekrut Anggun sebagai artis rekaman mereka. Tidak hanya itu, Anggun pun dikontrak dalam 2 album, yaitu album berbahasa Perancis dan album berbahasa Inggris.
24 Juni 1997 merupakan tanggal keramat bagi Anggun ketika album pertamanya Au Nom de la Lune (Atas Nama Bulan) dilepas ke pasaran Perancis. Single pertama Anggun, “La Neige au Sahara”, mendapat tempat di hati peminat musik Perancis bahkan hingga Belgia, Swiss, dan Kanada. Single ini tercatat sebagai lagu yang paling sering diputar di radio-radio Perancis tahun 1997 dan menjadi salah satu Hit Summer ’97. Album yang memuat elemen pop ditambah bunyi-bunyian instrumen tradisional Indonesia(tambur, seruling, kemiri) ini berhasil mereguk sukses dengan penjualan lebih dari 150.000 kopi di Perancis, menjadikannya seorang artis berbangsa Indonesiapertama yang berhasil meletakkan nama sejajar dengan artis-artis Perancis yang ada.
Tahun berikutnya, Anggun meluncurkan album berbahasa Inggris pertamanya, Snow on the Sahara. Album ini dirilis di lebih dari 33 negara di Eropa, Asia, dan Amerika. Khusus untuk Jepang, Indonesia dan Malaysia, album ini dirilis dalam edisi spesial bertajuk Anggun (Di Indonesia disertai dengan single berjudul “Kembali”). Single Snow on the Sahara pun seketika menjadi hits besar. Single ini melayang hampir seluruh tangga lagu di Eropa sepanjang 1998 hingga 1999. Single ini sempat mencapai posisi 1 di Italia, Spanyol dan beberapa negara di kawasan Asia Timur. Di Eropa, single ini bahkan berhasil menduduki Top 5 pada UK Club Charts, Inggris.
Di Amerika Serikat, Snow on the Sahara dirilis pada Mei, 1998 oleh Epick Record. Anggun berhasil membuat sejarah dengan menjadi artis Asia pertama yang menembus tangga lagu Billboard di posisi #16 (disusul 7 tahun kemudian oleh Utada Hikaru). Sementara album Snow on the Sahara sendiri berada di posisi #23 Billboard Heat Seekers Charts.
Album Snow on the Sahara telah sukses meraih sejumlah platinum di beberapa negara dengan total penjualannya melebihi angka 1 juta kopi di seluruh dunia, menjadikan Anggun sebagai artis Asia dengan penjualan album paling tinggi di luar Asia (rekor yang masih dipegang Anggun hingga saat ini). Snow on theSahara juga menjadi album tersukses Anggun sepanjang karirnya.
Belajar Agama Buddha 
Anggun sejak beberapa tahun lalu telah tertarik untuk mempelajari ajaran Buddha, selain agama yang pernah diajarkan pada dirinya selama ini.
“Bapak pernah bilang, agama itu harus pilih sendiri. Bukan karena disuruh “. “Aku membaca banyak topik. Agama Buddha misalnya. Aku adalah seorang muslim namun aku bersekolah di sekolah Katolik. Orang tuaku memberikanku kebebasan untuk memilih agama apapun. Dan sekarang, ketika semua teman-teman Perancisku beragama Buddha, aku juga mencoba untuk mempelajarinya. Buku-buku mengajarkanku untuk mendengarkan hati nuraniku” jelas Anggun pada The Jakarta Post.
Ketika ditanya bagaimana ia memandang hidup, Anggun menjawab ” Sekarang aku senang dapat sungguh-sungguh mempelajari Agama Buddha. Aku telah bercakap-cakap dengan orang yang beragama Buddha dan engkau tahu, agama Buddha sebenarnya sangat sederhana, cintai dirimu sehingga engkau dapat mencintai orang lain, itulah intinya.”
Bagi Anggun agama Buddha telah secara nyata memberikannya pemahaman yang benar mengenai makna kehidupan. Ketika ditanya siapa tokoh dalam Buddhisme yang dipujanya, Anggun dengan tegas mengatakan : orang itu adalah Pangeran Siddharta.