.

.

Pages

Tuesday, May 09, 2006

PERJUANGAN


Biarlah tubuhku tinggal tulang berbalut kulit, dan biarlah daging dan darahku mengering, selama belum tercapai apa yang dicapai dengan kekuatan, daya dan usaha manusiawi, aku tak akan berhenti berusaha (Majjhima Nikaya I)

Syair yang diambil dari kitab suci Tipikata ini dapat memberi pengertian bahwa hidup ini tidak lebih adalah perjuangan. Perjuangan untuk hidup memenuhi kebutuhan fisik maupun mental. Hidup tanpa berjuang diibaratkan sebagai orang mati, tidak bergerak dan kaku. Bahkan, binatang juga berjuang mati-matian untuk mempertahankan hidupnya. Namun, perjuangan hidup oleh Sang Buddha adalah suatu jalan kebenaran dan kesucian untuk mencapai tujuan yang tertinggi.

Semua hidup tidak terlepas dari penderitaan, bahagia merupakan penderitaan, kesedihan juga merupakan penderitaan, Oleh sebab itu Sang Buddha ada untuk mencari obat penderitaan hidup ini. Tentunya, Sang Buddha juga memerlukan perjuangan yang berat untuk mendapatkan obat tersebut. Mengapa Sang Buddha sanggup melakukan semua itu, kita tidak mampu ? Hanya dengan berjuang secara sungguh-sungguh menaklukkan dunia ketidakkekalan ini.
Berbicara mengenai ketidakkekalan, Sang Buddha melihat banyak perubahan dalam hidup manusia. Dari lahir, sakit dan mati yang terus berganti dan bernaung dalam roda samsara(penderitaan). Bertumimbal lahir dari satu alam ke alam lainnya tiada henti-hentinya. Tetapi, Sang Buddha telah berhasil menyelapkan ketidakkekalan ini menuju pembebasan sejati, yaitu dengan perjuangan yang tiada henti-hentinya.

Hidup ini juga tidak lepas dari Anatta (tanpa inti/tanpa aku yang sesungguhnya). Sang Buddha bersabda bahwa tubuh ini hanyalah sementara dan digunakan untuk menyambung hidup. Tidak ada diri yang dimiliki, bukan milik siapa-siapa, bukan milik saya dan bukan milik engkau. Maka tiada jiwa yang kekal. Semua mengalami kematian dan benda materi tidak dibawa pergi. Oleh sebab itu berjuanglah dengan sungguh-sungguh terhadap semua yang ada/terbentuk di dunia ini. Tidak kekal, tidak memuaskan dan tanpa inti. Ketiga ini dikemas oleh Sang Buddha sebagai Tiga corak umum (Ti-lakkhana).

Dalam jalan memperjuangkan hidup ini. Masih ada beberapa fakta hidup yang harus dilewati, seperti ada orang yang ingin mencelakakan kita. Sang Buddha yang telah mencapai penerangan sempurna juga masih ada yang ingin mencelakainya. Namun, semua ini dapat ditaklukkan dengan kesabaran dan keteguhan hati. Janganlah membenci orang yang ingin mencelakai kita, karena kebencian tidak akan berakhir dengan kebencian, hanya dengan cinta kasih. Kita tidak boleh terjebak oleh kebenciannya. Namun, kita harus bersikap tenang dan tabah. Lama kelamaan semuanya akan berlalu. Berjuanglah dan jangan membenci orang yang telah mencelakai kita, karena secara tidak langsung mereka telah melatih kegigihan hati kita.
Di dunia ini juga banyak sekali orang yang ingin menipu, membual dan mengadu domba. Semua ini adalah kebodohannya yang dilandasi oleh keserakahannya (lobbha), Namun kita juga tidak boleh terpengaruh olehnya dengan mencontohi sikapnya yang penipu. Kita harus selalu sadar dan penuh perhatian. Hidup ini dari dulu sampai sekarang tidak pernah lepas dari penipuaan. Berjuanglah dan jangan membenci orang yang telah menipu kita, karena secara tidak langsung mereka telah menambah pengalaman dan wawasan kita.

Orang yang telah memukul atau mencambuk kita, apakah kita perlu memukuli dan mencambuknya kembali ? Jika semua berbuat demikian. Dunia ini akan menjadi hancur dan terjadi perang dunia besar-besaran. Apa yang kita lakukan bila yang memukul dan mencambuk adalah orang tua kita. Apakah kita membalasnya ? Tentunya bukan dengan cara demikian, kita harus menyadari apakah kita yang berbuat keliru atau sebaliknya, kita harus selalu waspada dan bersikap tenang dalam menghadapi sesuatu. Berjuanglah terus dan jangan membenci orang yang telah memukul atau mencambuk kita, karena secara tidak langsung mereka telah membersihkan kamma buruk kita.

Bagaimana dengan orang yang telah meninggalkan/mencampakkan kita, apakah kita perlu bersedih dan mendendam atas perbuatan orang tersebut. Dewasa ini, banyak sekali pasangan yang menjadi depresi akibat ditinggalkan oleh kekasihnya kemudian mencoba membalas dendam dengan menghancurkan hidupnya atau memakan obat-obatan terlarang. Itu bukanlah jalan keluarnya. Mungkin orang yang meninggalkan/mencampakkan anda sudah tidak mempunyai ikatan kamma dengan anda atau karena kebodohannya. Maka kita harus selalu menyadari adanya annata (bukan milik). Terimalah dan berjuanglah dengan keras. Jangan membenci orang yang telah meninggalkan/mencampakkan anda, karena secara tidak langsung mereka telah mendidik kita untuk mandiri.

Begitu juga orang yang ingin menjatuhkan anda, orang yang menjerumuskan anda ke dalam lumpur. Begitu banyak orang di dunia ini bergulat dalam hal ini, saling menjatuhkan, saling menindas, saling menuding, dsb. Namun, janganlah berpikir semua ini akan menghancurkan hidup anda. Jika kita berpikir positif, maka hidup ini akan terasa indah dan sebaliknya jika kita berpikir semua negatif, hidup ini akan terasa gelap gulita. Terus berjuang dan jangan membenci orang yang telah menjatuhkan anda, karena secara tidak langsung mereka telah menguatkan kemampuan kita.

Selanjutnya yang paling sering ditemui adalah orang yang suka marah, suka mengunjing, suka mencaci maki dan suka mencela. Iri hati melihat keberhasilan orang lain, merasa sombong dengan kedudukannya dan kehebatannya. Orang-orang tersebut sering dijumpai hampir di seluruh lapisan masyarakat. Tidak peduli ia miskin, kaya, berpendidikan, bodoh dsb. Kita tidak boleh terpengaruh oleh semua keadaan ini dan selalu menjaga sifat asli dan murni. Berjuanglah menghadapi orang-orang seperti itu dan jangan membenci orang yang telah memarahi kita, karena secara tidak langsung mereka telah menumbuhkan ketenangan dan kebijaksanaan kita.

Dari semua penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa orang-orang yang berbuat jahat adalah orang-orang yang diliputi oleh keserakahan (lobbha), kebencian (moha) dan kebodohan (moha). Dari ketiga ini yang menjadi akarnya atau landasannya adalah kebodohan (moha) dan yang paling berat adalah keserakahan (lobbha).

Setelah mengetahui itu semua, mari kita berjuang untuk menaklukkan lobbha, dosa dan moha. Jangan membenci dan terima kasihlah orang yang telah membuat kita kokoh, kuat dan berhasil.

Sebuah kata terakhir dari Sang Buddha sebelum maha parinibbana adalah : “ Segala sesuatu adalah tidak kekal, berjuanglah dengan sungguh-sungguh”. Mari kita tekadkan diri kita berjuang dengan sungguh-sungguh menuju nibbana (kebebasan sejati).

Saturday, February 11, 2006

Kewajiban seseorang Perumah Tangga

Dalam Khotbah Etika Sigalovada Sutta dijelaskan bahwa kewajiban seorang perumah tangga menurut 6 arah, yaitu :

1. Timur/Depan : Orang tua - anak
Kewajiban orang tua kepada anak :
a. Memintanya untuk tidak melakukan kejahatan.
b. Menganjurkan anaknya berbuat baik
c. Mengajarkan berbagai keterampilan
d. Memberikan pasangan yang cocok untuk dinikahi
e. Menyerahkan warisan pada waktu yang tepat.

Kewajiban anak kepada orang tua :
a. Menyokong mereka
b. Menjalankan kewajiban mereka
c. Menjaga keturunan keluarga
d. Berupaya menjaga warisan
e. Memberikan dana untuk menghormati sanak keluarga yang telah meninggal

2. Selatan/kanan : Guru – murid
Kewajiban guru kepada murid :
a. Melatih mereka dengan pelajaran terbaik
b. Mengajar muridnya hingga mahir
c. Mengajarkan setiap ilmu seni dan pengetahuan
d. Mengenalkan kepada teman dan rekan
e. Menjaga keselamatannya dalam berbagai hal

Kewajiban murid kepada guru :
a. Bangkit dari tempat
b. Menghadiri pelajarannya
c. Mendengarkan dengan penuh perhatian
d. Melayaninya
e. Menerima pelajaran dengan penuh rasa.

3. Barat/belakang : Suami - istri
Kewajiban suami kepada istri :
a. Berlaku sopan terhadapnya
b. Tidak memandang rendah dirinya
c. Kesetiaan
d. Memberikannya hak untuk bertindak
e. Memberikan perhiasan-perhiasan kepadanya.

Kewajiban istri kepada suami :
a. Melakukan tugas-tugasnya dengan cara terbaik
b. Berlaku ramah terhadap orang-orang sekeliling
c. Setia
d. Melindungi segala harta benda
e. Tekun dan tidak malas dalam melaksanakan pekerjaannya

4. Utara/kiri : Teman - seseorang
Kewajiban Teman kepada seseorang :
a. Melindungi ketika ia lengah
b. Menjaga hartannya ketika ia lengah
c. Menjadi tempat berlindung ketika ia merasa takut
d. Tidak meninggalkannya ketika ia berada dalam bahaya
e. Penuh perhatian terhadap anak-cucunya

Kewajiban seseorang terhadap teman :
a. Dengan kemurahan hati
b. Berbicara yang sopan
c. Memuji kebaikan-kebaikannya
d. Memperlakukan mereka sama seperti dirinya sendiri
e. Bersikap jujur

5. Bawah : Para karyawan/pekerja - majikan
Kewajiban Majikan kepada pelayan :
a. Memberi tugas sesuai kemampuan
b. Memenuhi kebutuhan mereka dengan makanan dan upah
c. Merawat mereka ketika sakit
d. Berbagi pada kesempatan-kesempatan luar biasa
e. Membebastugaskan mereka pada waktu-waktu tertentu

Kewajiban Pelayan kepada majikan :
a. Bangun lebih pagi dari majikan
b. Tidur setelah majikan
c. Mengambil hanya apa yang diberikan
d. Melaksanakan tugas dengan memuaskan
e. Menyebarkan nama baik dan kemasyuran majikan

6. Atas : Para bhikkhu – upasaka/upasika
Kewajiban Bhikkhu pada upasaka/upasika :
a. Mencegahnya dapat perbuatan jahat
b. Menganjurkan berbuat baik
c. Mencintai dengan hati bersih
d Mengajarkan dan menjernihkan hal-hal yang belum diketahuinya.
e. Menunjukkan jalam ke alam surga


Kewajiban Upasaka/upasika pada Bhikkhu :
a. Dengan perbuatan kasih sayang
b. Dengan ucapan kasih sayang
c. Dengan pikiran kasih sayang
d. Selalu menyambut mereka
e. Memenuhi kebutuhan material.

Hukum Sebab Akibat yang Saling Bergantungan (Paticca Samuppada)


Setelah Sang Buddha mencapai penerangan sempurna dan mencapai arahat di bawah Pohon Bodhi, Sang Buddha menemukan perputaran roda kehidupan ini, dari lahir, muda, dewasa, tua, mati dan seterusnya.

Perputaran roda kehidupan di mulai dari :

1. Avijja (Ketidaktahuan)
2. Sankhara (Bentuk-bentuk Pemikiran)
3. Patisandhi Vinnana (Kesadaran kelahiran kembali)
4. Nama Rupa
5. Salayatana (Enam landasan indriya)
6. Phassa (kontak)
7. Vedana (Perasaan)
8. Tanha (Keinginana)
9. Upadana (Kemelekatan)
10. Bhava (Perwujudan)
11. Jati (Kelahiran)
12. Jara Marana (Kehilangan-Kematian)

Penjelasan : Hukum sebab akibat yang saling bergantungan ini disebut sebagai hukum Patticasamupada atau 12 mata rantai, akar dari kehidupan manusia ini disebabkan oleh lobha, dosa dan moha yang disebut juga sebagai Avijja (Kegelapan batin). Dari avijja timbullah Sankhara (Bentuk-bentuk kamma) kemudian Patisandhi Vinnana (timbul kesadaran sambung menyambung dan terus menerus) dan lahirlah Nama dan Rupa (Batin dan Jasmani), kemudian muncullah Salayatana (6 Landasan Indriya, yaitu : mata, telinga, hidung, mulut, badan jasmani dan pikiran), setelah itu timbullah Phassa atau kontak, kemudian timbul Vedana atau perasaan, setelah adanya perasaan muncullah Tanha (Nafsu keinginan), kemudian timbullah Upadana atau kemelekatan dan Bhava (terus menjadi tumbuh) maka Jati atau kelahiran terbentuk dan akhirnya juga menuju Jaramarana (Tua dan Mati), begitulah roda perputaran kehidupan manusia, roda ini akan terus berputar dari awal menuju akhir dan kembali lagi ke awal dan menuju akhir, kecuali seseorang telah mencapai Nibbana (Kesadaran Tertinggi).

Penghentian (Nirodha)

Di mulai dari awal, dengan penghentian total dan akhir dari ketidaktahuan, maka bentuk-bentuk pikiran akan berhenti, dengan penghentian bentuk-bentuk pikiran, maka kesadaran yang menghubungkan kembali akan berhenti, nama dan rupa juga akan terhenti, kemudian 6 landasan indriya akan terhenti, kesan-kesan akan terhenti, perasaan akan berhenti, nafsu akan berhenti, kemelekatan akan berhenti, proses menjadi akan berhenti, kelahiran juga akan berhenti, dnegan penghentian dari kelahiran, maka usia tua, kematian, kesedihan, ratap tangis, penyakit, ketidaksenangan dan keputusasaan akan berhenti, dengan demikian maka semua bentuk-bentuk penderitaan akan berhenti.

Friday, January 27, 2006

5 Hukum Tertib Alam Semesta (Panca Niyama Dhamma)


Menurut Ajaran Buddha, terdapat 5 hukum atau proses (niyama) yang beroperasi di alam-alam fidik maupun mental, yaitu :

1. Hukum Fisik Anorganik (Utu Niyama)
Contoh :
a. Fenomena musiman dari angin, panas dan hujan
b. Hukum-hukum yang tepat mengenai musim musim
c. Karakteristik peristiwa dan perubahan musim
d. Penyebab angin dan hujan, sifat panas, dll

2. Hukum Biji-bijian atau Fisik Organik (Bija Niyama)
Contoh :
a. Padi tumbuh dari biji
b. Rasa manis dari gula tebu atau madu
c. Uniknya karakteristik dari buah tertentu
d. Teori ilmu pengetahuan tentang sel dan gen, serta kemiripan pada anak kembar mungkin dapat dijelaskan berdasarkan pada hukum ini.

3. Hukum Perbuatan dan Akibatnya (Kamma Niyama)
Contoh : Tindakan yang sengaja ataupun tidak disengaja menghasilkan hasil yang baik dan buruk.

4. Hukum Pikiran dan Psikis (Citta Niyama)
Contoh :
a. Proses kesadaran
b. Kelanjutan kesadaran
c. Kekuatan pikiran, termasuk telepati
d. Telesthesia
e. Kemampuan mengingat hal-hal lampau
f. Kemampuan meramal
g. Mata dewa
h. Telinga dewa
i. Kemampuan membaca pikiran
j. Fenomena psikis lainnya yang tidak dapat dijelaskan ooeh ilmu pengetahuan modern.

5. Hukum Realita (Dhamma Niyama)
Contoh : Gejala alam yang terjadi pada saat kelahiran terakhir seorang Boddhisatta. Hukum gravitasi dan hukum-hukum alam lainnya juga termasuk dalam kelompok ini.

Proses Kematian dan Lampu Minyak


Ada 4 proses penyebab kematian, yaitu :
1. Kematian karena habisnya daya hidup
2. Kematian karena habisnya kekuatan kamma
3. Kematian karena kedua sebab diatas
4. Kematian karena kamma penghancur

Tiga jenis sebab pertama secara kolektif disebut kalamarana (kematian karena waktu), dan yang terakhir dikenal sebagai akalamarana (kematian diluar dugaan)

Sebagai contoh, sebuah lampu minyak, padam karena salah satu dari 4 kemungkinan/sebab akibat berikut ini :
1. Padam karena kehabisan sumbunya
2. Padam karena habisnya minyak
3. Padam karena habisnya sumbu dan minyak (secara bersamaan)
4. Karena angin

Kematian seseorang pun dapat disebabkan oleh salah satu dari keempat sebab tersebut diatas.

Seseorang yang hampir meninggal, pada saat kematian, oleh kekuatan kamma, salah satu dari berikut ini akan mewakilinya melalui salah satu dari 6 pintu indera :
1. Sebuah kamma yang menghasilkan kelahiran kembali yang berikutnya, memasuki pintu kesadaran berdasarkan kondisi
2. Sebuah objek (kamma nimitta) sebagai sebuah bentuk kesadaran awal dan sejenisnya, atau segala sesuatu yang digunakan dalam memunculkan kamma.
3. Sebuah isyarat keberadaan yang berupa simbolik (gari Nimitta) menunjukkan dimana seseorang akan meninggal dan mengalami tempat kelahiran berikutnya.

Kematian bukanlah total pemusnahan suatu makluk. Kematian di suatu tempat berarti kelahiran di tempat lainnya, seperti dalam istilah yang biasa, terbitnya matahari di suatu tempat berarti tenggelamnya matahari di tempat yang lain.
Kematian adalah akhir sementara dari fenomena sementara.

Jadi Kematian berarti kepunahan dari :
a. Kehidupan fisik (jivitindriya)
b. Panas (tejodhatu)
c. Kesadaran (vinnana) suatu individu pada keberadaan tertentu.

KAMMA menurut HASILNYA


1. Garuka Kamma
Yang berari kamma berat (serius), bisa bersifat baik maupun buruk. Kamma ini berbuah dalam kehidupan ini dan kehidupan-kehidupan berikutnya. Jika bersifat baik, maka ia akan beruapa keadaan batin yang suci seperti dalam kasus pencapaian Jhana, sebaliknya jika bersifat buruk, ia merupakan ucapan ataupun perbuatan. Lima jenis garuka kamma menurut prioritas mereka yaitu :
a. Membunuh Ayah
b. Membunuh Ibu
c. Membunuh Arahat
d. Menyebabkan perpecahan Sangha
e. Melukai Buddha

Hal-hal di atas disebut juga Anantariya Kamma karena begitu cepat menghasilkan buahnya dalam kehidupan. Pandangan salah yang permanen (niyata micchaditthi) juga termasuk sebagai salah satu garuka kamma.

Sebagai Contoh :

(1) Jika seseorang yang telah mengembangkan jhana dan kemudian ia melakukan salah satu dari kejahatan keji di atas, maka kamma baiknya akan terhapus oleh kamma buruknya yang berkekuatan lebih besar. Kelahirannya yang berikut akan dikondisikan oleh kamma buruk tanpa dapat dicegah oleh pencapaian jhana yang telah dia lakukan terlebih dahulu. Devadatta kehilangan kekuatan batinnya dan terlihat dalam alam yang rendah karena telah melukai Sang Buddha dan menyebabkan perpecahan Sangha
(2) Raja Ajatasattu akan dapat mencapai tingkat kesucian pertama (sotapanna) jika dia tidak membunuh ayahnya. Dalam kasus ini, kekuatan kamma buruk bertindak sebagai penghalang bagi dirinya untuk mencapai tingkat kesucian.

2. Assana Kamma
Adalah kamma yang dilakukan seseorang atau diingat seseorang sesaat sebelum kematian, yang akan dilanjutkan pada signifikasinya dalam menentukan kelahiran berikutnya. Di Negara Buddhis, masih banyak umat yang menjalankan tradisi mengigatkan orang yang hampir meninggal akan kebajikan dan membuat mereka untuk melakukan kebajikan menjelang kematiannya.

Sebagai Contoh :

(a) Terkadang seorang yang jahat dapat meninggal dengan tenang dan mendapatkan kelahiran yang baik, jika dia mengingat atau melakukan perbuatan-perbuatan baik pada saat terakhir hidupnya. Ada sebuah kisah yang menceritakan bahwa seorang algojo secara kebetulan memberikan dana makanan kepada Yang Ariya Sariputta. Pada saat menjelang kematiannya ia mengingat perbuatan bajik ini dan sebagai akibatnya ia dilahirkan di alam bahagia. Akan tetapi hal ini tidak berarti bahwa meskipun algojo tersebut menikmati kelahiran yang menyenangkan, ia akan terbebas dari akibat-akibat perbuatan buruk yang telah terkumpul selama masa hidupnya. Perbuatan-perbuatan itu akan berbuah ketika kesempatannya atau kondisinya tiba.
(b) Sementara itu, seseorang yang baik dapat meninggal dengan tidak tenang karena tiba-tiba teringat akan perbuatan buruknya atau karena memiliki pikiran jahat, yang secara bersamaan didukung oleh keadaan yang tidak menguntungkan. Dalam kitab suci, Ratu Mallika, permainsuri Raja Kosala, mengingat sebuah kebohongan yang telah dilakukannya kepada suaminya sebelum meninggal, dan karena itu ia menderita selama ,tujuh hari di alam menyedihkan.

Contoh di atas adalah kasus-kasus pengecualian. Kemungkinan adanya perubahan kelahiran dari lahirnya anak yang baik dari orang tua yang jahat, bisa berubah menjadi kelahiran anak yang jahat dari orang tua yang baik, karena secara umum, pikiran seseorang menjelang kematian sangat dipengaruhi oleh perbuatannya dalam kehidupan.

c. Accina Kamma
Adalah kamma yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan. Kebiasaan, apakah itu baik atau buruk, cenderung membentuk karakter seseorang. Pada saat pikiran kurang waspada, seseorang dapat tergelincir oleh pola pikir mentalnya yang sudah menjadi kebiasaan. Pada saat menjelang kematian, jika tidak dipengaruhi oleh factor-faktor lainnya, seseorang akan mengingat kembali kebiasaan-kebiasaan yang telah dilakukannya.

Sebagai Contoh :
(1) Cunda, seorang tukang jagal, yang tinggal di sekita vihara tempat dimana Sang Buddha tinggal, meninggal sambil menjerit seperti babi karena dia mencari nafkah dengan menjagal babi-babi.
(2) Raja Sri Langka yang bernama Dutthagamani, mempunyai kebiasan memberi dana makanan kepada para Bhikkhu sebelum ia makan terlebih dahulu. Kebiasaan kebajikan ini mengantarkannya ke alam Tusita karena pada saat kematiannya ia mengingat akan kebiasaan akan kebajikannya.

d. Kattata Kamma
Adalah kamma yang dilakukan sekali seumur hidup dan kemudian terlupakan. Hal ini seperti simpanan kebajikan si pelaku. Kattata kamma ini disebut juga sebagai kamma yang lemah.

KAMMA menurut FUNGSINYA


1. Kamma Penghasil (Janaka Kamma)
Janaka kamma adalah kamma yang menghasilkan kelompok batin dan kelompok materi pada saat pembuahan. Kesadaran awal yang disebut dengan istilah patisandhi vinnana (kesadaran kelahiran kembali) dikondisikan oleh kamma ini. Bersamaan dengan munculnya kesadaran kelahiran kembali, timbul pula 10 faktor pembentuk fisik, 10 faktor pembentuk jenis kelamin, 10 faktor unsure pokok (kaya-bhava-vatthu dasaka), yaitu :

a. Unsur Padat (pathavi)
b. Unsur Cair (apo)
c. Unsur Panas (tejo)
d. Unsur Gerak (vayo)
e. Warna (vanna)
f. Bau (gandha)
g. Rasa (rasa)
h. Nutrisi (oja)
i. Vitalitas (jivitindriya)
j. Jasmani (kaya), Jenis kelamin (bhava), Unsur pokok (Vatthu)

2. Kamma Penguat (Upathambaka Kamma)
Kamma penguat adalah kamma yang datang setelah kamma penghasil dan menyokongnya. Kamma ini tidak bersifat baik maupun buruk, akan tetapi hanya membantu atau mempertahankan kekuatan kamma penghasil, dalam rangkaian siklus kehidupan seseorang. Dari saat setelah pembuahan sampai saat menjelang kematian, kamma penyokong akan terus bekerja menyokong kamma penghasil. Kamma penyokong yang baik bersifat membantu dalam membangun kesehatan, kekayaan, kegembiraan, dll terhadap pelakunya. Sebaliknya suatu kamma penyokong yang buruk akan menyebabkan penderitaan, kesedihan, dll pada orang yang lahir dengan kamma penghasilnya yang buruk. Sebagai contoh binatang siksaan.




3. Kamma pelemah (Upapidaka Kamma)
Tidak seperti kamma penguat, kamma pelemah bersifat untuk memperlemah, menghalangi, dan memperlambat berbuahnya kamma penghasil. Sebagai contoh, seseorang yang terlahir dengan kamma penghasil yang baik, bisa saja menderita berbagai macam penyakit, yang mencegahnya menikmati hasil-hasil yang menyenangkan dari perbuatan-perbuatan baik yang telah dia lakukan. Sebaliknya sesekor binatang yang dilahirkan akibat kamma penghasil yang buruk, bisa saja menikmati hidup yang nyaman dengan memperoleh makanan yang baik, tempat tinggal yang layak dsb, sebagai hasil kamma penghalangnya yang baik, yang mencegah berbuahnya kamma penghasil yang buruk.

4. Kamma Penghancur (Upaghataka Kamma)Menurut hukum Kamma, kekuatan dari kamma penghasil dapat dihapus hanya oleh dorongan kamma berlawanan yang sangat kuat yang dilakukan di masa lampau. Kamma ini mencari kesempatan untuk berbuah dan bisa saja bekerja tanpa disangka-sangka, seperti sebuah daya penghalang berkekuatan besar yang dapat menghentikan lajunya anak panah dan menjatuhkannya ke tanah. Kamma seperti ini disebut sebagai kamma penghancur, yang lebih kuat dibandingkan kedua kamma sebelumnya, karena tidak hanya menghalangi tetapi menghancurkan kekuatan kamma penghasil secara total. Kamma penghancur ini juga dapat bersifat baik atau buruk.

HUKUM KAMMA


Kamma dalam bahasa Pali atau Karma dalam bahasa Sansekerta terdiri dari 4 Kategori besar (Ringkasan) :

1. Kamma berdasarkan Fungsi :
a. Kamma Penghasil (Janaka Kamma)
b. Kamma Penguat (Upatthambaka Kamma)
c. Kamma Pelemah (Upapidaka Kamma)
d. Kamma Penghancur (Upaghataka Kamma)

2. Kamma berdasarkan Kekuatan/Hasilnya :
a. Kamma berat (Garuka Kamma)
b. Kamma yang sesaat sebelum kematian (Asanna Kamma)
c. Kamma kebiasaan (Acinna Kamma)
d. Kamma lemah (Katatta Kamma)

3. Kamma berdasarkan Waktu :
a. Kamma yang berbuah langsung pada kehidupan sekarang (Ditthadhammavedaniya Kamma)
b. Kamma yang berbuah langsung pada kehidupan berikutnya (Upapajjavedaniya Kamma)
c. Kamma yang berbuah pada kehidupan-kehidupan berikutnya atau waktu tak tentu (Aparapariyavedaniya Kamma)
d. Kamma yang gagal berbuah (Ahosi Kamma)

4. Kamma berdasarkan Tempat terjadinya :
a. Kamma buruk (Akusala Kamma) pada alam-alam penuh nafsu (Kamavacara)
b. Kamma baik (Kusala Kamma) pada alam-alam penuh nafsu (Kamavacara)
c. Kamma baik pada alam berbentuk (Rupavacara)
d. Kamma baik pada alam tanpa bentuk (Arupavacara)

4 Hal Mempengaruhi Badan Jasmani


Tubuh kita dapat dipengaruhi oleh 4 kondisi berikut :

1. Makanan
Apa yang kita makan dapat mempengaruhi fisik kita secara langsung maupun tidak langsung, Makanan yang sehat dapat membuat tubuh menjadi sehat dan sebaliknya makanan yang buruk dapat mengakibatkan tubuh menjadi sakit.

2. Cuaca
Cuaca dan Iklim juga dapat mempengaruhi perkembangan fisik kita, Hidup di negara yang mempunyai iklim yang banyak akan berbeda dengan hidup di negara yang hanya mempunyai beberapa iklim, Negara yang bersih, adem dan nyaman juga ikut mempengaruhi keadaan fisik kita.

3. Pikiran
Pikiran merupakan pelopor segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin dan pembentuk, apa yang ingin kita bentuk dan harapkan dari diri kita semua tergantung dari pikiran kita, Pikiran yang jernih, murni dan baik akan mempengaruhi badan jasmani kita.

4. Kamma
Badan ini, rupa ini, panca indera ini semua terbentuk dari kamma kita, seseorang yang rupawan, tinggi, langsing dsb merupakan kondisi kamma atau factor keturunan yang dibawa sejak lahir maupun ketika beranjak dewasa, Badan Jasmani yang dibawa sejak lahir juga dapat diubah sesuai dengan kamma masing-masing.

Tuesday, January 24, 2006

4 Jenis Kelahiran

Ajaran Buddha mengenal 4 jenis kelahiran, yaitu :
1. Kelahiran melalui telur (Andaja)
2. Kelahiran melalui kandungan (Jalabuja)
3. Kelahiran melalui kelembaban (Samsedaja)
4. Kelahiran secara spontan (Opapatika)

4 jenis kelahiran ini mencapuk kelahiran semua mahluk hidup.

Burung dan ular termasuk pada kelompok 1.

Mahluk hidup yang lahir melalui kandungan mencakup manusia, beberapa dewa yang mendiami bumi, dan beberapa hewan yang lahir dari rahim induknya.

Embrio, menggunakan bahan-bahan lembab seperti nidus untuk perkembangannya, seperti pada hewan-hewan tingkat rendah, termasuk pada kelompok 3.

Mahluk yang lahir secara spontan pada dasarnya tidak dapat dilihat oleh mata biasa. Terkondisi oleh kamma lampaunya, mereka muncul secara spontan, tanpa melalui fase embrio. Peta, Dewa, dan Brahma termasuk dalam kelompok ini .
HUKUM KAMMA

31 Alam Kehidupan

Agama Buddha mengenal adanya 31 Alam kehidupan yang terdiri dari 3 bagian besar yaitu : Kamavacara (Alam nafsu), Rupavacara (Alam berbentuk) dan Arupavacara (Alam tanpa bentuk).

Uraian di bawah ini merupakan alam yang paling rendah sampai alam yang paling tinggi :

a. Kamavacara (Alam Nafsu)

1. Niraya (Keadaan yang menyedihkan) : waktu tidak terbatas
2. Tiracchana (Dunia/alam binatang/hewan) : waktu tidak terbatas
3. Peta (Lingkungan para Peta) : waktu tidak terbatas
4. Asura (Rombongan para Asura) : waktu tidak terbatas

5. Manussa (Alama manusia) : waktu tidak terbatas

6. Catumaharajika (Alam 4 raja) : waktu 500 CY
7. Tavatimsa (Alam 33 dewa) : waktu 1.000 CY
8. Yama (Alam dewa Yama) : waktu 2.000 CY
9. Tusita (Alam yang sangat menyenangkan) : waktu 4.000 CY
10. Nimmanarati (Alam para dewa yang berbahagia dalam ciptaannya) : waktu 8.000 CY
11. Paranimmaitavasavatti (Alam para dewa yang berbuat seolah-olah berkuasa atas penciptaan mahluk lainnya) : 16.000 CY

b. Rupavacara (Alam Berbentuk)

Jhana 1
12. Brahmaparisajja (Alam kelompok pengiring Brahma) : waktu 0,3 Ak
13. Brahmapurohita (Alam pelayan-pelayan Brahma) : waktu 0,5 Ak
14. Mahabrahmano (Alam Maha Brahma) : waktu 1 Ak

Jhana 2
15. Parittabha (Alam cahaya kecil ) : waktu 2 Mk
16. Appamanabha (Alam cahaya tak terbatas) : waktu 4 Mk
17. Abhassara (Alam cahaya bersinar) : waktu 8 Mk

Jhana 3
18. Parittasubha (Alam aura kecil) : waktu 16 Mk
19. Appamanasubha (Alam aura yang tidak terbatas) : waktu 32 Mk
20. Subhakinna (Alam aura yang kokoh) : waktu 64 Mk




Jhana 4
21. Vehapphala (Alam berpahala besar) : waktu 500 Mk
22. Asannasatta (Alam mahluk-mahluk tanpa pikiran : waktu 500 Mk
Alam-alam murni
23. Aviha (Alam yang tahan lama) : waktu 1000 Mk
24. Attapa (Alam yang tenang) : waktu 2000 Mk
25. Sudassi (Alam yang indah) : waktu 4000 Mk
26. Suddasa (Alam penglihatan terang) : waktu 8000 Mk
27. Akanittha (Alam tertinggi) : waktu 16000 Mk

c. Arupavacara (Alam-alam Tanpa Bentuk)
28. Akasanancayatanabhunmi (Alam ruangan tanpa batas) : waktu 20000 Mk
29. Vinnanancayatanabhumi (Alam kesadaran tanpa batas) : waktu 40000 Mk
30. Akincannayatanabhumi (Alam kekosongan) : waktu 60000 Mk
31. Alam bukan-pencerapan maupun tidak bukan pencerapan (N’evasanna Nasannayatanabhumi) : waktu 84.000 Mk

Mk = Maha Kappa
Ak = Asankheyya Kappa
CY = Celestial Year

Sumber-sumber literature mengatakan bahwa 50 tahun manusia sama dengan satu hari Celestial. Masa pada alam Empat Dewa adalah 500 tahun Celestial, sama dengan 9000000 tahun siklus hidup manusia.

Friday, January 06, 2006

Brahma Vihara (4 Keadaan Batin yang Luhur)


Brahma Vihara adalah Empat keadaan batin yang luhur, jika Brahma vihara ini kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari akan terlahir ke alam Brahma Vihara.

Brahma Vihara itu terdiri dari :

1. Metta : Cinta kasih.
Musuh Langsung : Kebencian (Dosa)
Musuh Tidak Langsung : Sentimen Pribadi (Pema)

2. Karuna : Kasih sayang
Musuh Langsung : Kekejaman (Himsa)
Musuh Tidak Langsung : Perasaan Tidak Senang (Domanassa)

3. Mudita : Turut Berbahagia.
Musuh Langsung : Iri hati (Issa)
Musuh Tidak Langsung : Kegembiraan Berlebihan (Pahasa)

4. Upekkha (Tenang Seimbang/Keseimbangan Batin)
Musuh Langsung : Kegelisahan (Vicikiccha)
Musuh Tidak Langsung : Tidak Berperasaan

Jika kita mengambil objek meditasi cita kasih yang ada di atas, seperti cinta kasih terhadap orang lain, kasih sayang, turut berbahagia terhadap orang lain dan keseimbangan batin, maka kita akan mendapatkan 11 manfaat cinta kasih ini, yaitu :
1. Dapat tidur dengan bahagia.
2. Bangun dengan perasaan bahagia.
3. Tidak mengalami mimpi buruk
4. Dicintai oleh sesama mahluk
5. Dicintai oleh mahluk bukan-manusia
6. Terhindari dari racun.
7. Dilindungi oleh para Dewa.
8. Dapat memusatkan pikiran dengan cepat
9. Memiliki paras yang menyenangkan
10. Pada akhirnya hidupnya akan dapat meninggal dengan tenang
11. Setelah meninggal akan terlahir di alam-alam bahagia atau alam Brahma.

Wednesday, January 04, 2006

4 Tingkat Kesucian Ajaran Buddha (Ariya Puggala) dan 10 Belenggu Hidup

Empat mahkluk suci :
1. Sotapanna (Pemenang arus/7 kali kembali ke alam manusia), Jika hendak mencapai tingkat kesucian pertama ini harus menghapus :
a. Kepercayaan akan adanya jiwa yang kekal (Sakkayaditthi)
b. Keragu-raguan (Vicikiccha)
c. Kemelekatan pada ritual dan upacara (Silabbata Paramasa)

2. Sakadagami (1 kali kembali ke alam manusia), Jika hendak mencapai tingkat kesucian kedua ini harus menghapus :
a. Kepercayaan akan adanya jiwa yang kekal (Sakkayaditthi)
b. Keragu-raguan (Vicikiccha)
c. Kemelekatan pada ritual dan upacara (Silabbataparamasa)
Memperlemah :
d. Nafsu indera (Kamaraga)
e. Kebencian (Patigha)

3. Anagami (Mahluk suci yang tidak kembali lagi), harus menghapuskan :
a. Kepercayaan akan adanya jiwa yang kekal (Sakkayaditthi)
b. Keragu-raguan (Vicikiccha)
c. Kemelekatan pada ritual dan upacara (Silabbataparamasa)
d. Nafsu indera (Kamaraga)
e. Kebencian (Patigha)

4. Arahat (Seorang yang telah mencapai Nibbana), menghapus 10 Belenggu, yaitu :
a. Kepercayaan akan adanya jiwa yang kekal (Sakkayaditthi)
b. Keragu-raguan (Vicikiccha)
c. Kemelekatan pada ritual dan upacara (Silabbataparamasa)
d. Nafsu indera (Kamaraga)
e. Kebencian (Patigha)
f. Kemelekatan terhadap rupa jhana dan alam-alam bentuk (Ruparaga)
g. Kemelekatan terhadap arupa jhana dan alam-alam tanpa bentuk (Aruparaga)
h. Kekosongan (Mana)
i. Kegelisahan (Uddhacca)
j. Kebodohan batin (Avijja)

P.S : Sang Buddha telah mencapai nibbana atau telah menjadi seorang Arahat dengan menghapuskan 10 belenggu (Samyojana)

Monday, January 02, 2006

TILAKKHANA (Tiga Corak Umum)

Salah satu inti dari ajaran Sang Buddha adalah Tilakkhana yang disebut dengan tiga corok umum atau tiga pegangan hidup.

Segala yang terbentuk, terwujud atau yang ada itu :
1. Tidak kekal/ berubah-ubah (Anicca)
Dalam menghadapi suatu masalah yang ada, kita sadari bahwa masalah itu sendiri adalah tidak kekal atau berubah-ubah tergantung dengan waktu, situasi dan kondisi yang ada, maka kita dapat menyelesaikan masalah dengan tenang dan baik serta tidak tergesa-gesa, Sebagai contoh, mungkin pagi ini kita mendapatkan masalah yang berat, namun setelah melewati beberapa pagi berikutnya masalah tersebut akan berakhir, itulah hukul alam Anicca, segala sesuatu yang muncul pasti tidak kekal dan akan berubah-ubah.

2. Tidak memuaskan (Dukkha)
Segala sesuatu yang ada itu tidak memuaskan/tidak nyaman dan mengundang penderitaan, apakah itu sesuatu yang mengembirakan atau menyakitkan, bertemu dengan orang yang tidak disukai adalah penderitaan atau berpisah dengan orang yang disenangi juga adalah penderitaan, segala sesuatu yang muncul adalah penderitaan.
3. Tanpa Inti/ tidak aku yang sesungguhnya (Anatta)
Segala sesuatu yang telah ada atau belum ada, yang telah muncul atau belum muncul semua adalah tanpa inti, bukan milik sebenarnya, tubuh ini bukan milik kita sebenarnya, begitu juga benda-bendawi, nafsu keinginan, semua hal yang berwujud tanpa aku, tanpa diri, bukanlah milik kita.

Dari Ke-3 corak umum kehidupan atau 3 corak hukum alam ini, mari kita sadari bahwa, segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak kekal dan bukan milik kita serta mengundang penderitaan, maka kita dapat menghadapi hidup ini dengan tenang dan bijaksana tanpa gangguan yang ada.

4 Tingkat Kesucian Ajaran Buddha (Ariya Puggala) dan 10 Belenggu Hidup

Empat mahkluk suci :
1. Sotapanna (Pemenang arus/7 kali kembali ke alam manusia), Jika hendak mencapai tingkat kesucian pertama ini harus menghapus :
a. Kepercayaan akan adanya jiwa yang kekal (Sakkayaditthi)
b. Keragu-raguan (Vicikiccha)
c. Kemelekatan pada ritual dan upacara (Silabbata Paramasa)

2. Sakadagami (1 kali kembali ke alam manusia), Jika hendak mencapai tingkat kesucian kedua ini harus menghapus :
a. Kepercayaan akan adanya jiwa yang kekal (Sakkayaditthi)
b. Keragu-raguan (Vicikiccha)
c. Kemelekatan pada ritual dan upacara (Silabbataparamasa)
Memperlemah :
d. Nafsu indera (Kamaraga)
e. Kebencian (Patigha)

3. Anagami (Mahluk suci yang tidak kembali lagi), harus menghapuskan :
a. Kepercayaan akan adanya jiwa yang kekal (Sakkayaditthi)
b. Keragu-raguan (Vicikiccha)
c. Kemelekatan pada ritual dan upacara (Silabbataparamasa)
d. Nafsu indera (Kamaraga)
e. Kebencian (Patigha)

4. Arahat (Seorang yang telah mencapai Nibbana), menghapus 10 Belenggu, yaitu :
a. Kepercayaan akan adanya jiwa yang kekal (Sakkayaditthi)
b. Keragu-raguan (Vicikiccha)
c. Kemelekatan pada ritual dan upacara (Silabbataparamasa)
d. Nafsu indera (Kamaraga)
e. Kebencian (Patigha)
f. Kemelekatan terhadap rupa jhana dan alam-alam bentuk (Ruparaga)
g. Kemelekatan terhadap arupa jhana dan alam-alam tanpa bentuk (Aruparaga)
h. Kekosongan (Mana)
i. Kegelisahan (Uddhacca)
j. Kebodohan batin (Avijja)

P.S : Sang Buddha telah mencapai nibbana atau telah menjadi seorang Arahat dengan menghapuskan 10 belenggu (Samyojana)

10 Perbuatan Baik (Kusala Kammapatha)

Di dalam konsep buddhis, Ada 10 perbuatan baik yang apabila dilakukan akan lebih cepat berbuah karma baik.

1. Berdana (Dana)
2. Bermoral (Sila)
3. Meditasi (Bhavana)
4. Menghormat orang yang patut dihormati (Apacayana)
5. Melayani orang yang patut dilayani (Veyyavacca)
6. Pemberian jasa (Pattidana)
7. Turut bahagia atas kebaikan orang lain (Pattanumodana)
8. Mendengarkan Dhamma (Dhamma Savanna)
9. Membabarkan Dhamma (Dhamma Desana)
10. Mengarahkan pada pandangan benar (Ditthijju kamma)

10 Perbuatan Buruk (Akusala Kammapatha)

Di dalam konsep buddhis, Ada 10 perbuatan buruk yang apabila dilakukan akan lebih cepat berbuah karma buruk.

1. Membunuh (Panatipata)
2. Mengambil barang yang tidak diberikan (Adinnadana)
3. Perbuatan asusila (Kamesumicchacara)
4. Berdusta (Musavada)
5. Menfitnah (Pisunavaca)
6. Berbicara kasar (Pharusavaca)
7. Omong kosong (Samphappalapa)
8. Ketamakan (Abhijja)
9. Kebencian (Vyapada)
10. Pandangan salah (Micchaditthi)