.

.

Pages

Friday, December 30, 2005

Jalan Mulia Berunsur Delapan

Inilah 8 jalan mulia untuk melenyapkan Dukkha (Penderitaan) yang terdapat dalam 4 kebenaran Mulia :

1. Pandangan Benar
a. Empat Kebenaran Mulia (Ariyan Sacca)
b. Sepuluh Perbuatan Buruk (Akusala Kammapatha)
c. Seuluh Perbuatan Baik (Kuala Kammapatha)
d. Tiga Corak Umum (Ti-lakkhana)
e. EmpatTingkat Kesucian (Ariya Puggala) dan Sepuluh Belenggu (Samyojana)
f. Sebab-musabab Saling Bergantungan (Paticca Samuppada)

2. Pemikiran Benar (Samma sankappa)
a. Berpikiran bebas dari nafsu keinginan (nekkhama-sankappa)
b. Berpikiran bebas dari kekejaman (Avihimsa-sankappa)
c. Berpikiran bebas dari niat jahat (Avyapada-sankappa)

3. Ucapan Benar (Samma vaca)
a. Menjauhkan diri dari berdusta
b. Menjauhkan diri dari memfitnah
c. Menjauhkan diri dari ucapan-ucapan kasar
d. Menjauhkan diri dari omong kosong atau perkataan yang tidak ada artinya.

4. Perbuatan Benar (Samma kammanta)
a. Menjauhkan diri dari pembunuhan
b. Menjauhkan diri dari mengambil barang yang tidak diberikan
c. Menjauhkan diri dari perbuatan asusila

5. Mata Pencaharian Benar (Samma ajiva)
Perumah tangga seharusnya menghindari :
a. Berdagang alat senjata
b. Berdagang makhluk hidup
c. Berdagang daging
c. Berdagang minuman yang memabukkan
e. Berdagang racun

6. Daya Upaya Benar (Samma Vayama)
a. Upaya untuk menghindari (Samavara ppadhana)
Mendorong kemauan untuk menghindari timbulnya kejahatan, sesuatu yang tidak baik yang belum muncul.
b. Upaya untuk menanggulangi (Phana ppadhana)
Mendorong kemauan untuk menanggulangi kejahatan, sesuatu yang tidak baik yang telah muncul.
c. Upaya untuk mengembangkan (bhavana ppadhana)
Mendorong kemauan untuk membangkitkan sesuatu yang baik yang belum muncul.
d. Upaya untuk mempertahankan (anurakkhana ppadhana)
Mendorong kemauan untuk mempertahankan factor-faktor baik yang telah muncul, dan tidak membiarkan mereka hilang, melainkan mengembangkan, mendewasakan, dan berusaha agar factor-faktor ini mencapai perkembangan sempurna.

7. Perhatian Benar (Samma sati)
Empat Landasan Perhatian Benar (Satipatthana)
a. Perenungan terhadap tubuh (Satipatthana)
b. Perenungan terhadap perasaan (Kayanupassana)
c. Perenungan terhadap pikiran (Citanupassana)
d. Perenungan terhadap objek-objek pikiran (Dhammanupassana)

8. Konsentrasi Benar (Samma samadhi)
Konsentrasi : Pemusatan pikiran pada satu objek (Cittakaggata)
Objek : Empat Landasan Perhatian Murni
Prasyarat : Empat Upaya Keras

Dua tingkat perkembangan :
1. Konsentrasi Mendekati (Upacara samadhi)
Mendekati tingkat pencerapan (jhana), namun belum mencapainya.
2. Konsentrasi Pencapaian (Appana samadhi)
Mencapai tingkat pencerapan (jhana).

Wednesday, December 28, 2005

(4 Kebenaran Mulia) Kebenaran Mulia tentang Jalan menuju Lenyapnya Dukkha


Bagaimana jalan menuju lenyapnya dukkha/penderitaan ?

Ini adalah jalan mulia berunsur delapan,
Pandangan benar, Pemikiran benar,
Ucapan benar, Perbuatan benar, Mata pencaharian benar,
Daya upaya benar, Perhatian benar, Konsentrasi benar.

Apakah pandangan benar itu ?

Pengetahuan tentang penderitaan,
Pengetahuan tentang asal mulanya penderitaan,
Pengetahuan tentang jalan menuju lenyapnya penderitaan
Inilah yang disebut dengan pandangan benar

Apa ipemikiran benar itu ?

Pikiran yang bebas,
Pikiran yang berkehendak baik
Pikiran yang tidak merugikan,
Inilah yang disebut dengan pemikiran benar

Apa ucapan benar itu ?

Menghindari berbohong,
Menghindari menfitnah,
Menghindari kata-kata yang kasar,
Menghindari perkataan yang tidak perlu,
Inilah yang disebut dengan ucapan benar

Apa perbuatan benar itu ?

Menghindari pembunuhan mahluk hidup,
Menghindari pengambilan barang yang tidak diberikan,
Menghindari perbuatan asusila,
Inilah yang disebut dengan perbuatan benar


Apa mata pencaharian benar itu ?

Ini merupakan jalan para Ariya,
Telah meninggalkan cara hidup yang salah,
Menjalankan kehidupan yang benar,
Inilah yang disebut sebagai penghidupan yang benar

Apa daya upaya benar itu ?

Seorang Bhikkhu membangkitkan keinginannya, membuat sebuah usaha, mengumpulkan tenaga,mengerahkan pikirannya dan berjuang untuk mencegah unsure-unsur jahat dan tidak sehat yang belum ada di dalam batin. Ia membangkitkan keinginannya, membuat sebuah usaha, mengumpulkan tenaga, mengerahkan pikirannya dan berjuang untuk memusnahkan unsure-unsur jahat dan tidak sehat yang sudah ada di dalam batin.

Ia membangkitkan keinginannya, membuat sebuah usaha, mengumpulkan tenaga, mengerahkan pikirannya, pikirannya dan berjuang agar unsure-unsur jahat dan tidak sehat yang sudah ada di dalam batin,
Tidak membiarkan hilang,
Menumbuhkannya,
Hingga mencapai perkembangan sepenuhnya.
Inilah yang disebut dengan daya upaya benar.

Apa perhatian benar itu?

Seorang Bhikkhu terus menerus merenungkan tubuh sebagai tubuh,
Dengan rajin, selalu waspada dan berhati-hati,
Dan telah melepaskan keinginan dan kegelisahan terhadap dunia,
Ia terus menerus merenungkan perasaan sebagai perasaan,
Dengan rajin, selalu waspada dan berhati-hati,
Dan telah melepaskan keinginan dan kegelisahan terhadap dunia.
Ia terus menerus merenungkan objek-objek pikiran sebagai objek-objek pikiran,
Dengan rajin, selalu waspada dan berhati-hati,
Dan telah melepaskan keinginan dan kegelisahan terhadap dunia.
Inilah yang disebut dengan perhatian benar.

Apa konsentrasi benar itu ?

Seorang bhikkhu telah meninggalkan kesenangan indria, memasuki dan berdiam di jhana pertama, dibarengi pemikiran dan pemeriksaan (ketekunan awal dan terus menerus)
Terlahir dari kesendirian, dipenuhi suka cita dan kegembiraan.

Dan dengan meredanya pemikiran dan pemeriksaan,
Memiliki ketenangan dalam diri sendiri dan kemanunggalan pikiran,
Memasuki dan berdiam dalam jhana kedua,
Yang tanpa pemikiran dan pemeriksaan (ketekunan awal dan terus menerus)
Terlahir dari konsentrasi, dipenuhi suka cita dan kegembiraan.

Selanjutnya dengan memudarnya kebahagiaan,
Berdiam dengan ketenangan yang kokoh,
Penuh perhatian dan waspada,
Keadaannya ini dinyatakan para ariya sebagai berikut :
“Dia tenang seimbang, waspada, orang yang berdiam dengan bahagia”
Ia memasuki Jhana Ketiga

Setelah meninggalkan kesenangan dan penderitaan, dan
Dengan lenyapnya kegembiraan dan kesedihan
Ia memasuki dan berdiam di Jhana Keempat
Yang tidak menyakitkan maupun menyenangkan,
Dan di murnikan lewat ketenangan dan kewaspadaan,
Inilah yang disebut sebagai konsentrasi benar

Inilah yang disebut dengan Jalan Menuju Lenyapnya Penderitaan.

Monday, December 26, 2005

(4 Kebenaran Mulia) Kebenaran Mulia tentang Berhentinya Dukkha ?


Apa itu berhentinya penderitaan ?

Ia adalah penghentian dan pemadaman sempurna dari keinginan,
Ia adalah peninggalan dan pelepasan,
Pembebasan diperoleh darinya,
Pemisahan diperoleh darinya.

Dan bagaimana kemelekatan ini dapat dihentikan,
Bagimana penghentian ini bisa terjadi ?

Dimanapun juga di dalam dunia ini, dimana terdapat suatu yang ramah dan menyenangkan,
Disinilah penghentiannya dapat terjadi.

Dan apa itu, yang berada di dunia ini, yang ramah dan menyenangkan ?

Mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, pikiran adalah ramah dan menyenangkan di dunia ini.

Penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, sentuhan, objek-objek pikiran adalah ramah dan menyenangkan di dunia ini.

Kesadaran mata, kesadaran telinga, kesadaran penciuman, kesadaran pengecapan, kesadaran sentuhan, kesadaran pikiran adalah ramah dan menyenangkan di dunia ini.

Kontak mata, kontak telinga, kontak penciuman, kontak pengecapan, kontak sentuhan, kontak pikiran adalah ramah dan menyenangkan di dunia ini.

Perasaan lahir dari kontak mata, kontak telinga, kontak penciuman, kontak pengecapan, kontak sentuhan, kontak pikiran adalah ramah dan menyenangkan di dunia ini.

Pencerapan dari penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, sentuhan, objek-objek pikiran adalah ramah dan menyenangkan di dunia ini.

Kehendak berkenaan dengan penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, sentuhan, objek-objek pikiran adalah ramah dan menyenangkan di dunia ini.

Nafsu keinginan berkenaan dengan penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, sentuhan, objek-objek pikiran adalah ramah dan menyenangkan di dunia ini.

Pemikiran kuat tentang penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, sentuhan, objek-objek pikiran adalah ramah dan menyenangkan di dunia ini.

Pengidaman tentang penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, sentuhan, objek-objek pikiran adalah ramah dan menyenangkan di dunia ini.

Semua penjelasan inilah adalah ramah dan menyenangkan di dunia, dan di sana lah kemelekatan dapat dibebaskan serta penghentian dapat terjadi
Inilah, yang disebut sebagai Kebenaran Mulia tentang Berhentinya Dukkha (Penderitaan).

Sunday, December 25, 2005

(4 Kebenaran Mulia) Kebenaran Mulia tentang Asal Dukkha ?


Bagaimana asal mulanya dukkha (Penderitaan) ?

Ia adalah keinginan
Yang menyebabkan kelahiran,
Terikat oleh kesenangan dan nafsu,
Mencari kepuasaan kesana kemari, yaitu :


Yang dikatakan
Keinginan pada nafsu duniawi,
Keinginan untuk ada,
Keinginan untuk tidak ada.

Dan dimana keinginan ini muncul dan membangun dirinya ?
Kapan saja di dunia terdapat segala sesuatu yang ramah dan menyenangkan,
Di sana keinginan akan muncul dan membangun dirinya.

Dan apakah yang ramah dan menyenangkan di dunia ini ?

Mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, pikiran adalah ramah dan menyenangkan di dunia ini.

Penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, sentuhan, objek-objek pikiran adalah ramah dan menyenangkan di dunia ini.

Kesadaran mata, kesadaran telinga, kesadaran penciuman, kesadaran pengecapan, kesadaran sentuhan, kesadaran pikiran adalah ramah dan menyenangkan di dunia ini.

Kontak mata, kontak telinga, kontak penciuman, kontak pengecapan, kontak sentuhan, kontak pikiran adalah ramah dan menyenangkan di dunia ini.

Perasaan lahir dari kontak mata, kontak telinga, kontak penciuman, kontak pengecapan, kontak sentuhan, kontak pikiran adalah ramah dan menyenangkan di dunia ini.

Pencerapan dari penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, sentuhan, objek-objek pikiran adalah ramah dan menyenangkan di dunia ini.

Kehendak berkenaan dengan penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, sentuhan, objek-objek pikiran adalah ramah dan menyenangkan di dunia ini.

Nafsu keinginan berkenaan dengan penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, sentuhan, objek-objek pikiran adalah ramah dan menyenangkan di dunia ini.

Pemikiran kuat tentang penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, sentuhan, objek-objek pikiran adalah ramah dan menyenangkan di dunia ini.

Pengidaman tentang penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, sentuhan, objek-objek pikiran adalah ramah dan menyenangkan di dunia ini.

Semua penjelasan inilah adalah ramah dan menyenangkan di dunia, dan di sana lah keinginan muncul dan membangun dirinya.

Inilah, yang disebut sebagai Kebenaran Mulia tentang Asal Dukkha (Penderitaan).

(4 Kebenaran Mulia) Kebenaran Mulia tentang Dukkha/Penderitaan


Apa itu Dukkha ?

Kelahiran adalah dukkha;
Usia tua adalah dukkha;
Kematian adalah dukkha;
Kesedihan, ratapan, sakit, ketidaksenangan, dan keputus-asaan adalah dukkha;
Dekat dengan yang tidak dicintai adalah dukkha;
Terpisah dari yang dicintai adalah dukkha;
Tidak memperoleh apa yang diinginkan adalah dukkha;
Secara singkat, lima kelompok kemelekatan adalah dukkha.

Apa itu kelahiran ?

Dalam makhluk apapun, dari kelompok makhluk apapun,
Disana terdapat kelahiran, menjadi, dan berlangsung,
Timbulnya kelompok-kelompok kemelekatan,
Terdapatnya landasan-landasan indria,
Inilah, yang disebut Kyuelahiran.

Apa itu usia tua ?

Dalam makhluk apapun, dari kelompok makhluk apapun,
Disana terdapat usia tua, jompo, ompong,
Rambut berubah, kulit berkeriput, menyusut oleh waktu, lumpuhnya panca indria,
Inilah,yang disebut usia tua.

Apa itu kematian ?

Dalam makhluk apapun, dari kelompok makhluk apapun,
Disana terdapat kematian, sebuah peninggalan, sebuah penghentian,
Sebuah kehilangan, sebuah kematian, sebuah akhir,
Sebuah penghentian dari kelompok-kelompokm sebuah penghentian penggunaan tubuh,
Inilah, yang disebut kematian

Apa itu kesedihan ?

Kapanpun juga, oleh berbagai ketidakberuntungan,
Seorang dipengaruhi oleh keadaan yang menyakitkan,
Sedih, berkabung, kesukaran,
Sakit hati, kesengsaraan
Inilah, yang disebut dukacita

Apa itu ratapan ?

Kapanpun juga, oleh karena berbagai ketidakberuntungan,
Seorang dipengaruhi oleh keadaan yang menyakitkan dan
Disana terdapat tangisan, ratapan,
Membuat berbagai suara dalam melampiaskan kesedihan,
Keluh kesah yang tiada hentinya,
Inilah, yang disebut ratapan.

Apa itu kesakitan ?

Apapun itu perasaan sakit fisik,
Perasaan tidak menyenangkan pada fisik,
Perasaan sakit atau tidak menyenangkan sebagai hasil dari kontak fisik,
Inilah, yg disebut kesakitan

Apa itu ketidak-senangan ?

Apapun itu perasaan sakit mental,
Perasaan tidak menyenangkan pada mental,
Sensasi sakit atau tidak menyenangkan sebagai hasil dari kontak mental,
Inilah, yang disebut ketidak-senangan

Apa itu keputus-asaan ?

Kapanpun juga, oleh berbagai ketidakberuntungan,
Seorang dipengaruhi oleh keadaan yang menyakitkan,
Keputus-asaan, keputus-asaan besar,
Menderita oleh keputus-asaan,
Inilah, yang disebut keputus-asaan

Apa itu dekat dengan yang tidak disukai ?

Disini, siapa saja yang tidak diinginkan,
Tidak disukai, tidak menyenangkan bagi objek penglihatan, pendengaran, penciuman,perasa, sentuhan atau objek pikiran, atau siapa saja yang bertemu dengan seseorang yang berniat buruk, berniat jahat, tidak menyenangkan, tidak aman,
Dengan siapa mereka harus berkumpul, bergaul, berhubungan, bersatu,
Inilah yang disebut dekat dengan yang tidak disukai.



Apa itu berpisah dari yang dicintai ?

Disini, siapa saja yang diinginkan,
Disukai, disenangi oleh objek penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, sentuhan atau objek pikiran, atau siapa saja yang bertemu dengan seseorang yang berniat sehat, berniat baik, nyaman dan aman, dari ibu, ayah, saudara atau sanak keluarga, teman atau kolege, atau hubungan darah, dan kemudian mereka terpisah dari perkumpulan, pergaulan, hubungan atau persatuan seperti ini,
Inilah, yang disebut berpisah dari yang dicintai

Apa itu tidak memperoleh apa yang diinginkan ?

Pada makhluk-makhluk yang terlahir kembali, akan muncul harapan demikian :
“Oh, seandainya kita tidak terlahir, seandainya kita bisa menghindari kelahiran!”
Tetapi hal ini tidak bisa dicapai oleh harapan, seseorang tidak dapat memperoleh apa yang diharapkannya.

Pada makhluk-makhluk yang menghadapi usia tua, penyakit, kematian, kesedihan, ratapan, ketidaksenangan, kesakitan, dan putus asa, akan muncul harapan demikian :
“Oh, seandainya kita tidak mengalami usia tua, …, putus asa, seandainya kita bisa menghindari hal-hal demikian!”
Tetapi hal ini tidak bisa dicapai oleh harapan, seseorang tidak dapat memperoleh apa yang diharapkannya.

Apa itu 5 kelompok kemelekatan ?

Mereka adalah :

Kelompok jasmani yang timbul adalah kemelekatan
Kelompok perasaan yang timbul adalah kemelekatan
Kelompok pencerapan yang timbul adalah kemelekatan
Kelompok bentuk-bentuk pikiran yang timbul adalah kemelekatan
Kelompok kesadaran yang timbul adalah kemelekatan
Secara singkat, mereka adalah 5 kelompok kemelekatan yang merupakan dukkha.
Inilah, yang disebut sebagai Kebenaran Mulia tentang Dukkha (Penderitaan)

Wednesday, December 21, 2005

Khotbah Pertama Sang Buddha


Setelah Sang Buddha mencapai penerangan sempurna, Ajaran pertama yang dibabarkan oleh Beliau adalah 4 kebenaran mulia yang disebut dengan Cattari Ariya Saccani (Bahasa Pali).

Apa saja ke 4 kebenaran itu, mari kita singgung beberapa pertanyaan ini :
1. Apakah itu penderitaan ?
2. Mengapa kita menderita ?
3. Bagaimana berhentinya penderitaan ?
4. Bagaimana jalan menuju lenyapnya penderitaan ?

Mari kita bahas satu persatu.

1. Apakah itu penderitaan ?

Penderitaan itu harus dipahami dengan mengetahui apa saja aspek-aspek dari penderitaan itu sendiri, semua manusia hidup tidak lepas dari penderitaan, yang disebut sebagai dukkha (Dukkha ariya sacca). Penderitaan itu adalah :
a. Kelahiran (Jati)
b. Kehilangan (Jara)
c. Penyakit (Vyadhi), terdiri dari :
1. Kesedihan (Saka)
2. Ratapan (Parideva)
3. Menyakitkan (Dukkha)
4. Ketidaksenangan (Domanassa)
5. Keputus-asaan (Upayasa)
d. Kematian (Marana)
e. Berkumpul dengan yang tidak menyenangkan (Appiyehisampayoga)
f. Berpisah dari yang dicintai (Piyehivippayoga)
g. Tidak memperoleh sesuatu yang diinginkan (Yampiccam nalabhati tampi dukkham)
h. Pendek kata, kelima unsur adalah penderitaan (Samkhittena pancupadanakkhanda dukkha)

2. Mengapa kita menderita ?

Penderitaan itu harus dipahami dengan asal mulanya munculnya penderitaan, secara garis besar, penderitaan ini berawal dari keingin yang di dasari oleh lobha (keserakahan), dosa (kebencian) dan moha (kebodohan).Penyebab dukkha harus dihapus (Dukkha samudaya ariya sacca)

Secara garis kecil, Penderitaan disebabkan oleh keinginan (Tanha), yaitu :
a. Keinginan hawa nafsu (Kama tanha)
b. Keinginan untuk kehidupan abadi (Bhava tanha)
c. Keinginan untuk pembinasaan diri (Vibhava tanha)

3. Bagaimana berhentinya penderitaan ?

Jika kita dapat menghapus asal mulanya penyebab penderitaan dan mengembangkan diri dengan baik berdasarkan jalan menuju lenyapnya dukkha, berhentinya dukka harus dicapai (Dukkha nirodha ariya sacca)

Berhentinya penderitaan berarti kita telah mencapai pencerahan (Nibbana) atau disebut sebagai kebahagiaan tertinggi atau pembebasan tertinggi, Sang Buddha telah mencapai Nibbana.

4. Bagaimana jalan menuju lenyapnya penderitaan ?

Dengan menjalankan 8 jalan utama atau 8 jalan tengah atau jalan mulai berunsur delapan, Jalan menuju lenyapnya dukkha harus dikembangkan (Dukkha nirodha gamini patipada ariya sacca)

Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya atthangika magga), terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:

a. Kebijaksanaan (Panna)
1. Pandangan Benar (Samma ditthi)
2. Pemikiran Benar (Samma sankappa)

b. Moralitas (Sila)
3. Ucapan Benar (Samma vaca)
4. Perbuatan Benar (Samma kammanta)
5. Mata Pencahariaan Benar (Samma ajiva)

c. Perkembangan Mental (Samadhi)
6. Daya Upaya Benar (Samma vayama)
7. Perhatian Benar (Samma sati)
8. Konsentrasi Benar (Samma samadhi)

NB : Empat kebenaran mulia ini merupakan salah satu intisari dari ajaran Sang Buddha, Sang Buddha mengawali dengan sebuah kerangka penyebab penderitaan dan jalan menuju kebahagiaan. Ini adalah penjelasan dari Beliau mengenai kebenaran manusia dan bagaimana cara dan metoda yang jelas dan nyata.

Tuesday, December 20, 2005

Siapakah Sang Buddha ?


Suatu waktu, seorang Brahmana terkenal yang bernama Dona, memperhatikan 32 tanda sifat dari Sang Buddha, Mendekati Beliau dan kemudian bertanya :

“Yang Mulia, apakah Anda adalah seorang Dewa?”
“Tidak, sesungguhnya Brahmana, seorang Dewa bukanlah diri-ku,” jawab Sang Buddha
“Kalo begitu, Yang Mulia adalah seorang Gandhabba?”
“Tidak, sesungguhnya Brahmana, seorang Gandhabba bukanlah diriku”
“Seorang Yakkha bila begitu ?”
“Tidak, sesungguhnya Brahmana, bukan seorang Yakkha.”
“Kalau begitu, Yang Mulia adalah seorang manusia ?”
“Tidak, sesungguhnya, Brahmana, seorang manusia bukanlah diriku.”
“Bila demikian, dengan penuh permohonan, siapakah Yang Mulia ?”

Sang Buddha menjawab bahwa Beliau telah memusnahkan semua kekotoran yag dapat mengakibatkan kelahiran kembali baik sebagai seorang Dewa, Gandhabba, Yakka, atau seorang manusia dan menambahkan :

“Bagaikan sekutum teratai, bersih dan indah,
Oleh air tidak terkotori,
Oleh dunia Aku tidak terkotori;
Karena itu, Brahmana, Aku adalah Buddha.”

NB : Sang Buddha bukanlah Tuhan, Sang Buddha awalnya adalah manusia biasa dan kemudian mencapai penerangan sempurna sehingga disebut sebagai Buddha, Pada umunya, Kita menyebut Sang Buddha sebagai guru manusia.

Apa itu MANUSIA ?


Apa itu manusia,bagaimana pula manusia itu terbentuk, terdiri dari apa saja manusia, bagaimana kita mendeskripisi manusia itu sendiri ??

Manusia terbentuk dari 2 kelompok utama yang disebut dengan jiwa dan batin atau jasmani dan batiniah.

a. Jasmani atau Rupa (bahasa Pali) terdiri dari 4 kelompok besar yaitu :
1. Unsur padat (tanah) Pathavi
2. Unsur cair Apo
3. Unsur panas Tejo
4. Unsur gerak (angin) Vayo

Jasmani atau tubuh manusia mempunyai 32 jenis organ tubuh, seperti tulang, lambung, darah, usus, dsb.b. Batin atau Nama (bahasa Pali) terdiri dari 4 kelompok besar yaitu :
1. Perasaan (Vedana)
2. Pencerapan (Sanna)
3. Bentuk-bentuk pemikiran (Sankhara)
4. Kesadaran (Vinnana)

Semua keterangan di atas dapat di sebut sebagai Panca Khandha, yaitu 5 kelompok, Jadi, manusia terdiri dari 5 kelompok, yakni :
1. Jasmani (Rupa)
2. Perasaan (Vedana)
3. Pencerapan (Sanna)
4. Bentuk-bentuk pemikiran (Sankhara)
5. Kesadaran (Vinnana)

Ketika kita ditanya, apakah itu manusia ? Kita mempunyai jawaban atas pertanyaan tersebut, yaitu, manusia itu terdiri dari jasmani, seperti badan, tulang, darah, empedu, dsb, manusia mempunyai perasaan, seperti perasaan sedih, senang, ragu, iba,dsb, manusia mampu mencerap segala sesuatu, misalnya manusia mempunyai persepsi terhadap segala hal, manusia juga mempunyai bentuk-bentuk pemikiran, seperti pikiran jahat, pikiran baik, dsb dan terakhir manusia memiliki kesadaran.

Apabila ditelusuri lebih dalam, sebenarnya manusia hanya sebuah nama, sebuah nama yang menjadi kesepakatan bersama, manusia tidak dapat di artikan secara nyata, karena manusia terbagi atas berbagai komponen-komponen yang disebut Panca Khandha (5 kelompok).

Sunday, December 18, 2005

Biodata Sang Buddha Siddhatta Gotama


Nama : Siddhatta (artinya: tercapailah cita-citanya) Gotama (adalah: nama keluarga)

Sebelum kelahiran terakhir : Di Surga Tusita

Tahun kelahiran : 623 S.M

Tempat : Taman Lumbini di Kapilavatthu (Perbatasan India dengan Nepal sekarang)

Ayah : Raja Suddhodana bangsawan dari Suku Sakya

Ibu : Ratu Maha Maya (Meninggal setelah Sang Buddha lahir)

Ibu asuh : Maha Pajapati Gotama (Adik Sang Ratu yang kemudian dengan Sang Raja)

Guru Sang Raja : Asita (dikenal juga sebagai sebutan Kaladeva, tersenyum saat pertama kali melihat Sang Buddha dan kemudian menangis)

Menikah : Pada usia 16 tahun

Istri : Putri Yasodara

Anak : Rahula (artinya : Belenggu)

Meninggalkan keduniawian : Pada usia 29 tahun

Guru pertama : Alara Kalama (Alam kekosongan-akincannayatana)

Guru Kedua : Uddaka Ramaputta (Alam bukan pencerapan maupun tidak bukan pencerapan-N’eva sanna N’asannayatana)

Mencapai pencerahan : Pada usia 35 tahun (Sejak itu Beliau dikenal sebagai Sakyamuni atau Buddha Gotama)

Yang mengudang mengajar : Brahma Sahampati

Parinibbana/wafat : Pada usia 80 tahun (534 S.M)

Kisah Para Hakim


Suatu hari, beberapa bhikkhu sedang berjalan pulang dari menerima dana makanan, ketika hujan turun dan mereka berteduh di suatu gedung pengadilan. Saat berada di sana, mereka melihat bahwa beberapa orang hakim, setelah menerima suap, membebaskan suatu perkara.

Mereka melaporkan masalah ini kepada Sang Buddha dan Beliau berkata, “Para bhikkhu! Dalam memutuskan suatu perkara, jika seseorang terpengaruh oleh rasa kasihan atau pertimbangan keuangan, dia tidak dapat disebut sebagai ‘si adil’ atau ‘hakim yang patut pada hakim’. Jika seseorang menimbang bukti-bukti dengan teliti dan memutuskan suatu kasus secara tidak memihak, maka ia disebut ‘si adil’ atau ‘hakim yang patut pada hukum’.”

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 256 dan 257 :

Orang yang memutuskan segala sesuatu dengan tergesa-gesa tidak dapat dikatakan sebagai orang yang adil. Orang bijaksana hendaknya memeriksa dengan teliti mana yang benar dan mana yang salah.

Orang yang mengadili orang lain dengan tidak tergesa-tega, bersikap adil dan tidak berat sebelah, yang senantiasa menjaga kebenaran, pantas disebut orang yang adil.

(Dhammapada 19, dhammattha vagga 256-257)

(Dhammates) Latihan Pengetahuan Kitab suci Majjhima Nikaya


Soal ini dikutip dari kitab suci Sutta Pitaka (Majjhima Nikaya)

Pilihlah salah satu jawaban yang anda anggap paling benar.

1. Mana yang lebih baik dan menyenangkan di antara alam-alam ini ?
a. Peta
b. Asura
c. Yama
d. Tusita

2. Ada beberapa macam alam menyedihkan (apaya), kecuali :
a. Niraya
b. Tirracchana
c. Yama
d. Peta

3. Di antara binatang-binatang, binatang manakah yang lebih dahulu di bumi ini ?
a. kupu-kupu
b. semut
c. binatang berkaku empat
d. ular

4. Apakah pengetahuan langsung yang digunakan untuk mengetahui suatu kebenaran dengan jelas dan benar ?
a. Patticassamupada
b. Tilakkhana
c. Punabbhava
d. Abhinna

5. Ada 5 macam rintangan batin (nivarana), kecuali
a. Kemalasan
b. Kekhawatiran
c. Keragu-raguan
d. Kelahiran kembali

Kunci Jawaban :
1. d
2. c
3. a
4. d
5. d
Bagus . Perbanyak dan kuasai materi pemahaman terhadap kitab suci agama Buddha, Semoga berhasil

Kisah Kekalahan Raja Kosala


Dalam pertempuran melawan Ajatasattu, Raja Kbosala kalah 3 kali. Ajatasattu adalah anak dari Raja bimbisara dan Ratu Vedehi, saudara perempuan dari Raja Kosala. Raja Kosala malu dan sangat sedih atas kekalahannya. Kemudian dia mengeluh “ Sungguh memalukan ! Saya bahkan tidak dapat menaklukkan anak yang masih berbau susu ibunya. Lebih baik saya meninggal dunia. “ Merasa sedih dan sangat malu raja menolak makan, dan terus berbaring.

Berita tentang kesedihan sang raja menyebar seperti api yang liar dan ketika Sang Buddha mendengar perihal itu, Beliau berkata, “ Para bhikkhu ! Pada diri seseorang yang menang, permusuhan dan kebencian meningkat, seseorang yang dikalahkan akan menderita kesakitan dan kesukaran “

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 201 berikut :

Kemenangan menimbulkan kebencian, dan yang kalah hidup dalam penderitaan. Setelah dapat melepaskan diri daru kemenangan dan kekalahan, orang yang penuh damai akan hidup bahagia.

(Dhammapada 15, suka vagga 201)

Friday, December 16, 2005

Skema Tipitaka (Kitab suci Sang Buddha )


Kita sebagai umat buddha, yang paling umum harus kita ketahui adalah kitab suci agama buddha, Ajaran-ajaran/khotbah-khotbah Sang Buddha semuanya di rangkum dalam satu bagan yaitu : Tipitaka, yang artinya tiga keranjang.

Kitab suci agama Buddha pada zaman dahulu di tulis dalam bahasa pali (bahasa yang di gunakan sehari-hari di India sebelum masehi) di daun lontar, daun lontar masih tersimpan utuh di vihara alu, Srilangka, sekarang banyak beredar buku bacaan tipitaka saduran dari daun lontar bisa di dapat di toko-toko buku atau vihara.

Inilah Skema/bagan/pembagian kitab suci agama Buddha Tipitaka.

Agar lebih mudah di ingat/pelajari, buatlah skema Tipitaka di atas sebuah karton dan tempelkan di dinding rumah/kamar anda.

Tipitaka terbagi atas 3 bagian :

1. VINAYA PITAKA : berisi peraturan & disiplin bagi bhikkhu/ni & samanera/ri (terdiri dari 5 kitab)

a. Parajika
b. Pacittiya
c. Mahavagga
d. Culavagga
e. Parivara

2. SUTTA PITAKA : berisi kumpulan khotbah Sang Buddha (terdiri dari 5 Nikaya)

a. Digha Nikaya : berisi khotbah ukuran panjang 34 sutta.
1. Silakkhanda vagga (13 sutta)
2. Maha vagga (10 sutta)
3. Pathika vagga (11 sutta)

b. Majjhima Nikaya : berisi khotbah ukuran sedang (5 vagga) 152 Sutta.
1. Mula Pannasa
a. Mula pariyaya vagga (10 sutta)
b. Silanda vagga (10 sutta)
c. Opamma vagga (10 sutta)
d. Culamaya vagga (10 sutta)

2. Majjhima Pannasa
a. Gahapati vagga (10 sutta)
b. Bhikkhu vagga (10 sutta)
c. Paribbajaka vagga (10 sutta)
d. Raja vagga (10 sutta)
e. Culamayaka vagga (10 sutta)

3. Uppari Pannasa
a. Devadaha vagga (10 sutta)
b. Anupada vagga (10 sutta)
c. Sunnata vagga (10 sutta)
d. Vibhanga vagga (10 sutta)
e. Salayatana vagga (10 sutta)

c. Samyutta Nikaya : berisi 5 Samyutta (7.762 sutta)
1. Sagatha ragga samyutta
2. Nidana ragga samyutta
3. Khanda ragga samyutta
4. Salayata ragga samyutta
5. Maha raga samyutta

d. Anguttara Nikaya : berisi 11 Nipata (9.557 sutta)
1. Ekaka Nipata
2. Duka Nipata
3. Tika Nipata
4. Cattuka Nipata
5. Pancaka Nipata
6. Chakka Nipata
7. Sattaka Nipata
8. Attaka Nipata
9. Navaka Nipata
10. Dasaka Nipata
11. Ekadasaka Nipata

e. Khuddaka Nikaya : berisi 15 kitab
1. Khuddaka Patta
2. Dhammapada
3. Udana
4. Ittivuttaka
5. Sutta Nipata
6. Vimana vatthu
7. Peta vatthu
8. Thera vatthu
9. Theri vatthu
10. Jataka
11. Nidessa
12. Patismbhidamaga
13. Apadana
14. Buddhavamsa
15. Carita pitaka

3. ABHIDHAMMA PITAKA : berisi tentang ilmu jiwa, metafisika, filsafat Buddha (terdiri dari 7 kitab )
a. Dhamma sangani
b. Dhatukattha
c. Puggala Pannati
d. Katha vatthu
e. Yamaka
f. Patthana