.

.

Pages

Friday, January 27, 2006

5 Hukum Tertib Alam Semesta (Panca Niyama Dhamma)


Menurut Ajaran Buddha, terdapat 5 hukum atau proses (niyama) yang beroperasi di alam-alam fidik maupun mental, yaitu :

1. Hukum Fisik Anorganik (Utu Niyama)
Contoh :
a. Fenomena musiman dari angin, panas dan hujan
b. Hukum-hukum yang tepat mengenai musim musim
c. Karakteristik peristiwa dan perubahan musim
d. Penyebab angin dan hujan, sifat panas, dll

2. Hukum Biji-bijian atau Fisik Organik (Bija Niyama)
Contoh :
a. Padi tumbuh dari biji
b. Rasa manis dari gula tebu atau madu
c. Uniknya karakteristik dari buah tertentu
d. Teori ilmu pengetahuan tentang sel dan gen, serta kemiripan pada anak kembar mungkin dapat dijelaskan berdasarkan pada hukum ini.

3. Hukum Perbuatan dan Akibatnya (Kamma Niyama)
Contoh : Tindakan yang sengaja ataupun tidak disengaja menghasilkan hasil yang baik dan buruk.

4. Hukum Pikiran dan Psikis (Citta Niyama)
Contoh :
a. Proses kesadaran
b. Kelanjutan kesadaran
c. Kekuatan pikiran, termasuk telepati
d. Telesthesia
e. Kemampuan mengingat hal-hal lampau
f. Kemampuan meramal
g. Mata dewa
h. Telinga dewa
i. Kemampuan membaca pikiran
j. Fenomena psikis lainnya yang tidak dapat dijelaskan ooeh ilmu pengetahuan modern.

5. Hukum Realita (Dhamma Niyama)
Contoh : Gejala alam yang terjadi pada saat kelahiran terakhir seorang Boddhisatta. Hukum gravitasi dan hukum-hukum alam lainnya juga termasuk dalam kelompok ini.

Proses Kematian dan Lampu Minyak


Ada 4 proses penyebab kematian, yaitu :
1. Kematian karena habisnya daya hidup
2. Kematian karena habisnya kekuatan kamma
3. Kematian karena kedua sebab diatas
4. Kematian karena kamma penghancur

Tiga jenis sebab pertama secara kolektif disebut kalamarana (kematian karena waktu), dan yang terakhir dikenal sebagai akalamarana (kematian diluar dugaan)

Sebagai contoh, sebuah lampu minyak, padam karena salah satu dari 4 kemungkinan/sebab akibat berikut ini :
1. Padam karena kehabisan sumbunya
2. Padam karena habisnya minyak
3. Padam karena habisnya sumbu dan minyak (secara bersamaan)
4. Karena angin

Kematian seseorang pun dapat disebabkan oleh salah satu dari keempat sebab tersebut diatas.

Seseorang yang hampir meninggal, pada saat kematian, oleh kekuatan kamma, salah satu dari berikut ini akan mewakilinya melalui salah satu dari 6 pintu indera :
1. Sebuah kamma yang menghasilkan kelahiran kembali yang berikutnya, memasuki pintu kesadaran berdasarkan kondisi
2. Sebuah objek (kamma nimitta) sebagai sebuah bentuk kesadaran awal dan sejenisnya, atau segala sesuatu yang digunakan dalam memunculkan kamma.
3. Sebuah isyarat keberadaan yang berupa simbolik (gari Nimitta) menunjukkan dimana seseorang akan meninggal dan mengalami tempat kelahiran berikutnya.

Kematian bukanlah total pemusnahan suatu makluk. Kematian di suatu tempat berarti kelahiran di tempat lainnya, seperti dalam istilah yang biasa, terbitnya matahari di suatu tempat berarti tenggelamnya matahari di tempat yang lain.
Kematian adalah akhir sementara dari fenomena sementara.

Jadi Kematian berarti kepunahan dari :
a. Kehidupan fisik (jivitindriya)
b. Panas (tejodhatu)
c. Kesadaran (vinnana) suatu individu pada keberadaan tertentu.

KAMMA menurut HASILNYA


1. Garuka Kamma
Yang berari kamma berat (serius), bisa bersifat baik maupun buruk. Kamma ini berbuah dalam kehidupan ini dan kehidupan-kehidupan berikutnya. Jika bersifat baik, maka ia akan beruapa keadaan batin yang suci seperti dalam kasus pencapaian Jhana, sebaliknya jika bersifat buruk, ia merupakan ucapan ataupun perbuatan. Lima jenis garuka kamma menurut prioritas mereka yaitu :
a. Membunuh Ayah
b. Membunuh Ibu
c. Membunuh Arahat
d. Menyebabkan perpecahan Sangha
e. Melukai Buddha

Hal-hal di atas disebut juga Anantariya Kamma karena begitu cepat menghasilkan buahnya dalam kehidupan. Pandangan salah yang permanen (niyata micchaditthi) juga termasuk sebagai salah satu garuka kamma.

Sebagai Contoh :

(1) Jika seseorang yang telah mengembangkan jhana dan kemudian ia melakukan salah satu dari kejahatan keji di atas, maka kamma baiknya akan terhapus oleh kamma buruknya yang berkekuatan lebih besar. Kelahirannya yang berikut akan dikondisikan oleh kamma buruk tanpa dapat dicegah oleh pencapaian jhana yang telah dia lakukan terlebih dahulu. Devadatta kehilangan kekuatan batinnya dan terlihat dalam alam yang rendah karena telah melukai Sang Buddha dan menyebabkan perpecahan Sangha
(2) Raja Ajatasattu akan dapat mencapai tingkat kesucian pertama (sotapanna) jika dia tidak membunuh ayahnya. Dalam kasus ini, kekuatan kamma buruk bertindak sebagai penghalang bagi dirinya untuk mencapai tingkat kesucian.

2. Assana Kamma
Adalah kamma yang dilakukan seseorang atau diingat seseorang sesaat sebelum kematian, yang akan dilanjutkan pada signifikasinya dalam menentukan kelahiran berikutnya. Di Negara Buddhis, masih banyak umat yang menjalankan tradisi mengigatkan orang yang hampir meninggal akan kebajikan dan membuat mereka untuk melakukan kebajikan menjelang kematiannya.

Sebagai Contoh :

(a) Terkadang seorang yang jahat dapat meninggal dengan tenang dan mendapatkan kelahiran yang baik, jika dia mengingat atau melakukan perbuatan-perbuatan baik pada saat terakhir hidupnya. Ada sebuah kisah yang menceritakan bahwa seorang algojo secara kebetulan memberikan dana makanan kepada Yang Ariya Sariputta. Pada saat menjelang kematiannya ia mengingat perbuatan bajik ini dan sebagai akibatnya ia dilahirkan di alam bahagia. Akan tetapi hal ini tidak berarti bahwa meskipun algojo tersebut menikmati kelahiran yang menyenangkan, ia akan terbebas dari akibat-akibat perbuatan buruk yang telah terkumpul selama masa hidupnya. Perbuatan-perbuatan itu akan berbuah ketika kesempatannya atau kondisinya tiba.
(b) Sementara itu, seseorang yang baik dapat meninggal dengan tidak tenang karena tiba-tiba teringat akan perbuatan buruknya atau karena memiliki pikiran jahat, yang secara bersamaan didukung oleh keadaan yang tidak menguntungkan. Dalam kitab suci, Ratu Mallika, permainsuri Raja Kosala, mengingat sebuah kebohongan yang telah dilakukannya kepada suaminya sebelum meninggal, dan karena itu ia menderita selama ,tujuh hari di alam menyedihkan.

Contoh di atas adalah kasus-kasus pengecualian. Kemungkinan adanya perubahan kelahiran dari lahirnya anak yang baik dari orang tua yang jahat, bisa berubah menjadi kelahiran anak yang jahat dari orang tua yang baik, karena secara umum, pikiran seseorang menjelang kematian sangat dipengaruhi oleh perbuatannya dalam kehidupan.

c. Accina Kamma
Adalah kamma yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan. Kebiasaan, apakah itu baik atau buruk, cenderung membentuk karakter seseorang. Pada saat pikiran kurang waspada, seseorang dapat tergelincir oleh pola pikir mentalnya yang sudah menjadi kebiasaan. Pada saat menjelang kematian, jika tidak dipengaruhi oleh factor-faktor lainnya, seseorang akan mengingat kembali kebiasaan-kebiasaan yang telah dilakukannya.

Sebagai Contoh :
(1) Cunda, seorang tukang jagal, yang tinggal di sekita vihara tempat dimana Sang Buddha tinggal, meninggal sambil menjerit seperti babi karena dia mencari nafkah dengan menjagal babi-babi.
(2) Raja Sri Langka yang bernama Dutthagamani, mempunyai kebiasan memberi dana makanan kepada para Bhikkhu sebelum ia makan terlebih dahulu. Kebiasaan kebajikan ini mengantarkannya ke alam Tusita karena pada saat kematiannya ia mengingat akan kebiasaan akan kebajikannya.

d. Kattata Kamma
Adalah kamma yang dilakukan sekali seumur hidup dan kemudian terlupakan. Hal ini seperti simpanan kebajikan si pelaku. Kattata kamma ini disebut juga sebagai kamma yang lemah.

KAMMA menurut FUNGSINYA


1. Kamma Penghasil (Janaka Kamma)
Janaka kamma adalah kamma yang menghasilkan kelompok batin dan kelompok materi pada saat pembuahan. Kesadaran awal yang disebut dengan istilah patisandhi vinnana (kesadaran kelahiran kembali) dikondisikan oleh kamma ini. Bersamaan dengan munculnya kesadaran kelahiran kembali, timbul pula 10 faktor pembentuk fisik, 10 faktor pembentuk jenis kelamin, 10 faktor unsure pokok (kaya-bhava-vatthu dasaka), yaitu :

a. Unsur Padat (pathavi)
b. Unsur Cair (apo)
c. Unsur Panas (tejo)
d. Unsur Gerak (vayo)
e. Warna (vanna)
f. Bau (gandha)
g. Rasa (rasa)
h. Nutrisi (oja)
i. Vitalitas (jivitindriya)
j. Jasmani (kaya), Jenis kelamin (bhava), Unsur pokok (Vatthu)

2. Kamma Penguat (Upathambaka Kamma)
Kamma penguat adalah kamma yang datang setelah kamma penghasil dan menyokongnya. Kamma ini tidak bersifat baik maupun buruk, akan tetapi hanya membantu atau mempertahankan kekuatan kamma penghasil, dalam rangkaian siklus kehidupan seseorang. Dari saat setelah pembuahan sampai saat menjelang kematian, kamma penyokong akan terus bekerja menyokong kamma penghasil. Kamma penyokong yang baik bersifat membantu dalam membangun kesehatan, kekayaan, kegembiraan, dll terhadap pelakunya. Sebaliknya suatu kamma penyokong yang buruk akan menyebabkan penderitaan, kesedihan, dll pada orang yang lahir dengan kamma penghasilnya yang buruk. Sebagai contoh binatang siksaan.




3. Kamma pelemah (Upapidaka Kamma)
Tidak seperti kamma penguat, kamma pelemah bersifat untuk memperlemah, menghalangi, dan memperlambat berbuahnya kamma penghasil. Sebagai contoh, seseorang yang terlahir dengan kamma penghasil yang baik, bisa saja menderita berbagai macam penyakit, yang mencegahnya menikmati hasil-hasil yang menyenangkan dari perbuatan-perbuatan baik yang telah dia lakukan. Sebaliknya sesekor binatang yang dilahirkan akibat kamma penghasil yang buruk, bisa saja menikmati hidup yang nyaman dengan memperoleh makanan yang baik, tempat tinggal yang layak dsb, sebagai hasil kamma penghalangnya yang baik, yang mencegah berbuahnya kamma penghasil yang buruk.

4. Kamma Penghancur (Upaghataka Kamma)Menurut hukum Kamma, kekuatan dari kamma penghasil dapat dihapus hanya oleh dorongan kamma berlawanan yang sangat kuat yang dilakukan di masa lampau. Kamma ini mencari kesempatan untuk berbuah dan bisa saja bekerja tanpa disangka-sangka, seperti sebuah daya penghalang berkekuatan besar yang dapat menghentikan lajunya anak panah dan menjatuhkannya ke tanah. Kamma seperti ini disebut sebagai kamma penghancur, yang lebih kuat dibandingkan kedua kamma sebelumnya, karena tidak hanya menghalangi tetapi menghancurkan kekuatan kamma penghasil secara total. Kamma penghancur ini juga dapat bersifat baik atau buruk.

HUKUM KAMMA


Kamma dalam bahasa Pali atau Karma dalam bahasa Sansekerta terdiri dari 4 Kategori besar (Ringkasan) :

1. Kamma berdasarkan Fungsi :
a. Kamma Penghasil (Janaka Kamma)
b. Kamma Penguat (Upatthambaka Kamma)
c. Kamma Pelemah (Upapidaka Kamma)
d. Kamma Penghancur (Upaghataka Kamma)

2. Kamma berdasarkan Kekuatan/Hasilnya :
a. Kamma berat (Garuka Kamma)
b. Kamma yang sesaat sebelum kematian (Asanna Kamma)
c. Kamma kebiasaan (Acinna Kamma)
d. Kamma lemah (Katatta Kamma)

3. Kamma berdasarkan Waktu :
a. Kamma yang berbuah langsung pada kehidupan sekarang (Ditthadhammavedaniya Kamma)
b. Kamma yang berbuah langsung pada kehidupan berikutnya (Upapajjavedaniya Kamma)
c. Kamma yang berbuah pada kehidupan-kehidupan berikutnya atau waktu tak tentu (Aparapariyavedaniya Kamma)
d. Kamma yang gagal berbuah (Ahosi Kamma)

4. Kamma berdasarkan Tempat terjadinya :
a. Kamma buruk (Akusala Kamma) pada alam-alam penuh nafsu (Kamavacara)
b. Kamma baik (Kusala Kamma) pada alam-alam penuh nafsu (Kamavacara)
c. Kamma baik pada alam berbentuk (Rupavacara)
d. Kamma baik pada alam tanpa bentuk (Arupavacara)

4 Hal Mempengaruhi Badan Jasmani


Tubuh kita dapat dipengaruhi oleh 4 kondisi berikut :

1. Makanan
Apa yang kita makan dapat mempengaruhi fisik kita secara langsung maupun tidak langsung, Makanan yang sehat dapat membuat tubuh menjadi sehat dan sebaliknya makanan yang buruk dapat mengakibatkan tubuh menjadi sakit.

2. Cuaca
Cuaca dan Iklim juga dapat mempengaruhi perkembangan fisik kita, Hidup di negara yang mempunyai iklim yang banyak akan berbeda dengan hidup di negara yang hanya mempunyai beberapa iklim, Negara yang bersih, adem dan nyaman juga ikut mempengaruhi keadaan fisik kita.

3. Pikiran
Pikiran merupakan pelopor segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin dan pembentuk, apa yang ingin kita bentuk dan harapkan dari diri kita semua tergantung dari pikiran kita, Pikiran yang jernih, murni dan baik akan mempengaruhi badan jasmani kita.

4. Kamma
Badan ini, rupa ini, panca indera ini semua terbentuk dari kamma kita, seseorang yang rupawan, tinggi, langsing dsb merupakan kondisi kamma atau factor keturunan yang dibawa sejak lahir maupun ketika beranjak dewasa, Badan Jasmani yang dibawa sejak lahir juga dapat diubah sesuai dengan kamma masing-masing.

Tuesday, January 24, 2006

4 Jenis Kelahiran

Ajaran Buddha mengenal 4 jenis kelahiran, yaitu :
1. Kelahiran melalui telur (Andaja)
2. Kelahiran melalui kandungan (Jalabuja)
3. Kelahiran melalui kelembaban (Samsedaja)
4. Kelahiran secara spontan (Opapatika)

4 jenis kelahiran ini mencapuk kelahiran semua mahluk hidup.

Burung dan ular termasuk pada kelompok 1.

Mahluk hidup yang lahir melalui kandungan mencakup manusia, beberapa dewa yang mendiami bumi, dan beberapa hewan yang lahir dari rahim induknya.

Embrio, menggunakan bahan-bahan lembab seperti nidus untuk perkembangannya, seperti pada hewan-hewan tingkat rendah, termasuk pada kelompok 3.

Mahluk yang lahir secara spontan pada dasarnya tidak dapat dilihat oleh mata biasa. Terkondisi oleh kamma lampaunya, mereka muncul secara spontan, tanpa melalui fase embrio. Peta, Dewa, dan Brahma termasuk dalam kelompok ini .
HUKUM KAMMA

31 Alam Kehidupan

Agama Buddha mengenal adanya 31 Alam kehidupan yang terdiri dari 3 bagian besar yaitu : Kamavacara (Alam nafsu), Rupavacara (Alam berbentuk) dan Arupavacara (Alam tanpa bentuk).

Uraian di bawah ini merupakan alam yang paling rendah sampai alam yang paling tinggi :

a. Kamavacara (Alam Nafsu)

1. Niraya (Keadaan yang menyedihkan) : waktu tidak terbatas
2. Tiracchana (Dunia/alam binatang/hewan) : waktu tidak terbatas
3. Peta (Lingkungan para Peta) : waktu tidak terbatas
4. Asura (Rombongan para Asura) : waktu tidak terbatas

5. Manussa (Alama manusia) : waktu tidak terbatas

6. Catumaharajika (Alam 4 raja) : waktu 500 CY
7. Tavatimsa (Alam 33 dewa) : waktu 1.000 CY
8. Yama (Alam dewa Yama) : waktu 2.000 CY
9. Tusita (Alam yang sangat menyenangkan) : waktu 4.000 CY
10. Nimmanarati (Alam para dewa yang berbahagia dalam ciptaannya) : waktu 8.000 CY
11. Paranimmaitavasavatti (Alam para dewa yang berbuat seolah-olah berkuasa atas penciptaan mahluk lainnya) : 16.000 CY

b. Rupavacara (Alam Berbentuk)

Jhana 1
12. Brahmaparisajja (Alam kelompok pengiring Brahma) : waktu 0,3 Ak
13. Brahmapurohita (Alam pelayan-pelayan Brahma) : waktu 0,5 Ak
14. Mahabrahmano (Alam Maha Brahma) : waktu 1 Ak

Jhana 2
15. Parittabha (Alam cahaya kecil ) : waktu 2 Mk
16. Appamanabha (Alam cahaya tak terbatas) : waktu 4 Mk
17. Abhassara (Alam cahaya bersinar) : waktu 8 Mk

Jhana 3
18. Parittasubha (Alam aura kecil) : waktu 16 Mk
19. Appamanasubha (Alam aura yang tidak terbatas) : waktu 32 Mk
20. Subhakinna (Alam aura yang kokoh) : waktu 64 Mk




Jhana 4
21. Vehapphala (Alam berpahala besar) : waktu 500 Mk
22. Asannasatta (Alam mahluk-mahluk tanpa pikiran : waktu 500 Mk
Alam-alam murni
23. Aviha (Alam yang tahan lama) : waktu 1000 Mk
24. Attapa (Alam yang tenang) : waktu 2000 Mk
25. Sudassi (Alam yang indah) : waktu 4000 Mk
26. Suddasa (Alam penglihatan terang) : waktu 8000 Mk
27. Akanittha (Alam tertinggi) : waktu 16000 Mk

c. Arupavacara (Alam-alam Tanpa Bentuk)
28. Akasanancayatanabhunmi (Alam ruangan tanpa batas) : waktu 20000 Mk
29. Vinnanancayatanabhumi (Alam kesadaran tanpa batas) : waktu 40000 Mk
30. Akincannayatanabhumi (Alam kekosongan) : waktu 60000 Mk
31. Alam bukan-pencerapan maupun tidak bukan pencerapan (N’evasanna Nasannayatanabhumi) : waktu 84.000 Mk

Mk = Maha Kappa
Ak = Asankheyya Kappa
CY = Celestial Year

Sumber-sumber literature mengatakan bahwa 50 tahun manusia sama dengan satu hari Celestial. Masa pada alam Empat Dewa adalah 500 tahun Celestial, sama dengan 9000000 tahun siklus hidup manusia.

Friday, January 06, 2006

Brahma Vihara (4 Keadaan Batin yang Luhur)


Brahma Vihara adalah Empat keadaan batin yang luhur, jika Brahma vihara ini kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari akan terlahir ke alam Brahma Vihara.

Brahma Vihara itu terdiri dari :

1. Metta : Cinta kasih.
Musuh Langsung : Kebencian (Dosa)
Musuh Tidak Langsung : Sentimen Pribadi (Pema)

2. Karuna : Kasih sayang
Musuh Langsung : Kekejaman (Himsa)
Musuh Tidak Langsung : Perasaan Tidak Senang (Domanassa)

3. Mudita : Turut Berbahagia.
Musuh Langsung : Iri hati (Issa)
Musuh Tidak Langsung : Kegembiraan Berlebihan (Pahasa)

4. Upekkha (Tenang Seimbang/Keseimbangan Batin)
Musuh Langsung : Kegelisahan (Vicikiccha)
Musuh Tidak Langsung : Tidak Berperasaan

Jika kita mengambil objek meditasi cita kasih yang ada di atas, seperti cinta kasih terhadap orang lain, kasih sayang, turut berbahagia terhadap orang lain dan keseimbangan batin, maka kita akan mendapatkan 11 manfaat cinta kasih ini, yaitu :
1. Dapat tidur dengan bahagia.
2. Bangun dengan perasaan bahagia.
3. Tidak mengalami mimpi buruk
4. Dicintai oleh sesama mahluk
5. Dicintai oleh mahluk bukan-manusia
6. Terhindari dari racun.
7. Dilindungi oleh para Dewa.
8. Dapat memusatkan pikiran dengan cepat
9. Memiliki paras yang menyenangkan
10. Pada akhirnya hidupnya akan dapat meninggal dengan tenang
11. Setelah meninggal akan terlahir di alam-alam bahagia atau alam Brahma.

Wednesday, January 04, 2006

4 Tingkat Kesucian Ajaran Buddha (Ariya Puggala) dan 10 Belenggu Hidup

Empat mahkluk suci :
1. Sotapanna (Pemenang arus/7 kali kembali ke alam manusia), Jika hendak mencapai tingkat kesucian pertama ini harus menghapus :
a. Kepercayaan akan adanya jiwa yang kekal (Sakkayaditthi)
b. Keragu-raguan (Vicikiccha)
c. Kemelekatan pada ritual dan upacara (Silabbata Paramasa)

2. Sakadagami (1 kali kembali ke alam manusia), Jika hendak mencapai tingkat kesucian kedua ini harus menghapus :
a. Kepercayaan akan adanya jiwa yang kekal (Sakkayaditthi)
b. Keragu-raguan (Vicikiccha)
c. Kemelekatan pada ritual dan upacara (Silabbataparamasa)
Memperlemah :
d. Nafsu indera (Kamaraga)
e. Kebencian (Patigha)

3. Anagami (Mahluk suci yang tidak kembali lagi), harus menghapuskan :
a. Kepercayaan akan adanya jiwa yang kekal (Sakkayaditthi)
b. Keragu-raguan (Vicikiccha)
c. Kemelekatan pada ritual dan upacara (Silabbataparamasa)
d. Nafsu indera (Kamaraga)
e. Kebencian (Patigha)

4. Arahat (Seorang yang telah mencapai Nibbana), menghapus 10 Belenggu, yaitu :
a. Kepercayaan akan adanya jiwa yang kekal (Sakkayaditthi)
b. Keragu-raguan (Vicikiccha)
c. Kemelekatan pada ritual dan upacara (Silabbataparamasa)
d. Nafsu indera (Kamaraga)
e. Kebencian (Patigha)
f. Kemelekatan terhadap rupa jhana dan alam-alam bentuk (Ruparaga)
g. Kemelekatan terhadap arupa jhana dan alam-alam tanpa bentuk (Aruparaga)
h. Kekosongan (Mana)
i. Kegelisahan (Uddhacca)
j. Kebodohan batin (Avijja)

P.S : Sang Buddha telah mencapai nibbana atau telah menjadi seorang Arahat dengan menghapuskan 10 belenggu (Samyojana)

Monday, January 02, 2006

TILAKKHANA (Tiga Corak Umum)

Salah satu inti dari ajaran Sang Buddha adalah Tilakkhana yang disebut dengan tiga corok umum atau tiga pegangan hidup.

Segala yang terbentuk, terwujud atau yang ada itu :
1. Tidak kekal/ berubah-ubah (Anicca)
Dalam menghadapi suatu masalah yang ada, kita sadari bahwa masalah itu sendiri adalah tidak kekal atau berubah-ubah tergantung dengan waktu, situasi dan kondisi yang ada, maka kita dapat menyelesaikan masalah dengan tenang dan baik serta tidak tergesa-gesa, Sebagai contoh, mungkin pagi ini kita mendapatkan masalah yang berat, namun setelah melewati beberapa pagi berikutnya masalah tersebut akan berakhir, itulah hukul alam Anicca, segala sesuatu yang muncul pasti tidak kekal dan akan berubah-ubah.

2. Tidak memuaskan (Dukkha)
Segala sesuatu yang ada itu tidak memuaskan/tidak nyaman dan mengundang penderitaan, apakah itu sesuatu yang mengembirakan atau menyakitkan, bertemu dengan orang yang tidak disukai adalah penderitaan atau berpisah dengan orang yang disenangi juga adalah penderitaan, segala sesuatu yang muncul adalah penderitaan.
3. Tanpa Inti/ tidak aku yang sesungguhnya (Anatta)
Segala sesuatu yang telah ada atau belum ada, yang telah muncul atau belum muncul semua adalah tanpa inti, bukan milik sebenarnya, tubuh ini bukan milik kita sebenarnya, begitu juga benda-bendawi, nafsu keinginan, semua hal yang berwujud tanpa aku, tanpa diri, bukanlah milik kita.

Dari Ke-3 corak umum kehidupan atau 3 corak hukum alam ini, mari kita sadari bahwa, segala sesuatu yang ada di dunia ini tidak kekal dan bukan milik kita serta mengundang penderitaan, maka kita dapat menghadapi hidup ini dengan tenang dan bijaksana tanpa gangguan yang ada.

4 Tingkat Kesucian Ajaran Buddha (Ariya Puggala) dan 10 Belenggu Hidup

Empat mahkluk suci :
1. Sotapanna (Pemenang arus/7 kali kembali ke alam manusia), Jika hendak mencapai tingkat kesucian pertama ini harus menghapus :
a. Kepercayaan akan adanya jiwa yang kekal (Sakkayaditthi)
b. Keragu-raguan (Vicikiccha)
c. Kemelekatan pada ritual dan upacara (Silabbata Paramasa)

2. Sakadagami (1 kali kembali ke alam manusia), Jika hendak mencapai tingkat kesucian kedua ini harus menghapus :
a. Kepercayaan akan adanya jiwa yang kekal (Sakkayaditthi)
b. Keragu-raguan (Vicikiccha)
c. Kemelekatan pada ritual dan upacara (Silabbataparamasa)
Memperlemah :
d. Nafsu indera (Kamaraga)
e. Kebencian (Patigha)

3. Anagami (Mahluk suci yang tidak kembali lagi), harus menghapuskan :
a. Kepercayaan akan adanya jiwa yang kekal (Sakkayaditthi)
b. Keragu-raguan (Vicikiccha)
c. Kemelekatan pada ritual dan upacara (Silabbataparamasa)
d. Nafsu indera (Kamaraga)
e. Kebencian (Patigha)

4. Arahat (Seorang yang telah mencapai Nibbana), menghapus 10 Belenggu, yaitu :
a. Kepercayaan akan adanya jiwa yang kekal (Sakkayaditthi)
b. Keragu-raguan (Vicikiccha)
c. Kemelekatan pada ritual dan upacara (Silabbataparamasa)
d. Nafsu indera (Kamaraga)
e. Kebencian (Patigha)
f. Kemelekatan terhadap rupa jhana dan alam-alam bentuk (Ruparaga)
g. Kemelekatan terhadap arupa jhana dan alam-alam tanpa bentuk (Aruparaga)
h. Kekosongan (Mana)
i. Kegelisahan (Uddhacca)
j. Kebodohan batin (Avijja)

P.S : Sang Buddha telah mencapai nibbana atau telah menjadi seorang Arahat dengan menghapuskan 10 belenggu (Samyojana)

10 Perbuatan Baik (Kusala Kammapatha)

Di dalam konsep buddhis, Ada 10 perbuatan baik yang apabila dilakukan akan lebih cepat berbuah karma baik.

1. Berdana (Dana)
2. Bermoral (Sila)
3. Meditasi (Bhavana)
4. Menghormat orang yang patut dihormati (Apacayana)
5. Melayani orang yang patut dilayani (Veyyavacca)
6. Pemberian jasa (Pattidana)
7. Turut bahagia atas kebaikan orang lain (Pattanumodana)
8. Mendengarkan Dhamma (Dhamma Savanna)
9. Membabarkan Dhamma (Dhamma Desana)
10. Mengarahkan pada pandangan benar (Ditthijju kamma)

10 Perbuatan Buruk (Akusala Kammapatha)

Di dalam konsep buddhis, Ada 10 perbuatan buruk yang apabila dilakukan akan lebih cepat berbuah karma buruk.

1. Membunuh (Panatipata)
2. Mengambil barang yang tidak diberikan (Adinnadana)
3. Perbuatan asusila (Kamesumicchacara)
4. Berdusta (Musavada)
5. Menfitnah (Pisunavaca)
6. Berbicara kasar (Pharusavaca)
7. Omong kosong (Samphappalapa)
8. Ketamakan (Abhijja)
9. Kebencian (Vyapada)
10. Pandangan salah (Micchaditthi)