.

.

Pages

Friday, November 30, 2012

"Sajak Sepuluh Harapan Sempurna/Ten Perfect Hope Poem"

1. Semoga aku senantiasa mencari siapa yang bisa kubantu. Semoga aku memberi untuk mengikis keakuan.

Hopefully I'm always looking for anyone who can help I, May I give to erode the self.


2. Semoga aku santun dan tidak merugikan pihak lain. Semoga aku terkendali dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.

Hopefully I'm polite and do not harm others. Hopefully I'm in control in thought, word, and deed.

3. Semoga aku mengutamakan kepentingan pihak lain. Semoga aku tak lekat pada yang buruk maupun pada yang baik.

May I put the interests of other parties. Hopefully I'm not attached to the bad and the good.

4. Semoga aku penuh kesadaran dan pemahaman jernih. Semoga aku piawai dalam membantu pihak lain.

Hopefully I mindfulness and clear comprehension. Hopefully I'm good at helping others.

5. Semoga aku giat berjuang untuk mencapai tujuan mulia. Semoga aku tak gentar menghadapi segala rintangan.

May I strive diligently to achieve lofty goals. Hopefully I'm not afraid to face all odds.

6. Semoga aku mampu menanggung kekeliruan pihak lain. Semoga aku melihat sisi baik dari segala sesuatu.

Hopefully I was able to bear the mistakes of others. May I see the good side of everything.

7. Semoga aku tidak menyembunyikan kebenaran. Semoga aku tulus dan dapat dipercaya

Hopefully I do not hide the truth. Hopefully I'm sincere and trustworthy

8. Semoga aku terus berpegang teguh pada kebenaran. Semoga aku lembut bagai bunga dan kokoh bagai karang.

May I continue to hold fast to the truth. May I gently like a flower and sturdy like a rock.

9. Semoga aku mengasihi tanpa pilih kasih. Semoga aku bahagia dan membawa kebahagiaan bagi pihak lain.

May I love without favoritism. May I be happy and bring happiness to others.

10. Semoga aku memperlakukan semua makhluk dengan setara. Semoga aku teduh dan seimbang dalam segala keadaan.

May I treat all beings equally. Hopefully I'm calm and balanced in all circumstances.

Thursday, November 29, 2012

Demi keluarga, Gao Meiyun usia 70 menjadi pengantar air

Demi keluarga, Gao Meiyun usia 70 tahun
MASIH menjadi pengantar air

Seorang wanita renta dengan berat badan hanya sekitar 37,5 Kg,  usia 70 tahun yang tinggal di Distrik Shijingshan Beijing mungkin menjadi wanita tertua sebagai pengantar air di kota tersebut.
Gao Meiyun sejak 2006 bekerja sepanjang hari mulai pukul 06.00 hingga jam 22.00. Setiap hari ia mengatar sekitar seratus galon  air minum  ukuran 20 kg ke berbagai apartemen dan banyak perkantoran di Beijing bagian Barat. Hal ini diberitakan oleh salah satu artikel di China Foto Press.
Gao Meiyun yang sudah hidup sebagai janda tinggal bersama dengan anaknya yang lumpuh dan cucu yang cacat mental.  Cucunya mengalami  kecelakaan lalulintas pada tahun 2008. Kadua kakinya harus dioperasi. Gao harus berhutang kepada orang-orang di sekitarnya untuk membayar biaya pengobatan cucunya tersebut. Namun, hutang yang sudah sedemikian banyak masih kurang untuk menyelesaikan pembayaran pengobatan anaknya. Mereka bertiga tinggal dalam kamar sempit ukuran 20 m2 tanpa pengatur udara namun justru dipenuhi dengan botol air mineral di setiap sudut ruangan. Uang yang ia peroleh sebagai pengantar air mineral dalam galon menjadi satu-satunya penghasilan untuk hidup sehari-hari sekaligus untuk membiayai pengobatan anaknya.
Gao Meiyun menjadi sangat terkenal di masyarakat karena hampir tidak ada orang seusianya yang bekerja berat serta membutuhkan ketahanan fisik seperti itu. Namun, sejauh para pelanggan memerlukannya, Gao setiap saat pasti siap mengantarkan pesanan air minum galon tanpa memperdulikan cuaca. Tertatih-tatih ia menaiki satu persatu anak tangga menuju ke tempat pemesannya. Ia juga mengatakan bahwa keluarganya adalah motivasi untuk melanjutkan pekerjaan beratnya.
Gao Meiyun yakin bahwa suatu ketika anaknya akan menggantikan usahanya. Namun, kenyataan, anaknya tidak mampu melakukan hal itu karena masalah kesehatan yang ia derita.  Sayangnya, Gao Meiyun sendiri sekarang mengalami gangguan kesehatan. Ia menderita batuk yang cukup parah. Tubuhnya juga  menjadi bongkok karena bertahun-tahun mengangkat ratusan botol air mineral yang sedemikian berat.
Akhir-akhir ini ada beberapa sukarelawan yang membantunya setiap hari Rabu. Ada para donatur yang  membantu keuangannya pula. Disebutkan dalam salah satu sumber, sejak berita ini muncul di surat kabar dana yang telah diterima Gao Meiyun  sebesar 100.000 yuan ($ 15,016,59). Setiap bulan pemerintah juga telah memberikan bantuan sebesar 3.000 yuan ($ 450,50) yang hanya cukup untuk biaya hidup namun bukan biaya pengobatan. Sekolah tempat cucunya belajar juga telah memberikan bea siswa secara penuh alias gratis.

Apakah hikmah yang dapat dipetik dari kisah nyata ini?
Bahwa dalam kehidupan, seseorang hendaknya memiliki kemampuan menerima kenyataan sebagaimana adanya. Jangan mengeluh pada segala kesulitan yang dihadapi. Segala cara harus diupayakan agar semangat hidup selalu berkobar. Ubah pola pikir agar menjadi lebih positif. Jalani kehidupan dengan kesadaran setiap saat. Kebahagiaan dalam batin akan dapat dirasakan.

Bukan Demi Marah Menjadi Manusia

Ada seorang biarawan yang sangat menyukai bunga anggrek. Biasanya, selain memberi ceramah waktu yang tersisa dipergunakannya untuk mengurus bunga-bunga anggrek yang ditanam di taman biara.
Pada suatu hari ketika hendak pergi berkelana, dia berpesan kepada muridnya, harus hati-hati merawat pohon bunga anggreknya.

Selama kepergiannya, muridnya dengan teliti memelihara pohon bunga-bunga anggrek tersebut. Namun, pada suatu hari ketika sedang menyiram pohon bunga anggrek tersebut tanpa sengaja menyenggol rak-rak pohon tersebut sehingga semua pohon anggrek berjatuhan dan pot anggrek tersebut pecah berantakan dan pohon anggrek berserakan.
Muridnya sangat ketakutan, bermaksud menunggu gurunya pulang dan meminta maaf sambil menunggu hukuman yang akan mereka terima.

Setelah biarawan pulang mendengar kabar itu, lalu memanggil para muridnya, dia tidak marah kepada muridnya, bahkan berkata, “Saya menanam bunga anggrek, alasan pertama adalah untuk dipersembahkan di altar Buddha, dan yang kedua adalah untuk memperindah lingkungan di biara ini, bukan demi untuk marah saya menanam pohon anggrek ini.”

Perkataan biarawan sungguh benar, “Bukan demi untuk marah menanam pohon anggrek.”
Dia bisa demikian toleran, karena walaupun menyukai bunga anggrek, tetapi di hatinya tidak ada rasa keterikatan akan bunga anggrek. Oleh sebab itu ketika dia kehilangan bunga-bunga anggrek tersebut, tidak menimbulkan kemarahan di dalam hatinya.

Sedangkan kita di dalam kehidupan kita sehari-hari,  hal yang kita khawatirkan terlalu banyak, kita terlalu peduli kepada kehilangan dan memperoleh, sehingga menyebabkan keadaan emosi kita tidak stabil. Kita merasa tidak bahagia.

Maka seandainya kita sedang marah, kita bisa berpikir sejenak,
“Bukan demi marah saya bekerja.”
“Bukan demi marah saya mengajar.”
“Bukan demi marah menjadi sahabat.”
“Bukan demi marah menjadi suami istri.”
“Bukan demi marah melahirkan dan mendidik anak.”

Maka kita bisa mencairkan rasa marah dan kesusahan yang ada di dalam hati kita dan berubah menjadi damai.

Oleh sebab itu setelah membaca artikel ini, ketika engkau hendak bertengkar dengan sahabat, dengan orang rumah atau keluarga, engkau harus ingat perjumpaan kalian, bukan demi untuk rasa marah.

KONGRES KE-9 SANGHA BUDDHIS SEDUNIA DI MEDAN

Indonesia mendapat kehormatan menjadi tuan rumah dilangsungkannya kongres ke-9 WORLD BUDDHIST SANGHA COUNCIL (WBSC – Persamuhan Agung Sangha Buddhis Dunia)bertempat di Mahakaruna Buddhis Centre, Medan. Persamuhan Agung ini akan dihadiri oleh utusan 33 negara dari Asia, Australia, Afrika, Amerika, dan Eropa dengan jumlah delegasi: 600; dibuka pada tanggal 3 Desember dan berakhir tanggal 5 Desember.

Kongres yang berlangsung setiap 5 tahun ini dan untuk pertama kalinya berlangsung di Indonesia adalah forum dunia para bhiksu-bhiksuni dari semua golongan (mazhab): Theravada, Mahayana, dan Vajrayana. Tema konges adalah: SANGHA MENJAGA KEUTUHAN DUNIA.

Dalam suasana kerukunan persaudaraan para bhiksu akan memperbaharui komitmen dan rencana-rencana nyata untuk ikut serta membangun keharmonian hubungan antar bangsa dengan pendidikan dan pencerahan Dharma. Kasih sayang terhadap semua kehidupan, penghormatan kepada semua agama, penghargaan pada keaneka-ragaman budaya, serta menjaga keutuhan lingkungan adalah semangat Dharma, ajaran Buddha Gautama. Dan itu pula nafas World Buddhist Sangha Council. Demikian penuturan Ketua Umum Panitia Pelaksana Bhikkhu Sri Pannyavaro Mahathera dalam pertemuannya dengan pers.

Mendahului Kongres ke-9 WBSC ini akan diresmikan komplek Mahakaruna Buddhis Centre, Medan, tempat kongres berlangsung. Mahakaruna Buddhist Centre bukan hanya menjadi aset fisik tetapi juga akan menjadi kekayaan spiritual budaya bangsa.

Sumatera yang dikenal juga dengan nama Suwarnadwipa (Pulau Emas) pada masa Kerajaan Sriwijaya bukan hanya menjadi salah satu pusat perdagangan Asia, tetapi juga pusat pendidikan Dharma. Para bhiksu dan bhiksuni dari mancanegara datang belajar Dharma di Sriwijaya di bawah asuhan para guru-guru besar Dharma. Peradaban, keluhuran budaya, dan pengetahuan Dharma bangsa ini telah ikut serta memberikan kontribusi besarnya kepada dunia sejak lebih dari 1.700 tahun yang lampau.

Mahakaruna Buddhist Center diharapkan akan menjadi salah satu tempat wisata religi dunia serta wahana untuk kembali memberikan sumbangsih keluhuran budaya kepada Tanah Air dan mancanegara.

Panitia pelaksana mengundang para tokoh lintas agama, DPRD Sumut, Pemda setempat serta tokoh masyarakat bergabung bersama dalam memberikan kontribusi untuk dunia melalui  acara ini. Refleksi ini adalah keharmonian masyarakat Indonesia, khususnya Sumatera Utara.

Tuesday, November 27, 2012

Obama gets taste of Thailand at Buddhist

U.S. President Barack Obama, left, and U.S. Secretary of State Hillary Rodham Clinton, rear, tour the Viharn of the Reclining Buddha with Chaokun Suthee Thammanuwat, the Dean, Faculty of Buddhism Assistant to the Abbot of Wat Phra Chetuphon at the Wat Pho Royal Monastery in Bangkok, Thailand, Sunday, Nov. 18, 2012. (AP Photo/Carolyn Kaster)

Monday, November 26, 2012

Tidak ada yang permanent

Apakah kita bisa mencegah perubahan itu? Tidak ada ilmu pengetahuan yang bisa mencegah jalan alami ini. Kita semua tidak dapat mencegahnya. Dapatkah Anda mengeluarkan napas tanpa menghirupnya? Atau Anda hanya menarik napas tanpa mengeluarkannya? Tidak mungkin itu terjadi. Manusia ingin segala sesuatu agar kekal, tetapi tidak bisa. Itu adalah hal yang mustahil. Jika seseorang menyadari bahwa segala sesuatu adalah tidak kekal, pikirannya berangsur-angsur terbuka. Dan ketika ada sesuatu yang muncul, dia hanya akan mengatakan: “Oh, satu lagi wujud perubahan”.

Latihan Meditasi

Kebanyakan orang masih saja tidak mengetahui inti dari latihan meditasi. Mereka mengira meditasi berjalan, meditasi duduk dan mendengarkan khotbah Dhamma itulah yang disebut berlatih. Itu ada benarnya juga, tetapi hal-hal ini hanyalah penampilan luar saja dari latihan. Latihan yang sebenarnya akan terjadi pada saat pikiran bertemu dengan objek-objek indera. Itulah tempat untuk berlatih, di mana kontak dengan indera terjadi. Bila orang-orang mengatakan hal-hal yang tidak kita sukai, maka akan ada kebencian, jika mereka mengucapkan kata-kata yang kita sukai, maka kita pun senang. Sekarang, di sinilah tempat untuk berlatih. Bagaimana kita akan berlatih dengan hal-hal semacam ini? Ini adalah titik yang sangat penting. Jika kita hanya berlari ke sana ke mari sambil mengejar kebahagiaan dan menghindar dari penderitaan di setiap saat, kita bisa saja berlatih hingga hari kematian kita, namun kita takkan pernah melihat Dhamma. Tidak ada gunanya. Ketika kesenangan dan kesengsaraan muncul, bagaimana kita akan menggunakan Dhamma untuk membebaskan diri dari mereka? Inilah tujuan dari latihan.

(Kutikan Ajahn Chah) Sebuah Pohon

Kita bagaikan sebuah pohon dengan akar-akar,
Sebuah pangkal batang, dan sebuah batang.
Setiap daun,setiap cabang, tergantung pada akar untuk menyerap nutrisi dari tanah dan mengirimkannya ke atas untuk menghidupi pohon.
Tubuh kita, termasuk ucapan dan perbuatan kita,indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa,dan peraba kita, adalah sama seperti cabang, daun,dan batang pohon. Pikiran sama seperti akar yang menyerap nutrisi dan mengirimkannya melalui batang ke daun-daun dan cabang-cabang sehingga mereka dapat berbunga dan menghasilkan buah.

(Kutipan Ajahn Chah) Harta Benda

Andaikata kita memiliki sebuah benda yang sangat mahal.
Begitu benda tersebut menjadi milik kita,Pikiran kita berubah,”Sekarang di manakah akan saya simpan benda ini..?”
Jika saya meletakkannya di sini, seseorang akan mencurinya.”
Kita mencemaskan diri kita pada situasi , mencoba menemukan tempat untuk menyimpannya.Inilah penderitaan.
Dan kapan penderitaan itu timbul ?
Penderitaan itu muncul begitu kita memahami bahwa kita telah mendapatkan Sesuatu. Di sanalah penderitaan ada.
Sebelum memiliki benda itu , tidak ada penderitaan.
Penderitaan itu belum muncul ,Karena tidak ada benda yang membuat pikiran melekat.Diri kita juga sama.
Jika kita berpikir dari sudut pandang “diri” ,
Segala sesuatu yang berada di sekitar kita akan menjadi “milik kita”.
Dan kebingungan datang menyusul.
Jika tidak ada “saya” dan “milik saya”,kebingungan tidak akan ada.

Tuesday, November 06, 2012

Dhamma Adalah Harta Yang Paling Mulia

Khotbah ini adalah hari yang istimewa saat anda semua datang untuk memberikan dana makanan dan persembahan, serta memohon tuntunan sila bersama.

Dhamma adalah harta yang paling berharga. Jika misalnya seseorang menggali dan menemukan, serta memanfaatkannya, orang tersebut akan menjadi kaya dalam sepanjang hidupnya, kaya dalam kesadaran dan kebijaksanaan serta amat bahagia.

Dhamma berarti segala sesuatu yang baik, sejuk, damai, sejahtera, dan terang. Seseorang yang telah memperoleh pengertian tentang Dhamma memiliki hati yang baik, tenang, damai, bermanfaat, berbudi luhur, dan bijaksana. Apapun yang ia lakukan, dilakukannya dengan penuh semangat, perhatian, dan kebijaksanaan, karena batin mereka tenang dan damai, dan pikiran mereka terang dan jernih. Seseorang yang memiliki Dhamma tidak pernah merasa kesepian tetapi penuh daya/semangat, pengetahuan, kesadaran, dan kebahagiaan.
Bagaimana agar kita dapat mencapai keadaan tersebut di dalam hidup kita? Kita perlu latihan, praktek, dan mempunyai pendirian yang benar. Jalan yang paling cepat adalah dengan selalu memancarkan cinta-kasih, melakukan tugas anda dengan baik dalam apapun yang anda kerjakan, serta mengerjakannya dengan sebaik mungkin. Dengan cinta-kasih sebagai landasannya, lakukan kewajiban anda terhadap putra-putri anda, istri-suami anda, orang-orang yang anda cintai dan hormati, orang lain, dan kepada hewan-hewan.

Dhamma adalah kewajiban/tugas. Seseorang yang tidak melakukan tugas seorang ayah, ia bukanlah seorang ayah. Begitu pula, seorang ibu harus melakukan tugas seorang ibu kepada anak-keturunannya. Jika seseorang mengabaikan tugasnya, ia semata-mata disebut manusia tetapi bukan manusia yang baik. Anak-anak juga harus melakukan tugas mereka. Para guru dan murid mempunyai tugas satu terhadap lainnya. Guru wajib mengajar, membimbing, dan mendorong murid-murid untuk belajar serta mengikuti petunjuk guru dengan rasa terima kasih, serta berusaha melakukan yang terbaik terhadap orang tua mereka, para guru mereka, teman-teman dan kerabat mereka. Seseorang harus berpikir tentang mereka semua dengan cinta kasih.

Hari ini saya akan memberikan khotbah Dhamma singkat yang bertema: "Berusahalah sebaik mungkin melakukan tugas anda". Setiap hari kita harus memeriksa diri kita sendiri dan apa yang telah kita lakukan. Tugas-tugas apa yang harus kita lakukan pada hari ini? Kita harus melakukan dengan sebaik mungkin yang dapat kita lakukan, dan ingatlah selalu untuk tidak mudah menyerah. Kita harus melakukan yang terbaik untuk memecahkan setiap problem dan mengatasi setiap rintangan. Putuskanlah untuk melakukan hal ini setiap hari, serta mencintai dan bersikap baik kepada semua makhluk, bahkan kepada mereka yang tidak baik dan tidak menyenangkan, juga bahkan kepada mereka yang pernah menyakiti kita. Meskipun jika mereka menyakiti kita, kita harus siap untuk menjadi baik dan cinta kepada mereka. Kita tidak seharusnya menjadi marah, karena marah merupakan penderitaan.

Jika kita berbaik-hati, tenang, dan damai, kebajikan kita itu akan membuat kita bahagia. Hal ini juga memberikan kesempatan kepada orang-orang yang tidak menyenangkan untuk menjadi baik, orang-orang yang bertemperamen panas menjadi tenang.

Jika kita benar-benar tenang dan dipenuhi dengan cinta-kasih, maka apabila orang lain marah, kita dapat tetap tersenyum. Jika kita tak dapat tersenyum, cukuplah untuk diam saja. Jika orang lain mengatakan hal-hal yang tidak menyenangkan, kita dapat sebaliknya mengucapkan kata-kata yang menyenangkan. Jika orang lain mencoba mengambil keuntungan dari kita, kita dapat memberikan apa yang mereka inginkan. Lihatlah kemudian siapa yang pada akhirnya menang dan bahagia.

Dunia memerlukan Dhamma, memerlukan ketenangan, walaupun kita harus siap berkorban untuk memberikan hal tersebut. Kekerasan selalu dikalahkan oleh kelembutan, karena kelembutan tersembunyi, terdapat di dalam kekerasan. Perhatikan gusi dan gigi kita, meskipun gigi tanggal, tetapi gusi tetap di tempatnya. Angin yang paling lembut pun dapat mengikis gunung, dan dapat menciptakan gelombang yang pada akhirnya lenyap karena penguapan. Angin tidak memiliki jasmani/wujud, tetapi ia memiliki energi. Sebuah roda terbuat dari poros dan jari-jari/ruji. Ruji tidak dapat bergerak jika poros tidak berputar, dan poros hanya dapat berputar karena di tengah-tengahnya adalah kosong. Lihatlah pada mulut saya, yang saya pergunakan untuk berbicara. Ia memiliki gigi, lidah dan sebagainya, tetapi saya dapat berbicara hanya karena mulut saya juga memiliki rongga kosong. Jika mulut saya padat, saya tidak akan dapat berbicara. Jadi kekosongan adalah sangat berguna. Lihatlah pada mangkuk makan saya. Besi yang dipakai untuk membuat ini memang pasti ada, tetapi adalah ruang kosong di dalam mangkuk yang membuatnya berguna. Kita dapat menaruh benda-benda di dalam ruang tersebut. Bergunanya mangkuk tersebut datang dari kekosongannya.
Jika kita membuat batin kita kosong, tenang, dan bebas dari kekotoran, dan tidak memikirkan apa-apa kecuali cinta-kasih, maka batin kita akan menjadi sangat kuat. Batin sedemikian adalah suci, dan kekuatan suci benar-benar ada di dunia ini. Tetapi batin yang paling memiliki kekuatan di dunia ini adalah batin yang terang dan tenang. Jika kita dapat melatih pikiran kita untuk menjadi baik, maka apapun kemudian akan menjadi baik. Berusahalah untuk melatih pikiranmu dan berusahalah untuk menjadi penuh cinta-kasih. Katakan kepada dirimu, "Sejak saat ini saya tidak akan menjadi marah". Jika seseorang marah kepada saya, tidak mengapa, saya akan tetap tersenyum atau kalau tidak, hanya akan diam saja dan mengingat kalimat keramat/ magis itu "Itu memang demikian". Mereka bersikap seperti itu disebabkan oleh sifat alamiah mereka. Tidak usah peduli bila seseorang marah, dan jika tidak mungkin untuk berucap sesuatu, maka pikirlah bahwa itu adalah alamiah/ wajar, "Hanya kedemikianan". Bersikaplah yang sama jika seseorang mengutuk atau menyalahkanmu; ingatkan dirimu bahwa engkau tidak akan menjadi marah. Anda akan selalu melakukan kebajikan, jika anda ingin setiap hari hanya melakukan kebajikan. Anda dapat mengandaikan bahwa anda mesti meraih angka/nilai tertentu untuk dapat lulus dari ujian, dan kemudian memberi nilai tambah/plus kepada diri anda sendiri apabila anda melakukan kebajikan, dan nilai kurang/minus apabila anda melakukan kejahatan. Di akhir hari (malam hari) lihatlah nilai apa yang telah anda raih. Apakah nilai kebajikan anda mengungguli nilai kejahatan anda?

Memang benar bahwa tiada seorang pun yang lahir di dunia ini sempurna dan tidak pernah melakukan suatu kesalahan, akan tetapi kita masih memiliki kesempatan untuk mengubah dan memperbaiki diri kita. Jika anda dapat melihat ke dalam diri anda sendiri, melihat cacat atau kekurangannya, serta berusaha untuk mengubah dan memperbaikinya, anda akan menjadi mulia dan dipuji oleh orang-orang bijaksana. Kadang-kadang adalah baik untuk diberitahukan apa yang tidak baik tentang diri kita, kita tidak perlu marah, tetapi kita harus membiarkan orang lain mengemukakan sisi buruk atau kekurangan kita. Apakah anda pikir anda begitu sempurna? Bahkan Sang Buddha sendiri memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengatakan tentang dirinya. Sang Buddha juga mengatakan untuk tidak memeriksanya dengan seksama dan mempraktekkan apa yang Beliau ajarkan hingga seseorang mencapai hasil-hasil yang seperlunya, sebelum ia mempercayainya.

Jadi janganlah kecewa atau sedih jika tak seorang pun yang memuji, menghargai, mendukung, atau bahkan mereka menentang perbuatan baik yang kita lakukan. Jika kita tahu bahwa apa yang ingin kita lakukan adalah baik dan pantas, lakukanlah itu dengan penuh keyakinan dan kesabaran, maka tiada kerugian yang akan datang kepada diri kita atau orang lain. Kita harus memulainya dengan keyakinan di dalam diri kita.

Kita mengira kita sudah mengerti Dhamma dan menginginkan dunia (orang-orang lain) mengetahui tentang hal tersebut, tetapi kemudian kita tidak bahagia ketika kita dikritik. Kita sangat sensitif terhadap kritikan, itu membuat kita merasa bodoh dan tidak bahagia. Kadang-kadang kita memiliki niat/maksud yang baik, tetapi hal itu dapat ternoda jika kita membiarkan telinga kita meladeninya, misalnya kita goyah oleh kritikan. Batin kita haruslah kuat sepanjang waktu, harus tidak pernah menyerah, dan harus selalu penuh perhatian/kesadaran akan saat ini.

Saya percaya bahwa perbuatan baik yang kita lakukan akan membuat kita bertambah bahagia, seperti sebatang pohon yang mula-mula berupa sebuah tanaman yang kecil dengan hanya satu batang saja, sampai tumbuh cabang-cabang, daun-daun, bunga-bunga, dan buah-buah. Batin yang baik dan tenang akan semakin memberikan kebahagiaan dan mendapatkan cinta dari setiap orang atau para dewa kemana pun ia pergi. Adalah kenyataan bahwa kekuatan yang didapatkannya dari praktek Dhamma adalah nyata, kuat dan lebih bernilai dari pada apapun juga. Seseorang yang memiliki keyakinan di dalam Dhammanya tidak perlu melakukan hal spesial lainnya, karena apapun yang ia lakukan akan memberikan hasil yang memuaskan. Anda tidak perlu melakukan hal-hal apapun yang rumit, kadang-kadang hanya dengan berpikir baik saja akan memperoleh hasil yang baik dan hebat. Cobalah lalukan itu. Bila anda memiliki batin yang baik dan bersih, jalan menuju sukses akan nampak lancar, dan hal-hal akan berjalan dengan baik. Tetapi jika batin anda tidak tenang, tentram, dan bersih, hal-hal yang anda harapkan dan lakukan tidak akan berjalan sesuai yang anda harapkan, meskipun anda mengharapkannya dengan kuat dan sering. Batin seperti itu adalah batin yang bingung, lemah, dan tiada berdaya. Maka, berusahalah untuk melakukan hanya hal-hal yang baik, laksanakan tugas anda dengan sebaik mungkin yang dapat anda lakukan, selalu dengan cinta kasih dan kesadaran akan saat sekarang. Apapun yang muncul atau terjadi, anggaplah itu sebagai hal yang alamiah, sebagai "kedemikianan".

Pertimbangkanlah ungkapan "tidak apa-apa". Kata-kata ini adalah seperti kata keramat untuk meringankan batin kita, menasehatkan bahwa jika kita tidak ambil peduli, jika kita tidak menganggap hal-hal dengan serius, kita tidak akan menderita. Namun sebaliknya, kita harus selalu "peduli", selalu berpikir, dan melakukan hal-hal yang baik saja.

Cobalah untuk membaca paritta setiap hari, pada pagi hari dan malam sebelum tidur. Ambillah nafas panjang yang dalam dan perhatikan nafas yang masuk dan nafas yang keluar, dan anda akan menemukan kebahagiaan. Pada saat yang sama, sadarilah akan perhatianmu. Pada akhirnya batin akan tetap memiliki kesadaran di dalam tanpa memperhatikan nafas. Anda akan mendapatinya dalam keadaan tanang dan damai karena batin bagitu terkonsentrasi pada saat itu. Apapun yang anda lakukan, apakah berbicara, berpikir, atau bertindak, berdiri, duduk berbaring, atau apa saja, anda akan merasa bahagia dan tidak pernah kesepian. Mereka mengerti Dhamma tidak pernah marasa kesepian, karena selalu ada teman baik di dalam hatinya. Pada saat yang sama, hal itu merupakan sumber dari hidup panjang umur yang berharga, corak yang baik, kebahagiaan, kekuatan, kebijaksanaan, dan kekayaan. Tiada lagi yang lebih berharga dari pada Dhamma. Apabila kita mempraktekkannya dengan rajin dan sungguh-sungguh, kebajikan akan tumbuh dengan semakin besar.

Jika kita berkecil-hati, pikirkanlah tentang diri Sang Buddha. Sang Buddha, yang pada akhirnya mencapai kesempurnaan (parami) tertinggi (kesepuluh tingkat dari kesempurnaan spritual) dengan ketekunan dan kesabaran, sila (sikap laku bermoral), dan bhavana (meditasi), telah mengalami kelahiran-kembali sebanyak sekitar 1600 juta kali sebelum Beliau mencapai Pencerahan sebagai seorang Buddha. Karena itu, kita yang mengikuti jejak-Nya sebagai seorang Buddhis, harus mempraktekkan hal-hal yang Beliau ajarkan. Janganlah menyerah, tetapi berusahalah melakukan kebajikan. Majulah selangkah-demi selangkah hingga anda mencapai tujuan (gol). Tidak peduli berapa jauh jaraknya, seribu atau sepuluh ribu langkah, lakukan satu langkah setiap saat, maka akhirnya anda akan tiba juga. Saya sendiri berjalan dari Thailand Selatan menuju Burma Utara. Tidak akan terasa jauh jika anda tetap melaksanakan 2 langkah tersebut, kiri dan kanan. Dengan kesabaran dan keyakinan anda akan berhasil, karena di mana ada kemauan, di sana pasti ada jalan. Orang yang tekun/ulet tidak pernah gagal.

Pada khotbah kali ini, saya menekankan bahwa kita harus berusaha dan melakukan perbuatan baik, dan berusaha untuk membebaskan diri kita dari penderitaan. Berusahalah untuk mengetahui dan mengerti tentang penderitaan, sehingga bila ia datang, ia akan dapat dihadapi. Adalah tidak hanya saya/anda yang menderita, orang lain pun menderita, bahkan beberapa dari mereka lebih buruk dari pada saya/anda. Cobalah untuk mengerti bahwa apapun yang muncul, bertahan untuk waktu yang agak lama atau singkat, kemudian lenyap. Tidak ada satu pun yang permanen. Suatu waktu, kita tidak memiliki apa-apa, dan apa yang kita miliki dan menjadi apa kita sekarang ini, adalah datang belakangan. Tiada satupun yang tetap untuk selamanya. Kita harus berusaha untuk mengerti hal-hal ini dan merenungkan mereka dengan perhatian dan cinta-kasih. Ketahuilah kapan untuk melepas. Berusahalah untuk mencintai orang lain, bahkan kepada mereka yang tidak menyukaimu sekalipun. Berusahalah untuk mencintai dan memafkan mereka. Cobalah untuk mengerti tentang dirimu sendiri dan hal-hal baik dari orang lain. Berusahalah untuk tidak berat sebelah/memihak. Jangan menunggu sampai orang lain mengerti tentang dirimu sebelum anda mencoba untuk mengerti tentang mereka. Janganlah merasa cemas dengan berlebihan.

Saya percaya bahwa jika kita mengerti orang lain, kita dapat belajar untuk mencintai mereka, karena cinta kasih tumbuh dari (adanya) pengertian. Dalam suatu keluarga yang tanpa pengertian, cinta takkan bertahan lama. Jadi, cobalah untuk memahami satu sama lain dan jalanilah hidup yang baik. Tidak peduli apakah orang lain tidak mencintai atau menghormatimu, cobalah untuk mengerti dan "maafkan dan lupakan". Hadiah yang paling penting adalah hadiah berupa memafkan. Janganlah melekat kepada benda-benda dengan kuat, karena tiada satu apapun yang kekal. Relakan mereka pergi, dan jadilah orang yang baik dan penuh cinta kasih.
Kini waktunya untuk berhenti, sehingga saya harus menghentikan khotbah untuk hari ini.

Biksu Buddha Asal Prancis Ini Adalah Orang Paling Bahagia di Dunia

Oleh Yahoo! News | AFP – Jum, 2 Nov 2012
Oleh Frankie Taggart | AFP

Saat dia tersenyum tenang dan jubah burgundinya tertiup angin segar Himalaya, tidak sulit untuk mengeta
hui mengapa ilmuwan menetapkan Matthieu Ricard sebagai orang yang paling bahagia yang pernah mereka uji.

Biksu yang juga orang kepercayaan Dalai Lama itu dengan penuh semangat menjelaskan kenapa meditasi bisa mengubah otak dan meningkatkan kebahagiaan orang, dengan cara yang sama seperti angkat berat meningkatkan kekuatan otot.

"Ini adalah penelitian luar biasa karena menunjukkan bahwa meditasi bukan hanya mencari kebahagiaan di bawah pohon mangga tapi benar-benar mengubah otak dan diri Anda," tutur pria Prancis tersebut AFP.

Ricard, orang terpelajar yang suka mengelilingi dunia dan meninggalkan semua hal untuk menjadi biksu Buddha Tibet di pertapaan Himalaya, mengatakan orang bisa menjadi bahagia jika mereka melatih otak.

Ilmuwan saraf otak Richard Davidson memasang kabel pendeteksi dengan 256 sensor pada tengkorak Ricard di University of Wisconsin empat tahun lalu, sebagai bagian dari penelitian ratusan praktisi meditasi.

Hasil scan menunjukkan bahwa ketika merenungkan kasih sayang, otak Ricard menghasilkan tingkat gelombang gamma — yang terkait dengan kesadaran, perhatian, pembelajaran dan memori — "yang tidak pernah disebutkan sebelumnya dalam literatur tentang ilmu neurosains,” kata Davidson.

Hasil scan juga menunjukkan aktivitas berlebihan di korteks prefrontal kiri otaknya dibandingkan dengan bagian kanan, yang memberinya kapasitas abnormal yang cukup besar untuk merasakan kebahagiaan dan mengurangi kecenderungan terhadap hal-hal negatif, menurut keyakinan para peneliti.

Penelitian terhadap fenomena ini, yang dikenal sebagai "neuroplastisitas", masih dalam tahap awal dan Ricard berada di garis depan eksperimen baru ini bersama dengan para ilmuwan terkemuka lainnya di seluruh dunia.

"Kami telah mencari selama 12 tahun tentang efek jangka pendek dan jangka panjang pelatihan pikiran melalui meditasi dengan memusatkan perhatian, kasih sayang, dan keseimbangan emosional," katanya.

"Kami telah menemukan hasil yang luar biasa dengan praktisi jangka panjang yang melakukan 50.000 kali meditasi, tetapi juga dengan yang melakukan meditasi 20 menit per hari selama tiga pekan, yang tentu saja lebih bisa diterapkan untuk zaman modern."

Pria berusia 66 tahun itu, yang menemani biksu senior Tibet lainnya di sebuah wilayah Himalaya terpencil, Upper Dolpa, telah menjadi biksu Buddha yang dihormati dunia dan merupakan salah satu cendekiawan agama terkemuka dari Barat.

Tapi dia tidak selalu berada di jalan menuju pencerahan.

Ricard dibesarkan di kalangan elit intelektual Paris sebagai putra filsuf libertarian Prancis, Jean-Francois Revel dan pelukis cat air abstrak Yahne Le Toumelin.

"Semua orang itu biasanya berkumpul, sebagian besar adalah kaum intelektual Paris. Kami mengenal pelukis Perancis dan saya sendiri tertarik pada musik klasik sehingga saya bertemu banyak musisi," katanya.

"Saat makan siang kami akan bertemu dengan tiga pemenang Hadiah Nobel makan bersama kami ... Itu luar biasa. Beberapa di antara mereka menyenangkan tetapi beberapa di antaranya tidak."

Pada saat dia mendapat gelar PhD dalam bidang genetika sel dari Institut Pasteur di Paris pada 1972 dia merasa kecewa dengan perdebatan saat pesta makan malam dan memulai perjalanan ke Darjeeling di India selama masa liburan.

Menjauhkan diri dari hubungan intim dan karier, dia pindah ke India untuk mempelajari agama Buddha dan muncul 26 tahun kemudian dengan buku "The Monk And The Philosopher", sebuah dialog tentang makna hidup yang dia tulis bersama ayahnya.

"Itu adalah akhir dari waktu tenang saya karena buku itu menjadi bestseller. Tiba-tiba saya diproyeksikan ke dunia Barat. Lalu saya melakukan dialog lebih banyak dengan para ilmuwan dan semuanya mulai berjalan di luar kendali.”

"Saya benar-benar terlibat dalam penelitian ilmu pengetahuan dan ilmu meditasi."

Sebagai biksu terkemuka di Biara Shechen Kathmandu, Ricard membagi waktunya di antara meditasi pengasingan diri, penelitian ilmiah dan menemani Dalai Lama dalam perjalanan ke negara-negara berbahasa Prancis dan konferensi ilmu pengetahuan.

Dia menjadi pembicara di World Economic Forum di Davos pada puncak krisis keuangan 2009 untuk memberitahu para pemimpin negara dan bisnis bahwa sudah waktunya untuk mengubur keserakahan dan “membantu orang lain".

Karyanya yang lain termasuk "Happiness: A Guide to Developing Life's Most Important Skill" dan beberapa koleksi foto-foto pemandangan, orang dan guru spiritual dari Himalaya.

Ricard menyumbangkan semua hasil penjualan bukunya untuk 110 proyek kemanusiaan yang telah membangun sekolah untuk 21.000 anak-anak dan menyediakan layanan kesehatan bagi 100.000 pasien per tahun.

Dia mendapat penghargaan French National Order of Merit atas karyanya dalam melestarikan budaya Himalaya, tetapi karyanya di bidang ilmu kebahagiaan yang mungkin mendefinisikan dirinya yang sebenarnya.

Ricard melihat hidup yang baik, dan menunjukkan kasih sayang, bukan sebagai perintah agama, tetapi sebagai cara praktis untuk mendapatkan kebahagiaan.

"Cobalah untuk memeriksa, menyelidiki dengan tulus," katanya. "Itulah yang coba diungkapkan dari ajaran Buddha -- mekanisme kebahagiaan dan penderitaan. Itu adalah ilmu dari pemikiran".