Diṭṭhiñca anupagamma, sīlavā dassanena sampanno,
kāmesu vineyya gedhaṁ, na hi jātu gabbhaseyyaṁ punaretī’ti
Ia yang mengembangkan mettā, tak berpandangan salah, teguh dalam sīla dan berpengetahuan sempurna, dan melenyapkan kesenangan nafsu indria, tidak akan lahir dalam rahim lagi.
(Mettā Sutta, Khuddaka Nikāya)
Menurut Visuddhi Magga, sebelum kita memulai latihan meditasi, kita harus merenungkan akibat dari melakukan kejahatan, kebencian, dan berkah dari mempraktikkan cinta kasih. Selama orang itu belum menyadari akibat dari melakukan perbuatan jahat, selama itu pula ia belum dapat mengatasi kejahatan itu. Demikian pula tidak ada seorang pun yang dapat mencapai keadaan pikiran yang luhur sebelum ia mengerti akan keberkahannya.
Jika kebencian dibalas dengan kebencian, maka pikiran menjadi terjerat dalam kebencian dan orang akan melakukan perbuatan yang jahat, sehingga hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa mempedulikan kesejahteraan orang lain. Karena itu kebencian harus dilenyapkan, dan pikiran yang jahat pada saat muncul harus dicegah untuk tidak muncul. Dengan demikian jelaslah bahwa pikiran harus dijaga, diperhatikan dan dikembangkan ke arah yang baik. Hanya dengan demikian cinta kasih dan belas kasihan dalam batin kita dapat ditumbuhkembangkan.
Dalam mengawali latihan meditasi cinta kasih, seseorang dapat melakukannya dengan melafalkan kalimat peresapan cinta kasih yang diawali dari diri sendiri terlebih dahulu seperti mengucapkan; semoga aku berbahagia, bebas dari derita, bebas dari mendengki, bebas dari menyakiti, bebas dari derita jasmani dan batin, semoga aku dapat menjalankan hidup dengan bahagia. Selanjutnya memancarkan mettā kepada orang-orang yang kita hormati, orang yang sangat disayangi, teman-teman, musuh-musuh kita serta kepada semua makhluk. Dengan berkata di dalam batin semoga semua makhluk berbahagia, bebas dari derita, bebas dari mendengki, bebas dari menyakiti, bebas dari derita jasmani dan batin. Semoga mereka dapat menjalankan hidup dengan bahagia.
Dalam kitab komentar Visuddhi Magga dijelaskan bahwa praktik meditasi mettā itu (bagi pemula) tidak boleh dimulai dengan empat kelompok orang ini. Cinta kasih adalah menginginkan agar semua makhluk selalu berbahagia.
1. Orang yang kita sukai
2. Orang yang sangat kita cintai
3. Orang netral seperti; kenalankenalan atau mereka yang bukannya kita cintai namun bukan pula kita benci.
4. Orang yang kita benci
Mengapa hal ini tidak boleh kita lakukan? Karena sungguh sulit untuk mengembangkan mettā kepada orang-orang ini.
1. Jika kita mulai mempraktikkan meditasi mettā terhadap seseorang yang kita sukai, misalnya, kekasih kita, maka kita akan dikuasai oleh nafsu (nafsu birahi), sehingga pikiran kita akan menghayal kepada bentuk-bentuk nafsu yang bermunculan, dengan demikian pikiran menjadi tidak konsentrasi.
2. Jika kita memulai mempraktikkan meditasi mettā kepada orang yang kita cintai, seperti orangtua kita, mungkin kita akan merasa tidak bahagia jika kita ingat penderitaan orang tua kita. Hal ini akan menyebabkan air mata akan keluar menetes. Maka kita akan kesulitan untuk mengembangkan mettā.
3. Jika kita mengembangkan meditasi mettā kepada orang-orang netral seperti; orang yang baru kita kenal atau kita jumpai dan mencoba menaruh di tempat orang yang kita cintai, maka kita akan sulit untuk mengembangkan mettā. Kita akan merasa lelah. Sekali lagi pengembangan mettā akan terhalang.
4. Jika kita memancarkan mettā kepada orang yang kita benci, maka pikiran akan menimbulkan kebencian. Inilah alasannya mengapa meditasi pengembangan mettā untuk tahap pemula tidak boleh dikembangakan terhadap empat orang ini.
Dalam petikan Aṅguttara Nikāya Sang Buddha mejelaskan kepada para bhikkhu: ”Oh para bhikkhu, pembebasan pikiran dengan cinta kasih dikembangkan dan ditumbuhkan, sering berlatih, dijadikan kendaraan dan landasan seseorang, ditegakkan dengan mantap disatukan dan dijalankan dengan tepat, maka sebelas berkah bisa diharapkan. Apakah yang sebelas itu?
1. Dia akan tidur dengan nyenyak. Sebelum kita terlelap kadangkadang pikiran kita berkelana, gelisah dan kita sulit untuk tidur pada saat itu. Kita dapat mencoba memancarkan mettā dan hal ini dapat memudahkan kita untuk dapat tidur;
2. Dia akan merasa bahagia pada saat bangun tidur tanpa merasa ngantuk, pusing;
3. Dia akan tidur tanpa diganggu oleh mimpi buruk;
4. Dia akan disayangi oleh orang lain, setiap orang mencintainya;
5. Dia akan disayangi makhluk lain, seperti raksasa pria maupun wanita dan lain-lain;
6. Dia akan dijaga oleh para dewa. Jika kita membagi mettā dengan mereka, mereka juga dengan senang hati melindungi dan menjaga kita;
7. Dia akan aman dan tidak dicelakai oleh api, racun dan pedang serta terhindar dari bahaya;
8. Pikiran akan mudah untuk berkonsentrasi. Setiap hari sebelum kita duduk bermeditasi, kita seharusnya memancarkan mettā selama sepuluh menit sampai dengan lima belas menit sebagai meditasi pendahuluan, sehari sekali sudah cukup dan biasanya dilakukan pertama kali di pagi hari. Meditasi mettā harus melafalkan mettā bhavanā, maka pikiran akan menjadi tenang;
9. Wajahnya akan terlihat bersih, cerah dan tenang;
10. Dia yang memancarkan mettā akan meninggal dengan pikiran yang tidak mengalami kebingungan, jika pada saat mengalami kematian seseorang dapat memancarkan mettā, maka dia akan meninggal dengan tenang dan damai;
11. Jika seseorang menyadari bahwa tidak ada lagi yang ingin dia capai dalam hidup ini, dia akan terlahir di alam brahma pada kehidupan mendatang.
Demikianlah manfaat yang kita peroleh dengan mempraktikkan meditasi mettā. Maka dari itu kita sebagai umat Buddha hendaknya kita selalu mempraktikkan meditasi cinta kasih dalam kehidupan kita sehari-hari, agar nantinya cinta kasih yang ada dalam batin kita dapat berkembang dengan baik. Semoga kita dapat mempraktikkan meditasi mettā sesuai dengan ajaran Sang Buddha. Semoga praktik mettā yang kita kembangkan dapat memperoleh kebahagiaan bagi kita dan semua makhluk.
kāmesu vineyya gedhaṁ, na hi jātu gabbhaseyyaṁ punaretī’ti
Ia yang mengembangkan mettā, tak berpandangan salah, teguh dalam sīla dan berpengetahuan sempurna, dan melenyapkan kesenangan nafsu indria, tidak akan lahir dalam rahim lagi.
(Mettā Sutta, Khuddaka Nikāya)
Menurut Visuddhi Magga, sebelum kita memulai latihan meditasi, kita harus merenungkan akibat dari melakukan kejahatan, kebencian, dan berkah dari mempraktikkan cinta kasih. Selama orang itu belum menyadari akibat dari melakukan perbuatan jahat, selama itu pula ia belum dapat mengatasi kejahatan itu. Demikian pula tidak ada seorang pun yang dapat mencapai keadaan pikiran yang luhur sebelum ia mengerti akan keberkahannya.
Jika kebencian dibalas dengan kebencian, maka pikiran menjadi terjerat dalam kebencian dan orang akan melakukan perbuatan yang jahat, sehingga hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa mempedulikan kesejahteraan orang lain. Karena itu kebencian harus dilenyapkan, dan pikiran yang jahat pada saat muncul harus dicegah untuk tidak muncul. Dengan demikian jelaslah bahwa pikiran harus dijaga, diperhatikan dan dikembangkan ke arah yang baik. Hanya dengan demikian cinta kasih dan belas kasihan dalam batin kita dapat ditumbuhkembangkan.
Dalam mengawali latihan meditasi cinta kasih, seseorang dapat melakukannya dengan melafalkan kalimat peresapan cinta kasih yang diawali dari diri sendiri terlebih dahulu seperti mengucapkan; semoga aku berbahagia, bebas dari derita, bebas dari mendengki, bebas dari menyakiti, bebas dari derita jasmani dan batin, semoga aku dapat menjalankan hidup dengan bahagia. Selanjutnya memancarkan mettā kepada orang-orang yang kita hormati, orang yang sangat disayangi, teman-teman, musuh-musuh kita serta kepada semua makhluk. Dengan berkata di dalam batin semoga semua makhluk berbahagia, bebas dari derita, bebas dari mendengki, bebas dari menyakiti, bebas dari derita jasmani dan batin. Semoga mereka dapat menjalankan hidup dengan bahagia.
Dalam kitab komentar Visuddhi Magga dijelaskan bahwa praktik meditasi mettā itu (bagi pemula) tidak boleh dimulai dengan empat kelompok orang ini. Cinta kasih adalah menginginkan agar semua makhluk selalu berbahagia.
1. Orang yang kita sukai
2. Orang yang sangat kita cintai
3. Orang netral seperti; kenalankenalan atau mereka yang bukannya kita cintai namun bukan pula kita benci.
4. Orang yang kita benci
Mengapa hal ini tidak boleh kita lakukan? Karena sungguh sulit untuk mengembangkan mettā kepada orang-orang ini.
1. Jika kita mulai mempraktikkan meditasi mettā terhadap seseorang yang kita sukai, misalnya, kekasih kita, maka kita akan dikuasai oleh nafsu (nafsu birahi), sehingga pikiran kita akan menghayal kepada bentuk-bentuk nafsu yang bermunculan, dengan demikian pikiran menjadi tidak konsentrasi.
2. Jika kita memulai mempraktikkan meditasi mettā kepada orang yang kita cintai, seperti orangtua kita, mungkin kita akan merasa tidak bahagia jika kita ingat penderitaan orang tua kita. Hal ini akan menyebabkan air mata akan keluar menetes. Maka kita akan kesulitan untuk mengembangkan mettā.
3. Jika kita mengembangkan meditasi mettā kepada orang-orang netral seperti; orang yang baru kita kenal atau kita jumpai dan mencoba menaruh di tempat orang yang kita cintai, maka kita akan sulit untuk mengembangkan mettā. Kita akan merasa lelah. Sekali lagi pengembangan mettā akan terhalang.
4. Jika kita memancarkan mettā kepada orang yang kita benci, maka pikiran akan menimbulkan kebencian. Inilah alasannya mengapa meditasi pengembangan mettā untuk tahap pemula tidak boleh dikembangakan terhadap empat orang ini.
Dalam petikan Aṅguttara Nikāya Sang Buddha mejelaskan kepada para bhikkhu: ”Oh para bhikkhu, pembebasan pikiran dengan cinta kasih dikembangkan dan ditumbuhkan, sering berlatih, dijadikan kendaraan dan landasan seseorang, ditegakkan dengan mantap disatukan dan dijalankan dengan tepat, maka sebelas berkah bisa diharapkan. Apakah yang sebelas itu?
1. Dia akan tidur dengan nyenyak. Sebelum kita terlelap kadangkadang pikiran kita berkelana, gelisah dan kita sulit untuk tidur pada saat itu. Kita dapat mencoba memancarkan mettā dan hal ini dapat memudahkan kita untuk dapat tidur;
2. Dia akan merasa bahagia pada saat bangun tidur tanpa merasa ngantuk, pusing;
3. Dia akan tidur tanpa diganggu oleh mimpi buruk;
4. Dia akan disayangi oleh orang lain, setiap orang mencintainya;
5. Dia akan disayangi makhluk lain, seperti raksasa pria maupun wanita dan lain-lain;
6. Dia akan dijaga oleh para dewa. Jika kita membagi mettā dengan mereka, mereka juga dengan senang hati melindungi dan menjaga kita;
7. Dia akan aman dan tidak dicelakai oleh api, racun dan pedang serta terhindar dari bahaya;
8. Pikiran akan mudah untuk berkonsentrasi. Setiap hari sebelum kita duduk bermeditasi, kita seharusnya memancarkan mettā selama sepuluh menit sampai dengan lima belas menit sebagai meditasi pendahuluan, sehari sekali sudah cukup dan biasanya dilakukan pertama kali di pagi hari. Meditasi mettā harus melafalkan mettā bhavanā, maka pikiran akan menjadi tenang;
9. Wajahnya akan terlihat bersih, cerah dan tenang;
10. Dia yang memancarkan mettā akan meninggal dengan pikiran yang tidak mengalami kebingungan, jika pada saat mengalami kematian seseorang dapat memancarkan mettā, maka dia akan meninggal dengan tenang dan damai;
11. Jika seseorang menyadari bahwa tidak ada lagi yang ingin dia capai dalam hidup ini, dia akan terlahir di alam brahma pada kehidupan mendatang.
Demikianlah manfaat yang kita peroleh dengan mempraktikkan meditasi mettā. Maka dari itu kita sebagai umat Buddha hendaknya kita selalu mempraktikkan meditasi cinta kasih dalam kehidupan kita sehari-hari, agar nantinya cinta kasih yang ada dalam batin kita dapat berkembang dengan baik. Semoga kita dapat mempraktikkan meditasi mettā sesuai dengan ajaran Sang Buddha. Semoga praktik mettā yang kita kembangkan dapat memperoleh kebahagiaan bagi kita dan semua makhluk.