Bukanlah hal yang mengejutkan jika selama meditasi otak mengalami relaksasi. Yang mengejutkan adalah bahwa meditasi mungkin memiliki efek jangka panjang pada arsitektur otak yang membuat otak selalu muda dan memperlambat penuaan.
Sara Lazar dan timnya di Harvard University mempelajari meditator (orang yang bermeditasi), yang telah berlatih seni meditasi selama 6 jam per minggu dalam sembilan tahun.
Para peneliti menemukan bahwa anterior insula kanan dan korteks prefrontal di otak para meditator yang berpengalaman ini ternyata lebih tebal daripada non meditators pada usia yang sama.
Lazar berpendapat, proses meditasi lah yang membalik proses penipisan struktur otak yang biasanya terjadi dari waktu ke waktu. Bagian otak prefrontal cortex adalah pusat proses berpikir dan perencanaan, dan meditasi dapat berfungsi membantu otak yang mengalami penuaan agar berfungsi seperti otak muda.
Baru-baru ini, sebuah penelitian dari UCLA menunjukkan bahwa orang yang bermeditasi juga memiliki koneksi yang kuat antar daerah di otaknya. Penelitian tersebut juga memperlihatkan berkurangnya penyusutan otak yang biasanya terjadi seiring pertambahan usia. Koneksi yang kuat ini akan mempengaruhi kemampuan sinyal-sinyal listrik untuk sampai ke otak. Dan secara signifikan, efek ini terjadi seluruh otak, bukan hanya di daerah tertentu.
Asisten profesor di Laboratorium Neuro Imaging UCLA, Eileen Luders dan rekan-rekannya telah menemukan adanya perbedaan otak antara meditator dan kontrol yang melibatkan jaringan berskala besar seperti bagian otak frontal, temporal, parietal dan oksipital lobus dan corpus callosum anterior, serta struktur limbik dan batang otak.
“Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa meditator selama jangka panjang memiliki serat materi putih yang lebih banyak, lebih padat atau lebih terisolasi di seluruh otak,” kata Luders seperti dilansir dari psychologytoday, Senin (25/7/2011).
“Kami juga menemukan bahwa penurunan jaringan materi putih yang berkaitan dengan usia normal jauh berkurang pada praktisi meditasi yang aktif. Ada kemungkinan bahwa para meditasi aktif, terutama selama periode waktu yang panjang, dapat menyebabkan perubahan pada tingkat mikro-anatomi,” ujar Luders.
Menurut Luders, meditasi mungkin tidak hanya menyebabkan perubahan anatomi otak yang disebabkan oleh adanya rangsang pertumbuhan baru tetapi meditasi juga dapat mencegah kerusakan otak.
“Artinya, jika dilakukan secara teratur dan selama bertahun-tahun, meditasi dapat memperlambat penuaan terkait atrofi otak dan dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh secara positif,” kata Luders.
Meskipun tergoda untuk berasumsi bahwa perbedaan antara kedua kelompoklah yang sebenarnya membenarkan efek pengaruh meditasi, masih ada pertanyaan yang belum terjawab, yaitu otak yang alami versus otak karena pelatihan.
“Ada kemungkinan bahwa meditator mungkin pada dasarnya memiliki otak yang berbeda. Misalnya, anatomi otak tertentu pada meditator mungkin telah menarik individu itu berkeinginan untuk meditasi atau membantu mempertahankan suatu latihan yang sedang berlangsung. Artinya bahwa meningkatnya konektivitas serat pada meditator menyebabkan kecenderungan untuk melakukan meditasi, bukannya konsekuensi dari praktik meditasi tersebut,” jelas Luders.
Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut memang diperlukan sebelum meditasi dapat direkomendasikan sebagai cara untuk menyehatkan otak. Namun demikian, Luders yang juga sebenarnya adalah seorang meditator mengatakan, “Meditasi tampaknya menjadi latihan mental yang kuat dan berpotensi mengubah struktur fisik otak”.