Monday, January 14, 2013
Wawancara bersama Damai Lama
Dalai Lama diwawancara, Leonardo Boff, tokoh Teologi Pembebasan Amerika Latin.
Pertanyaan (Oleh Leonardo Boff): agama apa yang terbaik ?
Saya (Leonardo Boff) kira Dalai Lama akan menjawab: "Buddhisme Tibetan"
Dalai Lama menjawab sambil tersenyum, menatapku (Leonardo Boff) secara langsung, yang mengejutkanku, karena menyadari maksud jahat di balik pertanyaanku.
Beliau jawab :
”Agama yang paling baik adalah agama yang membawamu terdekat dengan Tuhan.
Agama yang membuatmu menjadi orang yang lebih baik”
Untuk menutupi perasaan malu, karena jawaban yang sangat bijaksana, saya (Leonardo Boff) bertanya: “Apa yang membuat saya menjadi lebih baik?”
Beliau jawab:
“Apapun yang membuatmu lebih berwelas asih, lebih masuk akal, lebih terlepas, lebih mencintai, lebih memiliki rasa kemanusiaan, lebih bertanggung jawab, lebih etis. Agama yang melakukan semua itu terhadapmu adalah agama terbaik”.
Saya (Leonardo Boff) terdiam sejenak, mengagumi dan bahkan sekarang memikirkan jawabannya yang bijaksana dan tak terbantahkan,
kemudian Dalai Lama berkata:
”Saya tidak tertarik temanku, tentang agamamu atau apakah kamu beragama ataupun tidak. Apa yang penting untukku adalah tingkah lakumu di hadapan rekan, keluarga, pekerjaan, komunitas anda dan di hadapan dunia. Ingatlah, bahwa semesta adalah gema dari tindakan dan pikiran kita."
"Hukum aksi & reaksi tidaklah semata mata untuk ilmu alam. Akan tetapi juga hubungan antar manusia.
Jika saya bertindak dengan kebaikan, saya akan menerima kebaikan. Jika saya bertindak dengan kejahatan maka saya akan mendapatkan kejahatan. "Apa yang kakek nenek ajarkan pada kita adalah murni kebenaran. Kamu akan selalu mendapatkan apa yang kamu inginkan untuk orang lain. Menjadi bahagia bukanlah takdir. Akan tetapi adalah masalah pilihan.”
Akhirnya dia berkata :
"Berhati hatilah akan pikiranmu karena mereka akan menjadi perkataan.
Berhati hatilah pada kata katamu karena mereka akan menjadi tindakan.
Berhati hatilah pada tindakanmu karena mereka akan menjadi kebiasaan.
Jagalah Kebiasaanmu karena mereka akan membentuk karakter mu.
Jaga Karaktermu, karena akan membentuk nasibmu dan nasibmu adalah hidupmu."
Pertanyaan (Oleh Leonardo Boff): agama apa yang terbaik ?
Saya (Leonardo Boff) kira Dalai Lama akan menjawab: "Buddhisme Tibetan"
Dalai Lama menjawab sambil tersenyum, menatapku (Leonardo Boff) secara langsung, yang mengejutkanku, karena menyadari maksud jahat di balik pertanyaanku.
Beliau jawab :
”Agama yang paling baik adalah agama yang membawamu terdekat dengan Tuhan.
Agama yang membuatmu menjadi orang yang lebih baik”
Untuk menutupi perasaan malu, karena jawaban yang sangat bijaksana, saya (Leonardo Boff) bertanya: “Apa yang membuat saya menjadi lebih baik?”
Beliau jawab:
“Apapun yang membuatmu lebih berwelas asih, lebih masuk akal, lebih terlepas, lebih mencintai, lebih memiliki rasa kemanusiaan, lebih bertanggung jawab, lebih etis. Agama yang melakukan semua itu terhadapmu adalah agama terbaik”.
Saya (Leonardo Boff) terdiam sejenak, mengagumi dan bahkan sekarang memikirkan jawabannya yang bijaksana dan tak terbantahkan,
kemudian Dalai Lama berkata:
”Saya tidak tertarik temanku, tentang agamamu atau apakah kamu beragama ataupun tidak. Apa yang penting untukku adalah tingkah lakumu di hadapan rekan, keluarga, pekerjaan, komunitas anda dan di hadapan dunia. Ingatlah, bahwa semesta adalah gema dari tindakan dan pikiran kita."
"Hukum aksi & reaksi tidaklah semata mata untuk ilmu alam. Akan tetapi juga hubungan antar manusia.
Jika saya bertindak dengan kebaikan, saya akan menerima kebaikan. Jika saya bertindak dengan kejahatan maka saya akan mendapatkan kejahatan. "Apa yang kakek nenek ajarkan pada kita adalah murni kebenaran. Kamu akan selalu mendapatkan apa yang kamu inginkan untuk orang lain. Menjadi bahagia bukanlah takdir. Akan tetapi adalah masalah pilihan.”
Akhirnya dia berkata :
"Berhati hatilah akan pikiranmu karena mereka akan menjadi perkataan.
Berhati hatilah pada kata katamu karena mereka akan menjadi tindakan.
Berhati hatilah pada tindakanmu karena mereka akan menjadi kebiasaan.
Jagalah Kebiasaanmu karena mereka akan membentuk karakter mu.
Jaga Karaktermu, karena akan membentuk nasibmu dan nasibmu adalah hidupmu."
Labels:
Dalai Lama,
Wawancara
Metta (Cinta Kasih Universal)
Oleh: Yang Mulia Ajahn Sumedho
Dalam bahasa Inggris, kata “Love” sering mengacu pada “sesuatu yang saya sukai”. Misalnya, “saya suka nasi yang lembek”, “saya suka mangga yang manis”. Artinya kita memang sungguh-sungguh menyukainya. Menyukai berarti menjadi melekat kepada sesuatu, seperti makanan misalnya, yang memang benar-benar kita sukai ataupun kita nikmati.
Metta berarti Anda mengasihi musuh-musuh Anda; hal ini tidak berarti Anda menyukai musuh-musuh Anda. Jika seseorang bermaksud membunuh Anda dan Anda berkata, “Saya menyukai dia”, ini adalah suatu ketololan! Akan tetapi kita dapat mengasihi mereka, yang berarti kita dapat menjauhkan diri dari pikiran-pikiran buruk dan kedengkian, dari berbagai keinginan untuk melukai atau membinasakan mereka. Meskipun Anda mungkin tidak menyukai orang tersebut - orang celaka dan keji itu - Anda dapat tetap bersikap baik, murah hati, serta toleran terhadap mereka. Jika seorang pemabuk masuk ke dalam ruangan ini dalam keadaan kumal dan menjijikan, buruk dan berpenyakit, dan tiada suatu apapun yang menarik pada dirinya, kita mengatakan, “Saya menyukai orang ini”, tentu itu hal yang menggelikan. Tetapi seseorang biasa mengasihinya, tidak antipati, tidak terperangkap dalam reaksi atas keadaannya yang tidak menyenangkan. Itulah yang kita maksud dengan metta. Kadang-kadang terdapat hal-hal yang di dalam diri kita sendiri yang tidak kita sukai, tetapi Metta berarti tidak terperangkap di dalam pikiran-pikiran kita tersebut, sikap-sikap tersebut, problem-problem tersebut, bentuk-bentuk pikiran serta perasaan-peerasan dari batin tersebut. Dengan demikian hal ini secara langsung akan menjadi suatu latihan untuk memiliki perhatian/kesadaran.
Memiliki perhatian/kesadaran berarti memiliki Metta terhadap perasan takut yang ada di dalam batin, terhadap kemarahan, ataupun terhadap kecemburuan/keiri-hatian. Metta berarti tidak menciptakan masalah-masalah disekitar kondisi-kondisi yang ada, membiarkan mereka mereda, dan lenyap. Sebagai misal, bilamana rasa takut/cemas memenuhi batin Anda, Anda dapat memiliki Metta bagi rasa takut tersebut - yang berarti Anda tidak membangun perasan benci terhadap rasa takut itu, Anda dapat hanya menerima kehadirannya dan membiarkannya untuk berlalu dan lenyap. Anda juga dapat mengurangi rasa takut tersebut dengan memahaminya bahwa itu adalah perasaan takut yang sama seperti yang dimiliki oleh setiap orang, juga oleh binatang-binatang. Perasan takut itu bukan milikku, ia bukan suatu makhluk (suatu peribadi), ia merupakan perasaan takut yang impersonal. Kita kemudian mulai memiliki rasa belas kasihan terhadap makhluk hidup lainnya bila kita memahami penderitaan yang berkatain dengan reaksi terhadap perasan takut dalam kehidupan kita sendiri -seperti misalnya kesakitan, rasa sakit pada jasmani bila ditendang oleh seseorang. Rasa sakit tersebut persis sama seperti rasa sakit seekor anjing bilamana ia ditendang. Karena itu Anda dapat memiliki Metta terhadap rasa sakit, yang berarti suatu niat baik atau ke4sabaran untuk tidak berdiam di dalam kebencian (merasa benci/dongkol). Kita dapat bekerja dengan Metta secara internal, dengan semua masalah-masalah emosional kita; Anda berpikir, “Aku akan mengenyahkannya, hal tersebut mengerikan”. Itu berarti Anda tidak memiliki Metta bagi diri Anda sendiri bukan? Kenalilah keinginan: “untuk mengenyahkan” itu! Janganlah berdiam di dalam kebenciaan/kedongkolan terhadap kondisi-kondisi emosional yang muncul. Anda tidak harus berpura-pura untuk merasa membenarkan/menyetujui akan kesalahan-kesalahan Anda. Anda tidak usah berpikir, “Aku menyukai kesalahan-kesalahanku”.
Sebagian orang cukup tolol dengan mengatakan, “Kesalahan-kesalahanku membuat diriku menarik. Saya adalah sosok pribadi yang menarik dikarenakan oleh kelemahan-kelemahanku”. Metta tidak mengkondisikan Anda untuk mempercaia bahwa Anda menyukai sesuatu yang sama sekali tidak Anda sukai, ia hanyalah berarti untuk tidak berdiam di dalam kebencian. Adalah mudah untuk memiliki Metta terhadap sesuatu yang anda sukai - anak kecil yagn manis, orang-orang yang cakep, orang-orang yang berperilaku manis, anjing kecil, bunga yang indah - kita dapat memiliki metta terhadap diri kita sendiri bilamana kita sedang merasa senang/enak. “Sekarang saya merasa bahagia terhadap diri saya sendiri”. Bilamana semuanya berjalan lancar, kita akan mudah merasa senang/baik terhadap sesuatu yang bagus, indah, dan cantik. Pada titik ini kita bisa tersesat. Metta bukan hanya harapan-harapan atau kemauan-kemauan baik, perasaan/kenangan yang menynangkan, pikiran-pikiran berbudi baik; tetapi Metta adalah suatu hal yang bersifat praktis. Jika Anda menjadi telalu idealis, dan Anda membenci seseorang, lantas anda merasa “Aku tidak seharusnya membenci siapapun. Umat Buddha haruslah memiliki Metta bagi semua makhluk hidup. Saya seharusnya mengasihi setiap orang”.
Memiliki Metta terhadap kebenciaan yang Anda rasakan, terhadap berbagai bentuk pikiran, keirihatian, kedengkian, berarti berbaur bersama-sama secara dalami/tenang, tidak menciptakan masalah-masalah, tidak menjadikannya sulit, pun tidak menciptakan kesulitan yang timbul didalam kehidupan, didalam batin dan jasmani kita. Di London, saya biasanya menjadi sangat kalap saat berpergian dengan kereta bawah tanah. Saya dahulu membencinya, stasiun kereta bawah tanah yang mengerikan itu dengan poster-poster iklan menyeramkan serta kerumunan orang yang demikian padat diatas kereta-kereta buram, oenbuh ornamen yangmeraung-raung di sepanjang terowongan. Saya dahulu merasa betul-betul tidak memiliki metta (kesabaran yang luhur). Saya dahulu selalu berdiam didalam kebencian (merasa benci) terhadapnya, kemudian saya memutuskan untuk berlatih meditasi kesabaran yang luhur (metta-bhavana) selagi bepergian dengan kerea bawah tanah London. Selanjutnya saya mulai benar-benar menikmatinya dan tidak lagi berdiam di dalam kedongkolan. Saya mulai merasa senang/manis-budi terhadap orang-orang disana. Rasa dongkol dan keluh-kesah tersebut sirna semuanya, secara total. Bila Anda merasa muak kepada seseorang, Anda dapat memperhatikan kecenderungan yang mulai ditambahkan kepadanya; “Dia melakukan hal ini dan hal itu, dan dia seharusnya begini dan tidak seharusnya begitu”.
Selanjutnya bila Anda sungguh-sungguh menyukai seseorang, Anda berpikir, “Dia boleh melakukan hal ini dan hal itu. Dia baik serta manis budi”. Akan tetapi bila seseorang mengatakan, “Orang itu sungguh-sungguh buruk!”, Anda akan marah. Bila anda membenci seseorang dan orang lain memujinya, Anda juga menjadi marah, Anda tidka ingin mendengar betapa baiknya musuh Anda. Bila Anda dipenuhi dengan kemarahan, Anda tidak dapat membayangkan bahwa seseorang yagn Anda benci mungkin memiliki beberapa sifat kebajikan; bahkan seandainya mereka sungguh-sungguh memiliki beberapa sifat-sifat baik pun, Anda tidak pernah dapat mengingatnya sedikitpun. Anda hanya dapat mengingat semua hal-hal buruk itu. Bilamana Anda menyukai seseorang; bahkan kesalahan-kesalahannya dapat Anda toleransi atau maklumi -kesalahan-kesalahan kecil yang tidak membahayakan. Jadi kenalilah hal ini dalam pengalaman Anda sendiri, amati kekuatna rasa suka dan tidak suka tersebut. Kesabaran yang luhur, Metta, merupakan alat yang sangat berguna dan efektif untuk menghadeapi segala macam hal yang sepele (tak berguna) yang dibentuk oleh pikiran terhadap pengalaman yang tidak menyenangkan. Metta juga merupakan cara yang amat bermanfaat (tepat) bagi mereka yang mempunyai perasaan diskriminasi dan kritis. Mereka yang hanya dapat melihat kesalaha-kesalahan dalam setiap hal; tetapi mereka tidak pernah melihat pada diri mereka sendiri; mereha hanya melihat apa yang “di luar sana”.
Dewasa ini sudah sangat jama/ biasa untuk selalu mengeluh tentang cuaca atau pemerintah. Kepongahan pribadi menciptakan komentar-komentar yang buruk/keji terhadap tentang segala hal; atau Anda mulai membicarakan seseorang yang tidak ada di dekat Anda, menjelek-jelekannya, degnan begitu cerdanys dan begitu objektifnya. Anda menjadi begitu analitis, Anda mengetahui apa yang harus dilakukan oelhnya dan apa yang seharusnya tidak dia lakukan, serta kenapa dia berbuat begini atau begitu. Sangat mengesankan memiliki pikiran yang tajam dan kritis seperti itu, serta mengetahui apa yang seharusnya mereka lakukan. Sudah tentu Anda mengatakan, “Sungguh-sungguh, saya jauh lebih baik daripada dia”. Anda bukannya harus membutakan diri Anda terhadap kesalahan-kesalahan serta cacat-cacat dalam segala hal, Anda cukup dengan damai/tenang berbaur bersama-sama mereka. Anda tidak menuntut bahwa hal itu haus terjadi yang sebaliknya. Jadi Metta kadang-kadang perlu memaafkan apa yang salah atau tidak beres dengan diri Anda dan juga orang lain. Ini tidak berarti bahwa Anda tidak memperhatikan hal-hal tersebut, tetapi ini berarti bahwa Anda tidak membuat masalah-masalah diseputar hal-hal tersebut. Anda menghentikan kebiasaan-kebiasaan semacam itu dengan cara bermanis budi serta bersabar - berbaur bersama dengan damai/tenang.
[Judul : Mindfulness: The Path to the Deathless, Amaravati Publication 1987. Dikutip dari Mutiara Dhamma VI.]]
Dalam bahasa Inggris, kata “Love” sering mengacu pada “sesuatu yang saya sukai”. Misalnya, “saya suka nasi yang lembek”, “saya suka mangga yang manis”. Artinya kita memang sungguh-sungguh menyukainya. Menyukai berarti menjadi melekat kepada sesuatu, seperti makanan misalnya, yang memang benar-benar kita sukai ataupun kita nikmati.
Metta berarti Anda mengasihi musuh-musuh Anda; hal ini tidak berarti Anda menyukai musuh-musuh Anda. Jika seseorang bermaksud membunuh Anda dan Anda berkata, “Saya menyukai dia”, ini adalah suatu ketololan! Akan tetapi kita dapat mengasihi mereka, yang berarti kita dapat menjauhkan diri dari pikiran-pikiran buruk dan kedengkian, dari berbagai keinginan untuk melukai atau membinasakan mereka. Meskipun Anda mungkin tidak menyukai orang tersebut - orang celaka dan keji itu - Anda dapat tetap bersikap baik, murah hati, serta toleran terhadap mereka. Jika seorang pemabuk masuk ke dalam ruangan ini dalam keadaan kumal dan menjijikan, buruk dan berpenyakit, dan tiada suatu apapun yang menarik pada dirinya, kita mengatakan, “Saya menyukai orang ini”, tentu itu hal yang menggelikan. Tetapi seseorang biasa mengasihinya, tidak antipati, tidak terperangkap dalam reaksi atas keadaannya yang tidak menyenangkan. Itulah yang kita maksud dengan metta. Kadang-kadang terdapat hal-hal yang di dalam diri kita sendiri yang tidak kita sukai, tetapi Metta berarti tidak terperangkap di dalam pikiran-pikiran kita tersebut, sikap-sikap tersebut, problem-problem tersebut, bentuk-bentuk pikiran serta perasaan-peerasan dari batin tersebut. Dengan demikian hal ini secara langsung akan menjadi suatu latihan untuk memiliki perhatian/kesadaran.
Memiliki perhatian/kesadaran berarti memiliki Metta terhadap perasan takut yang ada di dalam batin, terhadap kemarahan, ataupun terhadap kecemburuan/keiri-hatian. Metta berarti tidak menciptakan masalah-masalah disekitar kondisi-kondisi yang ada, membiarkan mereka mereda, dan lenyap. Sebagai misal, bilamana rasa takut/cemas memenuhi batin Anda, Anda dapat memiliki Metta bagi rasa takut tersebut - yang berarti Anda tidak membangun perasan benci terhadap rasa takut itu, Anda dapat hanya menerima kehadirannya dan membiarkannya untuk berlalu dan lenyap. Anda juga dapat mengurangi rasa takut tersebut dengan memahaminya bahwa itu adalah perasaan takut yang sama seperti yang dimiliki oleh setiap orang, juga oleh binatang-binatang. Perasan takut itu bukan milikku, ia bukan suatu makhluk (suatu peribadi), ia merupakan perasaan takut yang impersonal. Kita kemudian mulai memiliki rasa belas kasihan terhadap makhluk hidup lainnya bila kita memahami penderitaan yang berkatain dengan reaksi terhadap perasan takut dalam kehidupan kita sendiri -seperti misalnya kesakitan, rasa sakit pada jasmani bila ditendang oleh seseorang. Rasa sakit tersebut persis sama seperti rasa sakit seekor anjing bilamana ia ditendang. Karena itu Anda dapat memiliki Metta terhadap rasa sakit, yang berarti suatu niat baik atau ke4sabaran untuk tidak berdiam di dalam kebencian (merasa benci/dongkol). Kita dapat bekerja dengan Metta secara internal, dengan semua masalah-masalah emosional kita; Anda berpikir, “Aku akan mengenyahkannya, hal tersebut mengerikan”. Itu berarti Anda tidak memiliki Metta bagi diri Anda sendiri bukan? Kenalilah keinginan: “untuk mengenyahkan” itu! Janganlah berdiam di dalam kebenciaan/kedongkolan terhadap kondisi-kondisi emosional yang muncul. Anda tidak harus berpura-pura untuk merasa membenarkan/menyetujui akan kesalahan-kesalahan Anda. Anda tidak usah berpikir, “Aku menyukai kesalahan-kesalahanku”.
Sebagian orang cukup tolol dengan mengatakan, “Kesalahan-kesalahanku membuat diriku menarik. Saya adalah sosok pribadi yang menarik dikarenakan oleh kelemahan-kelemahanku”. Metta tidak mengkondisikan Anda untuk mempercaia bahwa Anda menyukai sesuatu yang sama sekali tidak Anda sukai, ia hanyalah berarti untuk tidak berdiam di dalam kebencian. Adalah mudah untuk memiliki Metta terhadap sesuatu yang anda sukai - anak kecil yagn manis, orang-orang yang cakep, orang-orang yang berperilaku manis, anjing kecil, bunga yang indah - kita dapat memiliki metta terhadap diri kita sendiri bilamana kita sedang merasa senang/enak. “Sekarang saya merasa bahagia terhadap diri saya sendiri”. Bilamana semuanya berjalan lancar, kita akan mudah merasa senang/baik terhadap sesuatu yang bagus, indah, dan cantik. Pada titik ini kita bisa tersesat. Metta bukan hanya harapan-harapan atau kemauan-kemauan baik, perasaan/kenangan yang menynangkan, pikiran-pikiran berbudi baik; tetapi Metta adalah suatu hal yang bersifat praktis. Jika Anda menjadi telalu idealis, dan Anda membenci seseorang, lantas anda merasa “Aku tidak seharusnya membenci siapapun. Umat Buddha haruslah memiliki Metta bagi semua makhluk hidup. Saya seharusnya mengasihi setiap orang”.
Memiliki Metta terhadap kebenciaan yang Anda rasakan, terhadap berbagai bentuk pikiran, keirihatian, kedengkian, berarti berbaur bersama-sama secara dalami/tenang, tidak menciptakan masalah-masalah, tidak menjadikannya sulit, pun tidak menciptakan kesulitan yang timbul didalam kehidupan, didalam batin dan jasmani kita. Di London, saya biasanya menjadi sangat kalap saat berpergian dengan kereta bawah tanah. Saya dahulu membencinya, stasiun kereta bawah tanah yang mengerikan itu dengan poster-poster iklan menyeramkan serta kerumunan orang yang demikian padat diatas kereta-kereta buram, oenbuh ornamen yangmeraung-raung di sepanjang terowongan. Saya dahulu merasa betul-betul tidak memiliki metta (kesabaran yang luhur). Saya dahulu selalu berdiam didalam kebencian (merasa benci) terhadapnya, kemudian saya memutuskan untuk berlatih meditasi kesabaran yang luhur (metta-bhavana) selagi bepergian dengan kerea bawah tanah London. Selanjutnya saya mulai benar-benar menikmatinya dan tidak lagi berdiam di dalam kedongkolan. Saya mulai merasa senang/manis-budi terhadap orang-orang disana. Rasa dongkol dan keluh-kesah tersebut sirna semuanya, secara total. Bila Anda merasa muak kepada seseorang, Anda dapat memperhatikan kecenderungan yang mulai ditambahkan kepadanya; “Dia melakukan hal ini dan hal itu, dan dia seharusnya begini dan tidak seharusnya begitu”.
Selanjutnya bila Anda sungguh-sungguh menyukai seseorang, Anda berpikir, “Dia boleh melakukan hal ini dan hal itu. Dia baik serta manis budi”. Akan tetapi bila seseorang mengatakan, “Orang itu sungguh-sungguh buruk!”, Anda akan marah. Bila anda membenci seseorang dan orang lain memujinya, Anda juga menjadi marah, Anda tidka ingin mendengar betapa baiknya musuh Anda. Bila Anda dipenuhi dengan kemarahan, Anda tidak dapat membayangkan bahwa seseorang yagn Anda benci mungkin memiliki beberapa sifat kebajikan; bahkan seandainya mereka sungguh-sungguh memiliki beberapa sifat-sifat baik pun, Anda tidak pernah dapat mengingatnya sedikitpun. Anda hanya dapat mengingat semua hal-hal buruk itu. Bilamana Anda menyukai seseorang; bahkan kesalahan-kesalahannya dapat Anda toleransi atau maklumi -kesalahan-kesalahan kecil yang tidak membahayakan. Jadi kenalilah hal ini dalam pengalaman Anda sendiri, amati kekuatna rasa suka dan tidak suka tersebut. Kesabaran yang luhur, Metta, merupakan alat yang sangat berguna dan efektif untuk menghadeapi segala macam hal yang sepele (tak berguna) yang dibentuk oleh pikiran terhadap pengalaman yang tidak menyenangkan. Metta juga merupakan cara yang amat bermanfaat (tepat) bagi mereka yang mempunyai perasaan diskriminasi dan kritis. Mereka yang hanya dapat melihat kesalaha-kesalahan dalam setiap hal; tetapi mereka tidak pernah melihat pada diri mereka sendiri; mereha hanya melihat apa yang “di luar sana”.
Dewasa ini sudah sangat jama/ biasa untuk selalu mengeluh tentang cuaca atau pemerintah. Kepongahan pribadi menciptakan komentar-komentar yang buruk/keji terhadap tentang segala hal; atau Anda mulai membicarakan seseorang yang tidak ada di dekat Anda, menjelek-jelekannya, degnan begitu cerdanys dan begitu objektifnya. Anda menjadi begitu analitis, Anda mengetahui apa yang harus dilakukan oelhnya dan apa yang seharusnya tidak dia lakukan, serta kenapa dia berbuat begini atau begitu. Sangat mengesankan memiliki pikiran yang tajam dan kritis seperti itu, serta mengetahui apa yang seharusnya mereka lakukan. Sudah tentu Anda mengatakan, “Sungguh-sungguh, saya jauh lebih baik daripada dia”. Anda bukannya harus membutakan diri Anda terhadap kesalahan-kesalahan serta cacat-cacat dalam segala hal, Anda cukup dengan damai/tenang berbaur bersama-sama mereka. Anda tidak menuntut bahwa hal itu haus terjadi yang sebaliknya. Jadi Metta kadang-kadang perlu memaafkan apa yang salah atau tidak beres dengan diri Anda dan juga orang lain. Ini tidak berarti bahwa Anda tidak memperhatikan hal-hal tersebut, tetapi ini berarti bahwa Anda tidak membuat masalah-masalah diseputar hal-hal tersebut. Anda menghentikan kebiasaan-kebiasaan semacam itu dengan cara bermanis budi serta bersabar - berbaur bersama dengan damai/tenang.
[Judul : Mindfulness: The Path to the Deathless, Amaravati Publication 1987. Dikutip dari Mutiara Dhamma VI.]]
Labels:
Cinta Kasih,
Metta
Subscribe to:
Posts (Atom)