I have always felt it important to show my respect to other religions,
such as Christianity, Hinduism, Jainism, Islam, Judaism, Sikhism, and so
on.
(His Holiness Dalai Lama)
Makna yang ingin disampaikan adalah bahwa cara berdoa apapun tidak
masalah ketika batin, pikiran, niat, hati dalam keadaan sadar
sepenuhnya, selalu positif.
Cara "berdoa", "bersembahyang",
berpakaian, atau "beribadah" seseorang tidak begitu bermasalah, tatkala
niat, hati, batin atau pikirannya penuh dengan kebijaksanaan dan cinta
yang universal, serta bebas dari kebencian, kebodohan, iri hati, dendam
dan kotoran batin lainnya.
Thursday, June 28, 2012
Jangan Sedih
Jangan sedih bila orang lain tidak memahami anda.. Tapi sedihlah karena anda tidak mau memahami orang lain.
Jangan sedih bila orang lain tidak mempercayai anda.. Tapi sedihlah karena anda tidak percaya diri sendiri.
Jangan sedih bila orang lain tidak memberi kesempatan kepada anda.. Tapi sedihlah karena anda belum buat persiapan.
Jangan sedih bila orang lain tidak menghargai anda.. Tapi sedihlah karena anda tidak bisa menghargai orang lain.
Jangan sedih bila orang lain menghina anda.. Tapi sedihlah karena anda membuat hina diri sendiri.
Jangan sedih bila orang lain memaki anda.. Tapi sedihlah karena anda bermulut jahat pada orang lain.
Jangan sedih orang selalu mengritik kita.. Tapi sedihlah karena anda tak pernah mau perbaiki diri.
Jangan sedih karena anda selalu jatuh.. Tapi sedihlah karena anda tak mau bangkit kembali.
Jangan sedih karena perjalanan hidup anda pahit getir.. Tapi sedihlah karena anda tak pernah belajar dari pengalaman.
INGATLAH..
Kunci masalah selalu ada dalam diri, bukan di luar,
Perbaikilah diri maka hidup akan berubah menjadi baik.
Buddhisme Mendapatkan Penghargaan Sebagai “Agama Terbaik di Dunia”
Sungguh menarik membaca bahwa Agama Buddha mendapatkan penghargaan sebagai ‘Agama Terbaik di Dunia’.
15 Juli 2009, Tribun de Geneve
Koalisi International berdasarkan Jenewa untuk Kemajuan Agama dan Spiritualitas (The Geneva-based International Coalition for the Advancement of Religious and Spirituality- ICARUS) telah memberikan penghargaan kepada Komunitas Buddhis sebagai ‘Agama Terbaik di Dunia’ tahun ini.
Penghargaan khusus ini dipilih dalam suatu pertemuan internasional dengan lebih dari 200 pemimpin keagamaan dari semua bagian spectrum spiritual. Sangatlah mengagumkan untuk dicatat bahwa banyak pemimpin keagamaan lebih memilih Agama Buddha daripada agama mereka sendiri. Meskipun pengikut Buddha hanyalah sebagian kecil dari anggota ICARUS.
Berikut ini empat komentar dari anggota pemilih.
Jonna Hult, Direktur Riset ICARUS mengatakan ‘Tidaklah mengejutkan bagi saya bahwa Agama Buddha mendapatkan penghargaan sebagai Agama Terbaik di Dunia, karena kita tidak dapat menemukan satu kejadian perang pun yang dilakukan atas nama Agama Buddha. Dibandingkan dengan agama-agama lain yang sepertinya menyimpan sepucuk senapan dalam almarinya untuk dipergunakan apabila Tuhan membuat suatu kesalahan, kita bahkan sulit menemukan seorang umat Buddha yang pernah menjadi tentara. Orang-orang ini melaksanakan hal yang telah mereka ceramahkan sehingga kita tidak lagi bisa menyetarakannya dengan tradisi spritual lainnya.
Seorang pastur Katholik, Romo Ted O`Shaughnessy mengatakan dari Belfast, “Sebagaimanapun saya mencintai Gereja Katholik, saya selalu terganggu karena kita mengajarkan cinta kasih seperti yang terdapat dalam kitab suci namun kemudian mengatakan bahwa kita menyatakan mengetahui kehendak Tuhan saat kita membunuh sesama manusia. Untuk alasan itulah saya harus menjatuhkan pilihan saya kepada Agama Buddha.
Seorang pemimpin Muslim Tal Bin Wassad menyetujui dari Pakistan melalui penerjemahnya, “Meskipun saya seorang Muslim yang taat, saya dapat melihat sedemikian banyak kemarahan dan pertumpahan darah yang disalurkan sebagai ungkapan keagamaan daripada berhubungan dengan urusan pribadi.”
“Umat Buddha telah memecahkan masalah itu”, lanjut Bin Wassad, anggota ICARUS yang memberikan suara untuk kelompok Muslim Pakistan, “Sebenarnya, sebagian teman akrab saya adalah umat Buddha.”
Rabbi Shmuel Wassertain mengatakan dari Jerusalem, “Tentu saja saya mencintai Agama Yahudi, dan saya pikir itulah agama terhebat di dunia. Namun, sejujurnya sejak tahun 1993 saya telah melaksanakan meditasi Vipassana setiap hari sebelum minyan (doa sehari-hari umat Yahudi). Jadi saya mengerti hal itu.”
Bagaimanapun juga ada satu masalah, ICARUS tidak dapat menemukan seorang pun untuk menerima penghargaan itu. Semua umat Buddha yang mereka hubungi tetap mengatakan menolak penghargaan itu.
Ketika ditanya alasan kolompok Buddhis Birma menolak penghargaan tersebut, bhikkhu Ghurata Hanta mengatakan dari Birma,”Kita berterima kasih atas pernyataan tersebut, namun kita memberikan penghargaan itu untuk semua umat manusia, karena sifat keBudhaan berada dalam setiap diri kita.”
Groehlichen kemudian berkata “Kita akan terus menghubungi semua fihak sehingga kita menemukan seorang umat Buddha yang mau menerimanya, Kita akan memberitahukan kepada Anda apabila kita telah menemukannya.”
15 Juli 2009, Tribun de Geneve
Koalisi International berdasarkan Jenewa untuk Kemajuan Agama dan Spiritualitas (The Geneva-based International Coalition for the Advancement of Religious and Spirituality- ICARUS) telah memberikan penghargaan kepada Komunitas Buddhis sebagai ‘Agama Terbaik di Dunia’ tahun ini.
Penghargaan khusus ini dipilih dalam suatu pertemuan internasional dengan lebih dari 200 pemimpin keagamaan dari semua bagian spectrum spiritual. Sangatlah mengagumkan untuk dicatat bahwa banyak pemimpin keagamaan lebih memilih Agama Buddha daripada agama mereka sendiri. Meskipun pengikut Buddha hanyalah sebagian kecil dari anggota ICARUS.
Berikut ini empat komentar dari anggota pemilih.
Jonna Hult, Direktur Riset ICARUS mengatakan ‘Tidaklah mengejutkan bagi saya bahwa Agama Buddha mendapatkan penghargaan sebagai Agama Terbaik di Dunia, karena kita tidak dapat menemukan satu kejadian perang pun yang dilakukan atas nama Agama Buddha. Dibandingkan dengan agama-agama lain yang sepertinya menyimpan sepucuk senapan dalam almarinya untuk dipergunakan apabila Tuhan membuat suatu kesalahan, kita bahkan sulit menemukan seorang umat Buddha yang pernah menjadi tentara. Orang-orang ini melaksanakan hal yang telah mereka ceramahkan sehingga kita tidak lagi bisa menyetarakannya dengan tradisi spritual lainnya.
Seorang pastur Katholik, Romo Ted O`Shaughnessy mengatakan dari Belfast, “Sebagaimanapun saya mencintai Gereja Katholik, saya selalu terganggu karena kita mengajarkan cinta kasih seperti yang terdapat dalam kitab suci namun kemudian mengatakan bahwa kita menyatakan mengetahui kehendak Tuhan saat kita membunuh sesama manusia. Untuk alasan itulah saya harus menjatuhkan pilihan saya kepada Agama Buddha.
Seorang pemimpin Muslim Tal Bin Wassad menyetujui dari Pakistan melalui penerjemahnya, “Meskipun saya seorang Muslim yang taat, saya dapat melihat sedemikian banyak kemarahan dan pertumpahan darah yang disalurkan sebagai ungkapan keagamaan daripada berhubungan dengan urusan pribadi.”
“Umat Buddha telah memecahkan masalah itu”, lanjut Bin Wassad, anggota ICARUS yang memberikan suara untuk kelompok Muslim Pakistan, “Sebenarnya, sebagian teman akrab saya adalah umat Buddha.”
Rabbi Shmuel Wassertain mengatakan dari Jerusalem, “Tentu saja saya mencintai Agama Yahudi, dan saya pikir itulah agama terhebat di dunia. Namun, sejujurnya sejak tahun 1993 saya telah melaksanakan meditasi Vipassana setiap hari sebelum minyan (doa sehari-hari umat Yahudi). Jadi saya mengerti hal itu.”
Bagaimanapun juga ada satu masalah, ICARUS tidak dapat menemukan seorang pun untuk menerima penghargaan itu. Semua umat Buddha yang mereka hubungi tetap mengatakan menolak penghargaan itu.
Ketika ditanya alasan kolompok Buddhis Birma menolak penghargaan tersebut, bhikkhu Ghurata Hanta mengatakan dari Birma,”Kita berterima kasih atas pernyataan tersebut, namun kita memberikan penghargaan itu untuk semua umat manusia, karena sifat keBudhaan berada dalam setiap diri kita.”
Groehlichen kemudian berkata “Kita akan terus menghubungi semua fihak sehingga kita menemukan seorang umat Buddha yang mau menerimanya, Kita akan memberitahukan kepada Anda apabila kita telah menemukannya.”
Labels:
Agama Buddha,
Penghargaan
Tuesday, June 26, 2012
Anathapindika (Seorang hartawan yang menjadi miskin)
- Anathapindika adalah pendana Vihara Jetavana yang didirikan
dengan biaya lima puluh empat crores. Ia tidak hanya dermawan tetapi
juga benar-benar berbakti kepada Sang Buddha. Dia pergi ke vihara
Jetavana dan memberikan penghormatan kepada Sang Buddha tiga kali
sehari. Pada pagi hari dia membawa bubur nasi, siang hari dia amembawa
beberapa macam makanan yang pantas atau obat-obatan dan pada malam hari
dia membawa bunga dan dupa.
-
- Setelah
beberapa lama Anathapindika menjadi menjadi miskin, tetapi sebagai orang
yang telah mencapai tingkat kesucian Sotapana, bathinnya tidak
tergucang dengan kemiskinannya, dan dia terus melakukan perbuatan
rutinnya setiap hari yaitu berdana.Suatu malam, satu makhluk halus
penjaga pintu rumah Anathapindika menampakkan diri dalam ujud manusia
menemui Anathapindika, dan berkata: “Saya adalah penjaga pintu rumahmu,
kamu telah memberikan kekayaanmu kepada Samana Gotama tanpa memikirkan
masa depanmu. Hal itulah yang menyebabkan kamu miskin sekarang. Oleh
karena itu kamu seharusnya tidak memberikan dana lagi kepada Samana
Gotama dan kamu seharusnya memperhatikan urusanmu sendiri sehingga
menjadi kaya kembali.”
-
- Anathapindika
menghalau penjaga pintu tersebut keluar dari rumahnya. Karena
Anathapindika sudah mencapai tingkat kesucian sotapanna, mahluk halus
penjaga pintu tersebut tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Dia pun pergi
meninggalkan rumah tersebut, dia tidak mempunyai tempat tujuan pergi dan
ingin kembali ke rumah Anathapindika, tetapi dia takut pada
Anathapindika jadi dia mendekati Raja Sakka, raja para dewa.
-
- Sakka
memberi saran kepadanya, pertama dia harus berbuat baik kepada
Anathapindika dan setelah itu meminta maaf kepadanya. Kemudian Sakka
melanjutkan, “Ada kira-kira delapan belas crores yang dipinjam oleh
beberapa pedangan yang belum dikembalikan kepada Anathapindika; delapan
belas crores lainnya disembunyikannya oleh lelulur (nenek moyang)
Anathapindika, dan lainnya yang buka milik siapa-siapa yang dikuburkan
di tempat tertentu. Pergi dan kumpulkanlah semua kekayaan ini dengan
kemampuan bathin luar biasamu, penuhilah ruangan-ruangan Anathapindika.
Setelah melakukan itu, kamu boleh meminta maaf padanya.”
-
- Mahluk
halus penjaga pintu tersebut melakukan petunjuk Sakka, dan
Anathapindika kembali menjadi kaya. Ketika mahluk halus penjaga pintu
memberi tahu Anathapindika mengenai keterangan dan petunjuk yang
diberikan oleh Sakka, perihal pengumpulan kekayaannya dari dalam bumi,
dari dasar samudera, dan dari peminjam-peminjamnya. Anathapindika
terkesan dengan perasaan kagum kemudian Anathapindika membawa mahluk
halus penjaga pintu tersebut menghadap Sang Buddha.
-
- Kepada
mereka berdua, Sang Buddha berkata, “Seseorang tidak akan menikmati
keuntungan dari perbuatan baiknya, atau menderita akubat dari perbuatan
jahat untuk selamanya; tetapi akan tibalah waktunya kapan perbuatan baik
atau buruknya berbuah dan menjadi matang.”
-
- Mahluk halus penjaga pintu rumah itu mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah mendengar kotbah Dhamma tersebut berakhir.
-
- Pembuat kejahatan hanya melihat hal yang baik selama buah perbuatan jahatnyabelum masak, tetapi bilamana hasil perbuatannya itu telah masak, ia akan melihat akibat-akibatnya yang buruk.Pembuat
kebajikan hanya melihat hal yang buruk selama buah peerbuatan bajiknya
belum masak’ tetapi bilamana hasil perbuatannya itu telah masak; ia akan
melihat akibat-akibatnya yang baik
(Dhammapada 119 & 120)
Labels:
Ananthapindika
40 macam Objek Meditasi Samatha Bhavana
Sepuluh kasina (sepuluh wujud benda), yaitu :
1. Pathavi kasina = wujud tanah
2. Apo kasina = wujud air
3. Teja kasina = wujud api
4. Vayo kasina = wujud udara atau angin
5. Nila kasina = wujud warna biru
6. Pita kasina = wujud warna kuning
7. Lohita kasina = wujud warna merah
8. Odata kasina = wujud warna putih
9. Aloka kasina = wujud cahaya
10. Akasa kasina = wujud ruangan terbatas
Sepuluh asubha (sepuluh wujud kekotoran), yaitu :
1. Uddhumataka = wujud mayat yang membengkak
2. Vinilaka = wujud mayat yang berwarna kebiru-biruan
3. Vipubbaka = wujud mayat yang bernanah
4. Vicchiddaka = wujud mayat yang terbelah di tengahnya
5. Vikkahayitaka = wujud mayat yang digerogoti binatang-binatang
6. Vikkhittaka = wujud mayat yang telah hancur lebur
7. Hatavikkhittaka = wujud mayat yang busuk dan hancur
8. Lohitaka = wujud mayat yang berlumuran darah
9. Puluvaka = wujud mayat yang dikerubungi belatung
10. Atthika = wujud tengkorak
Sepuluh anussati (sepuluh macam perenungan), yaitu :
1. Buddhanussati = perenungan terhadap Buddha
2. Dhammanussati = perenungan terhadap Dhamma
3. Sanghanussati = perenungan terhadap Sangha
4. Silanussati = perenungan terhadap sila
5. Caganussati = perenungan terhadap kebajikan
6. Devatanussati = perenungan terhadap makhluk-makhluk agung atau para dewa
7. Marananussati = perenungan terhadap kematian
8. Kayagatasati = perenungan terhadap badan jasmani
9. Anapanasati = perenungan terhadap pernapasan
10. Upasamanussati = perenungan terhadap Nibbana atau Nirwana
Empat appamañña (empat keadaan yang tidak terbatas), yaitu :
1. Metta = cinta kasih yang universal, tanpa pamrih
2. Karuna = belas kasihan
3. Mudita
4. Upekha
1. Pathavi kasina = wujud tanah
2. Apo kasina = wujud air
3. Teja kasina = wujud api
4. Vayo kasina = wujud udara atau angin
5. Nila kasina = wujud warna biru
6. Pita kasina = wujud warna kuning
7. Lohita kasina = wujud warna merah
8. Odata kasina = wujud warna putih
9. Aloka kasina = wujud cahaya
10. Akasa kasina = wujud ruangan terbatas
Sepuluh asubha (sepuluh wujud kekotoran), yaitu :
1. Uddhumataka = wujud mayat yang membengkak
2. Vinilaka = wujud mayat yang berwarna kebiru-biruan
3. Vipubbaka = wujud mayat yang bernanah
4. Vicchiddaka = wujud mayat yang terbelah di tengahnya
5. Vikkahayitaka = wujud mayat yang digerogoti binatang-binatang
6. Vikkhittaka = wujud mayat yang telah hancur lebur
7. Hatavikkhittaka = wujud mayat yang busuk dan hancur
8. Lohitaka = wujud mayat yang berlumuran darah
9. Puluvaka = wujud mayat yang dikerubungi belatung
10. Atthika = wujud tengkorak
Sepuluh anussati (sepuluh macam perenungan), yaitu :
1. Buddhanussati = perenungan terhadap Buddha
2. Dhammanussati = perenungan terhadap Dhamma
3. Sanghanussati = perenungan terhadap Sangha
4. Silanussati = perenungan terhadap sila
5. Caganussati = perenungan terhadap kebajikan
6. Devatanussati = perenungan terhadap makhluk-makhluk agung atau para dewa
7. Marananussati = perenungan terhadap kematian
8. Kayagatasati = perenungan terhadap badan jasmani
9. Anapanasati = perenungan terhadap pernapasan
10. Upasamanussati = perenungan terhadap Nibbana atau Nirwana
Empat appamañña (empat keadaan yang tidak terbatas), yaitu :
1. Metta = cinta kasih yang universal, tanpa pamrih
2. Karuna = belas kasihan
3. Mudita
4. Upekha
Labels:
Objek Meditasi,
Samatha Bhavana
Menaklukkan Gajah Nalagiri (dengan Cinta Kasih /Metta)
Nãlãgirim gajavaram atimatta bhutam
Dãvaggi cakka masaniva sudãrunantam
Mettambuseka vidhinã jitavã munindo
Tan tejasã bhavatu te jayamangalãni
Nalagiri gajah mulia menjadi sangat gila
Sangat kejam bagaikan hutan terbakar, bagai senjata roda atau halilintar
Raja para Bijaksana menaklukkannya dengan kemampuan pikiran sakti yang mengagumkan
Dengan kekuatan ini semoga engkau mendapat kemenangan sempurna.
Sang Buddha seperti biasa sedang berjalan ke suatu daerah untuk membabarkan Dhamma kepada umatNya. Beliau diiringi oleh murid-muridNya, yang penuh cinta kasih dan pengabdian yang besar kepada Sang Buddha, Sang Guru Agung.
Melihat Sang Buddha yang dicintai oleh murid-muridNya, menyebabkan Devadatta berpikir :
"Adalah suatu kenyataan, bahwa tidak ada satu mahlukpun yang dengan melihat Kesempurnaan Manusia Gotama mampu dan berani untuk menyentuhNya. Tetapi raja gajah Nalagiri adalah binatang yang amat galak dan liar, ia tidak mengetahui kesucian Buddha, Dhamma serta Sangha. Ia akan saya lepaskan untuk menghancurkan Bhikkhu Gotama."
Kemudian Devadatta pergi menemui Raja Ajatasattu dan membicarakan masalah ini. Raja terpengaruh oleh penjelasannya dan memanggil penjaga gajah, lalu memberi perintah :
"Penjaga, besok kamu harus memberi minuman keras kepada Nalagiri. Dan lepaskanlah Nalagiri di jalan raya saat Bhikkhu Gotama sedang berjalan."
Devadatta bertanya kepada penjaga itu berapa banyak air yang biasa diberikan kepada gajah itu, penjaga itu menjawab :
"Delapan guci."
Devadatta lalu berkata :
"Besok, berikan kepada Nalagiri enam belas guci minuman keras dan lepaskan dia ke arah jalan raya yang akan dilalui oleh Bhikkhu Gotama."
"Baiklah," jawab penjaga itu.
Raja lalu menabuh tambur di seluruh kota dan mengumumkan :
"Besok gajah Nalagiri akan menjadi mabuk karena minum minuman keras dan akan dilepas ke dalam kota. Penduduk di kota ini dapat melakukan semua pekerjaannya hanya pada pagi hari, sesudah itu tidak boleh ada satu orangpun yang berada di jalan raya."
Devadatta lalu turun dari istana dan mendatangi kandang gajah Nalagiri, ia mendekati penjaga gajah itu dan berkata :
"Saya katakan kepadamu, kita mampu untuk menghancurkan seseorang dari posisinya yang tinggi ke posisi yang rendah. Dan menaikkan posisi seseorang yang rendah menjadi posisi yang tinggi. Kalau kamu menginginkan kehormatan, besok pagi-pagi sekali, berikan Nalagiri enam belas guci minuman keras dan ketika Bhikkhu Gotama melewati jalan itu, lukailah gajah itu dengan tongkat berduri. Karena gajah yang kesakitan itu akan marah, ia akan menerobos kandangnya dan berlari keluar, arahkanlah ia ke jalan raya di mana Bhikkhu Gotama sedang berjalan. Maka gajah itu akan menghancurkanNya."
Keduanya setuju dengan rencana seperti itu. Berita ini bergema ke seluruh kota. Pengikut Sang Buddha mendengar berita ini amat khawatir, lalu mendatangi Vihara dan meminta Sang Buddha untuk tidak masuk ke kota esok hari, karena ada bahaya besar yang menghadang Beliau. Mereka berjanji akan membawakan semua kebutuhan yang diperlukan oleh Sang Guru beserta murid-muridNya. Tatapi Sang Buddha menyatakan tetap akan menjalankan tugasNya seperti biasa. Para pengikutNya melihat bahwa mereka tidak akan merubah rencana Sang Guru Agung akhirnya mereka meninggalkan Vihara dengan perasaan amat khawatir.
Setelah mereka pergi, Sang Buddha merenungkan semua keluargaNya yang sudah mengerti akan Kebenaran. Beliau juga melihat apabila Nalagiri berhasil ditaklukkanNya, maka delapan puluh ribu mahluk akan mendapatkan pengertian yang jelas tentang Dhamma Yang Mulia.
Keesokan paginya, Beliau memanggil Ananda, dan berkata untuk memberitahukan kepada para bhikkhu di delapan belas vihara yang berada di sekitar Rajagaha untuk menyertaiNya masuk ke kota. Bhikkhu Ananda melaksanakan apa yang diminta oleh Sang Guru, dan semua bhikkhu berkumpul di Vihara Veluvana.
Sang Buddha dengan disertai oleh semua murid-muridNya, berjalan memasuki Rajagaha. Penjaga gajah itu bekerja sesuai dengan instruksi Devadatta dan banyak orang berkerumun di sekitar jalan raya. Para pengikut Sang Buddha berpikir :
"Hari ini mungkin akan terjadi pertempuran antara Sang Guru Agung dan gajah liar itu. Kami akan menyaksikan kekalahan gajah Nalagiri dari Sang Buddha yang tiada bandingannya."
Penduduk lalu menaiki atap-atap rumah, gudang-gudang yang ada di sekitar jalan raya itu.
Tetapi ada pula pertapa lain yang berpikir :
"Nalagiri adalah gajah yang amat galak, binatang liar dan tidak mengetahui kebaikan dan cinta kasih yang besar dari seorang Buddha. Hari ini ia akan menghancurkan tubuh Bhikkhu Gotama dan Beliau akan meninggal. Hari ini kami akan melihat apa yang terjadi denganNya."
Para pertapa lalu berdiri di atas sebuah gudang dan di tempat-tempat yang tinggi. Gajah Nalagiri melihat Yang Maha Sempurna berjalan menghampirinya, penduduk yang ada di sana amat ngeri melihat gajah tersebut. Gajah yang amat kesakitan itu berlari dengan liarnya, ia menghancurkan pagar rumah-rumah dan mengangkat belalainya tinggi-tinggi, serta menginjak-injak kereta menjadi hancur berantakan. Dengan kuping dan ekornya yang terangkat, ia berlari dengan kencangnya seperti gunung yang tinggi menghampiri Yang Maha Sempurna.
Para bhikkhu yang melihat gajah Nalagiri berlari mendatangi Sang Buddha, memberitahu Sang Guru Agung :
"Yang Mulia, gajah Nalagiri berlari di sepanjang jalan ini, ia adalah binatang yang amat galak dan liar, ia pembunuh manusia. Kami mohon Yang Mulia balik kembali."
"O....Para Bhikkhu datanglah ke sini, jangan takut; tidak ada satu makhlukpun yang dapat menghancurkan Sang Tathagata dengan suatu serangan. Tathagata mencapai Parinibbana bukan karena suatu serangan."
Para bhikkhu, tetap memperingatkan Sang Guru sampai tiga kali. Yang Mulia Sariputta lalu meminta Sang Buddha dengan berkata :
"Yang Mulia, apabila ada satu persembahan yang harus diberikan kepada seorang ayah, maka beban itu terletak pada anak sulungnya. Saya akan mengalahkan binatang ini."
Sang Buddha lalu berkata :
"Sariputta, kekuatan seorang Buddha adalah satu hal dan pengikutnya adalah hal yang lain."
Beliau menolak tawaran itu, dan berkata :
"Sariputta, tetaplah tinggal di sini."
Para bhikkhu lainnya juga meminta ijin untuk mengalahkan gajah liar itu, tetapi Sang Guru menolak permintaan mereka. Kemudian Yang Mulia Ananda, pembantu Sang Buddha yang mempunyai pengaruh besar terhadap Sang Buddha, tidak mampu bersikap diam dalam menghadapi masalah ini, ia lalu berteriak :
"Biarkan gajah itu membunuh saya terlebih dahulu."
Yang Mulia Ananda berdiri di depan Sang Buddha, siap untuk mengorbankan hidupnya untuk Sang Tathagata. Tetapi Sang Buddha berkata kepadanya :
"Bergeserlah Ananda, jangan berdiri di hadapanKu."
Yang Mulia Ananda berkata :
"Yang Mulia, gajah ini amat galak dan liar, ia dapat membunuh orang, seperti nyala api pada permulaan suatu lingkaran. Biarkanlah ia membunuh saya terlebih dahulu dan sesudah itu ia baru dapat menghampiri Yang Mulia."
Yang Mulia Ananda memohon tiga kali, dan Beliau tetap berdiri di depan Sang Tathagata, Beliau tidak mau mundur. Kemudian Sang Buddha dengan kekuatan kesaktianNya membuat Yang Mulia Ananda berada di belakang Beliau dan menempatkanNya di tengah-tengah para bhikkhu yang tengah berkerumun.
Pada waktu itu ada seorang ibu, terlihat oleh pandangan gajah Nalagiri, ibu itu amat ketakutan, ia ingin berlari karena ketakutan, tetapi anaknya terjatuh ketika ia ingin menggendong anak itu di pinggangnya. Posisinya berada di antara Sang Tathagata dan gajah Nalagiri, ibu itu berusaha berlari. Gajah itu mengejar ibu tersebut, ibu tersebut terpaku berdiri di tempatnya dengan amat ketakutan bersama anaknya yang menjerit sekeras-kerasnya.
Hati Sang Buddha bergetar, dengan penuh cinta kasih yang terpancar dengan kuatnya (odissakametta) dan dengan suaraNya yang penuh kelembutan seperti suara Dewa Brahma, memanggil Nalagiri :
"Ho..! Nalagiri...! Siapa yang membuatmu menjadi gila dengan enam belas guci minuman keras, kamu tidak diperintahkan untuk menyerang orang lain, tetapi diarahkan untuk menyerangKu. Jangan keluarkan kekuatanmu dengan merusak tanpa tujuan, datanglah kepadaku."
Mendengar suara Sang Buddha, Nalagiri membuka matanya dan melihat tubuh Sang Buddha yang bersinar terang. Ia menjadi gelisah dan dengan kekuatan cinta kasih Sang Buddha yang amat besar, maka pengaruh minuman keras yang amat kuat itu hilang. Dengan menurunkan belalainya dan mengoyang-goyangkan kupingnya ia mendatangi dan berlutut di kaki Sang Tathagata. Kemudian Sang Tathagata berkata :
"Nalagiri, kamu adalah gajah jahat, Aku adalah Gajah Buddha, tidak jahat dan liar, tidak membunuh manusia, tetap mengembangkan cinta kasih."
Sambil berkata demikian Sang Tathagata lalu mengulurkan tangan kananNya dan mengelus-elus kepala gajah itu dan mengajarkan Dhamma kepadanya dengan bersabda :
"Jangan menyerang Sang Buddha, O, gajah..! Dengan pikiran akan melukaiNya, akan membuatmu menderita. Pembunuh seorang Buddha tidak akan memperoleh alam kehidupan yang baik setelah kematiannya."
"Bebaskanlah dirimu dari mabuk-mabukkan dan melakukan perbuatan bodoh. Karena orang yang bodoh tidak akan dapat pergi ke alam yang baik. Kamu harus melakukan perbuatan baik sehingga kamu dapat menuju ke alam bahagia."
Seluruh badan gajah itu bergetar karena diliputi oleh kebahagiaan yang amat besar, dan ia sekarang bukan hanya binatang berkaki empat biasa lagi, tetapi ia telah mencapai Tingkat Kesucian Pertama (Sotapanna).
Penduduk yang melihat keajaiban ini berseru dengan gembira dan bertepuk tangan dengan riang. Dengan penuh kebahagiaan, mereka menutupi badan gajah itu dengan hiasan-hiasan. Kemudian Nalagiri terkenal dengan nama Dhanapalaka (pemilik kekayaan) dan ia menjadi amat jinak dan tidak menyakiti siapapun.
Setelah Sang Buddha memperlihatkan keajaiban ini, Beliau berpikir adalah tidak patut untuk mencari dana di tempat yang sama. Sesudah mengalahkan para pertapa tersebut, dengan diiringi oleh murid-muridNya, Beliau melangkah menuju ke kota seperti orang yang telah memenangkan suatu pertempuran dan pulang kembali ke Vihara Jetavana. Para penduduk menuju Vihara Jetavana, berdana makanan berupa nasi, minuman dan makanan enak lainnya kepada Sang Guru Agung beserta murid-muridNya. Penduduk kota itu telah menanam kebajikan yang besar sekali
Dãvaggi cakka masaniva sudãrunantam
Mettambuseka vidhinã jitavã munindo
Tan tejasã bhavatu te jayamangalãni
Nalagiri gajah mulia menjadi sangat gila
Sangat kejam bagaikan hutan terbakar, bagai senjata roda atau halilintar
Raja para Bijaksana menaklukkannya dengan kemampuan pikiran sakti yang mengagumkan
Dengan kekuatan ini semoga engkau mendapat kemenangan sempurna.
Sang Buddha seperti biasa sedang berjalan ke suatu daerah untuk membabarkan Dhamma kepada umatNya. Beliau diiringi oleh murid-muridNya, yang penuh cinta kasih dan pengabdian yang besar kepada Sang Buddha, Sang Guru Agung.
Melihat Sang Buddha yang dicintai oleh murid-muridNya, menyebabkan Devadatta berpikir :
"Adalah suatu kenyataan, bahwa tidak ada satu mahlukpun yang dengan melihat Kesempurnaan Manusia Gotama mampu dan berani untuk menyentuhNya. Tetapi raja gajah Nalagiri adalah binatang yang amat galak dan liar, ia tidak mengetahui kesucian Buddha, Dhamma serta Sangha. Ia akan saya lepaskan untuk menghancurkan Bhikkhu Gotama."
Kemudian Devadatta pergi menemui Raja Ajatasattu dan membicarakan masalah ini. Raja terpengaruh oleh penjelasannya dan memanggil penjaga gajah, lalu memberi perintah :
"Penjaga, besok kamu harus memberi minuman keras kepada Nalagiri. Dan lepaskanlah Nalagiri di jalan raya saat Bhikkhu Gotama sedang berjalan."
Devadatta bertanya kepada penjaga itu berapa banyak air yang biasa diberikan kepada gajah itu, penjaga itu menjawab :
"Delapan guci."
Devadatta lalu berkata :
"Besok, berikan kepada Nalagiri enam belas guci minuman keras dan lepaskan dia ke arah jalan raya yang akan dilalui oleh Bhikkhu Gotama."
"Baiklah," jawab penjaga itu.
Raja lalu menabuh tambur di seluruh kota dan mengumumkan :
"Besok gajah Nalagiri akan menjadi mabuk karena minum minuman keras dan akan dilepas ke dalam kota. Penduduk di kota ini dapat melakukan semua pekerjaannya hanya pada pagi hari, sesudah itu tidak boleh ada satu orangpun yang berada di jalan raya."
Devadatta lalu turun dari istana dan mendatangi kandang gajah Nalagiri, ia mendekati penjaga gajah itu dan berkata :
"Saya katakan kepadamu, kita mampu untuk menghancurkan seseorang dari posisinya yang tinggi ke posisi yang rendah. Dan menaikkan posisi seseorang yang rendah menjadi posisi yang tinggi. Kalau kamu menginginkan kehormatan, besok pagi-pagi sekali, berikan Nalagiri enam belas guci minuman keras dan ketika Bhikkhu Gotama melewati jalan itu, lukailah gajah itu dengan tongkat berduri. Karena gajah yang kesakitan itu akan marah, ia akan menerobos kandangnya dan berlari keluar, arahkanlah ia ke jalan raya di mana Bhikkhu Gotama sedang berjalan. Maka gajah itu akan menghancurkanNya."
Keduanya setuju dengan rencana seperti itu. Berita ini bergema ke seluruh kota. Pengikut Sang Buddha mendengar berita ini amat khawatir, lalu mendatangi Vihara dan meminta Sang Buddha untuk tidak masuk ke kota esok hari, karena ada bahaya besar yang menghadang Beliau. Mereka berjanji akan membawakan semua kebutuhan yang diperlukan oleh Sang Guru beserta murid-muridNya. Tatapi Sang Buddha menyatakan tetap akan menjalankan tugasNya seperti biasa. Para pengikutNya melihat bahwa mereka tidak akan merubah rencana Sang Guru Agung akhirnya mereka meninggalkan Vihara dengan perasaan amat khawatir.
Setelah mereka pergi, Sang Buddha merenungkan semua keluargaNya yang sudah mengerti akan Kebenaran. Beliau juga melihat apabila Nalagiri berhasil ditaklukkanNya, maka delapan puluh ribu mahluk akan mendapatkan pengertian yang jelas tentang Dhamma Yang Mulia.
Keesokan paginya, Beliau memanggil Ananda, dan berkata untuk memberitahukan kepada para bhikkhu di delapan belas vihara yang berada di sekitar Rajagaha untuk menyertaiNya masuk ke kota. Bhikkhu Ananda melaksanakan apa yang diminta oleh Sang Guru, dan semua bhikkhu berkumpul di Vihara Veluvana.
Sang Buddha dengan disertai oleh semua murid-muridNya, berjalan memasuki Rajagaha. Penjaga gajah itu bekerja sesuai dengan instruksi Devadatta dan banyak orang berkerumun di sekitar jalan raya. Para pengikut Sang Buddha berpikir :
"Hari ini mungkin akan terjadi pertempuran antara Sang Guru Agung dan gajah liar itu. Kami akan menyaksikan kekalahan gajah Nalagiri dari Sang Buddha yang tiada bandingannya."
Penduduk lalu menaiki atap-atap rumah, gudang-gudang yang ada di sekitar jalan raya itu.
Tetapi ada pula pertapa lain yang berpikir :
"Nalagiri adalah gajah yang amat galak, binatang liar dan tidak mengetahui kebaikan dan cinta kasih yang besar dari seorang Buddha. Hari ini ia akan menghancurkan tubuh Bhikkhu Gotama dan Beliau akan meninggal. Hari ini kami akan melihat apa yang terjadi denganNya."
Para pertapa lalu berdiri di atas sebuah gudang dan di tempat-tempat yang tinggi. Gajah Nalagiri melihat Yang Maha Sempurna berjalan menghampirinya, penduduk yang ada di sana amat ngeri melihat gajah tersebut. Gajah yang amat kesakitan itu berlari dengan liarnya, ia menghancurkan pagar rumah-rumah dan mengangkat belalainya tinggi-tinggi, serta menginjak-injak kereta menjadi hancur berantakan. Dengan kuping dan ekornya yang terangkat, ia berlari dengan kencangnya seperti gunung yang tinggi menghampiri Yang Maha Sempurna.
Para bhikkhu yang melihat gajah Nalagiri berlari mendatangi Sang Buddha, memberitahu Sang Guru Agung :
"Yang Mulia, gajah Nalagiri berlari di sepanjang jalan ini, ia adalah binatang yang amat galak dan liar, ia pembunuh manusia. Kami mohon Yang Mulia balik kembali."
"O....Para Bhikkhu datanglah ke sini, jangan takut; tidak ada satu makhlukpun yang dapat menghancurkan Sang Tathagata dengan suatu serangan. Tathagata mencapai Parinibbana bukan karena suatu serangan."
Para bhikkhu, tetap memperingatkan Sang Guru sampai tiga kali. Yang Mulia Sariputta lalu meminta Sang Buddha dengan berkata :
"Yang Mulia, apabila ada satu persembahan yang harus diberikan kepada seorang ayah, maka beban itu terletak pada anak sulungnya. Saya akan mengalahkan binatang ini."
Sang Buddha lalu berkata :
"Sariputta, kekuatan seorang Buddha adalah satu hal dan pengikutnya adalah hal yang lain."
Beliau menolak tawaran itu, dan berkata :
"Sariputta, tetaplah tinggal di sini."
Para bhikkhu lainnya juga meminta ijin untuk mengalahkan gajah liar itu, tetapi Sang Guru menolak permintaan mereka. Kemudian Yang Mulia Ananda, pembantu Sang Buddha yang mempunyai pengaruh besar terhadap Sang Buddha, tidak mampu bersikap diam dalam menghadapi masalah ini, ia lalu berteriak :
"Biarkan gajah itu membunuh saya terlebih dahulu."
Yang Mulia Ananda berdiri di depan Sang Buddha, siap untuk mengorbankan hidupnya untuk Sang Tathagata. Tetapi Sang Buddha berkata kepadanya :
"Bergeserlah Ananda, jangan berdiri di hadapanKu."
Yang Mulia Ananda berkata :
"Yang Mulia, gajah ini amat galak dan liar, ia dapat membunuh orang, seperti nyala api pada permulaan suatu lingkaran. Biarkanlah ia membunuh saya terlebih dahulu dan sesudah itu ia baru dapat menghampiri Yang Mulia."
Yang Mulia Ananda memohon tiga kali, dan Beliau tetap berdiri di depan Sang Tathagata, Beliau tidak mau mundur. Kemudian Sang Buddha dengan kekuatan kesaktianNya membuat Yang Mulia Ananda berada di belakang Beliau dan menempatkanNya di tengah-tengah para bhikkhu yang tengah berkerumun.
Pada waktu itu ada seorang ibu, terlihat oleh pandangan gajah Nalagiri, ibu itu amat ketakutan, ia ingin berlari karena ketakutan, tetapi anaknya terjatuh ketika ia ingin menggendong anak itu di pinggangnya. Posisinya berada di antara Sang Tathagata dan gajah Nalagiri, ibu itu berusaha berlari. Gajah itu mengejar ibu tersebut, ibu tersebut terpaku berdiri di tempatnya dengan amat ketakutan bersama anaknya yang menjerit sekeras-kerasnya.
Hati Sang Buddha bergetar, dengan penuh cinta kasih yang terpancar dengan kuatnya (odissakametta) dan dengan suaraNya yang penuh kelembutan seperti suara Dewa Brahma, memanggil Nalagiri :
"Ho..! Nalagiri...! Siapa yang membuatmu menjadi gila dengan enam belas guci minuman keras, kamu tidak diperintahkan untuk menyerang orang lain, tetapi diarahkan untuk menyerangKu. Jangan keluarkan kekuatanmu dengan merusak tanpa tujuan, datanglah kepadaku."
Mendengar suara Sang Buddha, Nalagiri membuka matanya dan melihat tubuh Sang Buddha yang bersinar terang. Ia menjadi gelisah dan dengan kekuatan cinta kasih Sang Buddha yang amat besar, maka pengaruh minuman keras yang amat kuat itu hilang. Dengan menurunkan belalainya dan mengoyang-goyangkan kupingnya ia mendatangi dan berlutut di kaki Sang Tathagata. Kemudian Sang Tathagata berkata :
"Nalagiri, kamu adalah gajah jahat, Aku adalah Gajah Buddha, tidak jahat dan liar, tidak membunuh manusia, tetap mengembangkan cinta kasih."
Sambil berkata demikian Sang Tathagata lalu mengulurkan tangan kananNya dan mengelus-elus kepala gajah itu dan mengajarkan Dhamma kepadanya dengan bersabda :
"Jangan menyerang Sang Buddha, O, gajah..! Dengan pikiran akan melukaiNya, akan membuatmu menderita. Pembunuh seorang Buddha tidak akan memperoleh alam kehidupan yang baik setelah kematiannya."
"Bebaskanlah dirimu dari mabuk-mabukkan dan melakukan perbuatan bodoh. Karena orang yang bodoh tidak akan dapat pergi ke alam yang baik. Kamu harus melakukan perbuatan baik sehingga kamu dapat menuju ke alam bahagia."
Seluruh badan gajah itu bergetar karena diliputi oleh kebahagiaan yang amat besar, dan ia sekarang bukan hanya binatang berkaki empat biasa lagi, tetapi ia telah mencapai Tingkat Kesucian Pertama (Sotapanna).
Penduduk yang melihat keajaiban ini berseru dengan gembira dan bertepuk tangan dengan riang. Dengan penuh kebahagiaan, mereka menutupi badan gajah itu dengan hiasan-hiasan. Kemudian Nalagiri terkenal dengan nama Dhanapalaka (pemilik kekayaan) dan ia menjadi amat jinak dan tidak menyakiti siapapun.
Setelah Sang Buddha memperlihatkan keajaiban ini, Beliau berpikir adalah tidak patut untuk mencari dana di tempat yang sama. Sesudah mengalahkan para pertapa tersebut, dengan diiringi oleh murid-muridNya, Beliau melangkah menuju ke kota seperti orang yang telah memenangkan suatu pertempuran dan pulang kembali ke Vihara Jetavana. Para penduduk menuju Vihara Jetavana, berdana makanan berupa nasi, minuman dan makanan enak lainnya kepada Sang Guru Agung beserta murid-muridNya. Penduduk kota itu telah menanam kebajikan yang besar sekali
Labels:
Cinta Kasih,
Gajah Nalagiri
Y.A. RAHULA (Terkemuka dalam Melaksanakan Kebaikan)
Pada hari ketujuh setelah Sang Buddha kembali ke Kapilavatthu,
Puteri Yasodhara mendandani Pangeran Rahula dengan pakaian
yang bagus dan mengajaknya ke jendela. Dari jendela
itu mereka dapat melihat Sang Buddha sedang makan
siang. Puteri Yasodhara kemudian bertanya pada
Rahula, “Anakku, tahukah engkau siapa orang itu ?”.
Rahula menjawab, “Beliau adalah Sang Buddha, ibu”.
Yasodhara tak dapat menahan air matanya yang menitik
keluar dan berkata, “Anakku, petapa yang kulitnya kuning
keemasan dan tampak seperti Brahma dikelilingi oleh ribuan
muridnya adalah ayahmu. Beliau punya banyak harta
pusaka. Pergilah kepadanya dan mintalah harta pusaka
untukmu”.Pangeran Rahula, yang masih kecil itu kemudian pergi
mendekati Sang Buddha dan sambil memegang jari
tangan Sang Buddha mengatakan apa yang dipesankan
ibunya. Kemudian ia menambahkan, “Ayah, bahkan
bayangan ayah membuat hatiku senang. Selesai makan siang
Sang Buddha meninggalkan istana. Rahula mengikuti sambil terus
merengek, “Ayah, berikanlah aku harta pusaka. Kelak aku
akan menjadi raja, aku ingin memiliki harta pusaka.
Ayah, berikanlah aku warisan”. Tak ada orang yang
mencoba menghalang-halangi dan Sang Buddha sendiri
juga membiarkan Rahula berbuat demikian. Setibanya
di taman, beliau berpikir, “Rahula minta warisan
harta pusaka, tetapi semua harta dunia penuh dengan penderitaan.
Lebih baik Aku memberikan warisan berupa Tujuh Faktor
Penerangan Agung yang Aku peroleh bawah pohon Bodhi.
Dengan demikian akan mewarisi harta pusaka yang
paling mulia”.
Di vihara, Sang Buddha meminta YA Sariputta untuk menahbiskan Rahula sebagai samanera. Rahula dengan demikian merupakan samanera pertama. Mendengar berita Rahula telah ditahbiskan menjadi samanera, Raja Suddhodana merasa sedih sekali. Oleh karena itu ia mohon kepada Sang Buddha agar seseorang yang akan ditahbiskan menjadi bhikkhu atau samanera agar dengan ijin orangtuanya. Sang Buddha menyetujui permohonan tersebut dan mulai saat itu tidak mentahbiskan bhikkhu atau samanera tanpa terlebih dahulu mendapat ijin dari orangtuanya.
Rahula merupakan putera dari Pangeran Siddhattha dan Puteri Yasodhara. Ketika Pangeran Siddhattha mendengar berita bahwa isterinya telah melahirkan seorang putera, mukanya menjadi pucat. Pangeran mengangkat kepalanya menatap langit dan berkata, “Rahulajato, bandhanam jatam” (Satu belenggu telah terlahir, satu ikatan telah terlahir). Karena itulah maka bayi yang baru lahir itu diberi nama Rahula. Kelahiran Rahula disambut dengan pesta besar yang meriah. Namun saat itu Pangeran Siddhattha telah bertekad untuk meninggalkan istana untuk mencari jalan untuk membebaskan manusia dari usia tua, sakit dan kematian.
Sesaat sebelum meninggalkan istana, Pangeran Siddhattha pergi ke kamar Puteri Yasodhara untuk melihat isteri dan anaknya. Isterinya sedang tidur nyenyak dan memeluk bayinya. Tangannya menutup muka sang bayi sehingga muka bayi tidak dapat terlihat. Pangeran semula ingin menggeser tangan isterinya untuk dapat melihat muka puteranya itu, tetapi hal ini diurungkan karena takut hal itu menyebabkan Puteri Yasodhara terbangun dan rencananya untuk meninggalkan istana bisa gagal. Pangeran berkata dalam hati, “Biarlah hari ini aku tidak melihat wajah anakku, tetapi nanti setelah aku memperoleh apa yang kucari aku akan datang kembali dan dengan puas dapat melihat wajah anak dan isteriku”. Setelah itu Pangeran Siddhattha meninggalkan istana dengan menunggang kuda Kanthaka diikuti oleh kusirnya, Channa, untuk berkelana mencari jalan kebahagiaan bagi umat manusia.
Kepergian Pangeran Sidhattha memberikan kesedihan yang mendalam bagi ayahnya, Raja Suddhodana terlebih pula isterinya, Puteri Yasodhara. Rahula yang kehilangan ayahnya diasuh dan dididik dengan penuh kasih sayang dan tumbuh menjadi anak yang pandai dan baik budi. Puteri Yasodhara sendiri ketika mendengar bahwa Pangeran Siddhattha yang telah menjadi petapa memakai jubah kuning, ia pun memakai jubah kuning, sewaktu mendengar petapa Siddhattha hanya makan satu kali sehari, ia pun makan hanya satu kali sehari. Demikian pula mengikuti kehidupan petapa Siddhattha, Puteri Yasodhara tidak lagi tidur di dipan yang tinggi dan mewah, tidak lagi memakai untaian bunga dan wewangian.
Setelah ditahbiskan oleh YA Sariputta, Rahula kini harus mengikuti peraturan yang berlaku. Sebagai anak Rahula tidak dapat memanggil ayah atau selalu berdekatan dengan Sang Buddha. Ini mungkin merupakan kesedihan baginya karena ia tidak dapat memperlakukan ayahnya sebagai seorang ayah sehingga mendorongnya untuk melakukan kenakalan-kenakalan kecil. Contohnya, suatu kali ia menunjukkan arah yang salah kepada umat yang datang ke vihara dan bertanya di mana dapat bertemu dengan Sang Buddha. Hal ini terdengar oleh Sang Buddha yang segera menuju ke kuti Rahula.
Rahula merasa bahagia ketika melihat ayahnya datang menghampirinya. Sang Buddha lalu meminta Rahula untuk menyiapkan sebaskom air. Setelah Rahula membasuh kaki Sang Buddha, Sang Buddha bertanya, “Rahula, dapatkah kamu minum air ini ?”
Rahula menjawab, “Tidak, tadi air ini bersih, tetapi sekarang sesudah dipakai membasuh kaki, air menjadi terlalu kotor untuk diminum”
Sang Budhha lalu menyuruh Rahula membuang air itu dan kembali dengan baskom yang sudah kosong. Lalu Sang Buddha berkata, “Rahula, dapatkah kamu menaruh makanan ke dalam baskom ini?”
Rahula menjawab, “Tidak saya tidak dapat menaruh makanan di baskom karena bekas tempat air kotor”.
Mendengar jawaban Rahula Sang Buddha berkata, “Seseorang yang mengetahui bahwa kebohongan adalah perbuatan buruk, tetapi berbohong terus menerus dengan menyakiti orang lain adalah seperti air yang kotor atau sebuah baskom yang sudah kotor. Kejahatan mulai dengan berbohong, yang akan mengundang kejahatan lain pada dirinya sendiri. Dan penderitaan yang disebabkan oleh kebohongan tidak akan dapat dielakkan oleh si pembuat kebohongan”.
Dengan kata-kata yang disampaikan oleh Sang Buddha, sejak saat itu Rahula dengan amat rajin mematuhi semua peraturan Sangha dan menjadi seorang bhikkhu yang terkemuka dalam melaksanakan perbuatan baik. Banyak orang memandang Rahula dengan penuh simpati. Meskipun terlahir dan dididik sebagai pangeran, Ia dapat melepaskan semua hak-hak istimewanya dan pada usia demikian muda dapat menjalani kehidupan suci dengan begitu baik. Namun adapula anggota sangha yang memperlakukannya dengan tidak ramah dan beberapa orang bhikkhu iri hati kepadanya. Menerima perlakuan yang tidak menyenangkan itu merupakan ujian berat baginya.
Pada suatu ketika, ketika YA Sariputta dan Rahula sedang berpindapata di Rajagaha, seorang perusuh melempar pasir ke mangkuk YA Sariputta dan memukul Rahula. YA Sariputta mengingatkan Rahula, “Rahula, engkau adalah siswa Sang Buddha. Perlakuan apapun yang kamu terima, tidak boleh menyebabkan kemarahan masuk ke dalam hatimu. Kamu harus selalu berbelas kasihan kepada semua makhluk. Orang yang paling berani, orang yang mencari penerangan, membuang kesombongan dan memiliki keteguhan hati untuk mengatasi kemarahan”. Rahula tersenyum dan terus berjalan sampai menemui sebuah sungai dan membersihkan kotoran dari tubuhnya.
Rahula tidak pernah membenci nasihat yang diberikan kepadanya. Setiap bangun pagi ia mengambil segenggam pasir dan bertekad, “Semoga hari ini saya mendapat nasihat sebanyak pasir ini”. Semangatnya dapat terlihat dari kenyataan bahwa ia melaksanakan latihan-latihan yang sangat sulit dan keras, dengan cara tidak berbaring melainkan duduk dalam posisi meditasi untuk tidur selama masa dua belas tahun.
Pada usia dua puluh tahun, Rahula ditahbiskan menjadi bhikkhu dengan pembimbing (upajjhaya) YA Sariputta dan guru penahbisan resmi YA Moggallana. Selama kurang lebih satu masa latihan musim hujan Rahula melatih diri dengan sungguh-sungguh. Ketika itu Sang Buddha yang mengetahui bahwa pikiran Rahula sudah matang, membawanya ke hutan Andha dan mengajarkan ajaran yang dikenal sebagai Nasihat Kecil untuk Rahula (Cullarahulovada Sutta, Majjhima Nikaya) Rahula merasakan kegembiraan setelah mendengar sabda Sang Buddha dan hatinya terbebas dari kekotoran batin (asava) dan beliau mencapai tingkat kesucian tertinggi yaitu Arahat.
Pada suatu kali delapan tahun setelah mencapai tingkat Arahat, terdapat para bhikkhu yang datang memakai tempat tidur YA Rahula. Karena tidak menemukan tempat untuk beristirahat, YA Rahula tidur di ruang terbuka di depan tempat Sang Buddha. YA Rahula mencapai Parinibbana (wafat) setelah wafatnya Sang Buddha, diperkirakan pada usia lima puluh tahun. Dibangun sebuah stupa untuk menyimpan peninggalan beliau.
Di vihara, Sang Buddha meminta YA Sariputta untuk menahbiskan Rahula sebagai samanera. Rahula dengan demikian merupakan samanera pertama. Mendengar berita Rahula telah ditahbiskan menjadi samanera, Raja Suddhodana merasa sedih sekali. Oleh karena itu ia mohon kepada Sang Buddha agar seseorang yang akan ditahbiskan menjadi bhikkhu atau samanera agar dengan ijin orangtuanya. Sang Buddha menyetujui permohonan tersebut dan mulai saat itu tidak mentahbiskan bhikkhu atau samanera tanpa terlebih dahulu mendapat ijin dari orangtuanya.
Rahula merupakan putera dari Pangeran Siddhattha dan Puteri Yasodhara. Ketika Pangeran Siddhattha mendengar berita bahwa isterinya telah melahirkan seorang putera, mukanya menjadi pucat. Pangeran mengangkat kepalanya menatap langit dan berkata, “Rahulajato, bandhanam jatam” (Satu belenggu telah terlahir, satu ikatan telah terlahir). Karena itulah maka bayi yang baru lahir itu diberi nama Rahula. Kelahiran Rahula disambut dengan pesta besar yang meriah. Namun saat itu Pangeran Siddhattha telah bertekad untuk meninggalkan istana untuk mencari jalan untuk membebaskan manusia dari usia tua, sakit dan kematian.
Sesaat sebelum meninggalkan istana, Pangeran Siddhattha pergi ke kamar Puteri Yasodhara untuk melihat isteri dan anaknya. Isterinya sedang tidur nyenyak dan memeluk bayinya. Tangannya menutup muka sang bayi sehingga muka bayi tidak dapat terlihat. Pangeran semula ingin menggeser tangan isterinya untuk dapat melihat muka puteranya itu, tetapi hal ini diurungkan karena takut hal itu menyebabkan Puteri Yasodhara terbangun dan rencananya untuk meninggalkan istana bisa gagal. Pangeran berkata dalam hati, “Biarlah hari ini aku tidak melihat wajah anakku, tetapi nanti setelah aku memperoleh apa yang kucari aku akan datang kembali dan dengan puas dapat melihat wajah anak dan isteriku”. Setelah itu Pangeran Siddhattha meninggalkan istana dengan menunggang kuda Kanthaka diikuti oleh kusirnya, Channa, untuk berkelana mencari jalan kebahagiaan bagi umat manusia.
Kepergian Pangeran Sidhattha memberikan kesedihan yang mendalam bagi ayahnya, Raja Suddhodana terlebih pula isterinya, Puteri Yasodhara. Rahula yang kehilangan ayahnya diasuh dan dididik dengan penuh kasih sayang dan tumbuh menjadi anak yang pandai dan baik budi. Puteri Yasodhara sendiri ketika mendengar bahwa Pangeran Siddhattha yang telah menjadi petapa memakai jubah kuning, ia pun memakai jubah kuning, sewaktu mendengar petapa Siddhattha hanya makan satu kali sehari, ia pun makan hanya satu kali sehari. Demikian pula mengikuti kehidupan petapa Siddhattha, Puteri Yasodhara tidak lagi tidur di dipan yang tinggi dan mewah, tidak lagi memakai untaian bunga dan wewangian.
Setelah ditahbiskan oleh YA Sariputta, Rahula kini harus mengikuti peraturan yang berlaku. Sebagai anak Rahula tidak dapat memanggil ayah atau selalu berdekatan dengan Sang Buddha. Ini mungkin merupakan kesedihan baginya karena ia tidak dapat memperlakukan ayahnya sebagai seorang ayah sehingga mendorongnya untuk melakukan kenakalan-kenakalan kecil. Contohnya, suatu kali ia menunjukkan arah yang salah kepada umat yang datang ke vihara dan bertanya di mana dapat bertemu dengan Sang Buddha. Hal ini terdengar oleh Sang Buddha yang segera menuju ke kuti Rahula.
Rahula merasa bahagia ketika melihat ayahnya datang menghampirinya. Sang Buddha lalu meminta Rahula untuk menyiapkan sebaskom air. Setelah Rahula membasuh kaki Sang Buddha, Sang Buddha bertanya, “Rahula, dapatkah kamu minum air ini ?”
Rahula menjawab, “Tidak, tadi air ini bersih, tetapi sekarang sesudah dipakai membasuh kaki, air menjadi terlalu kotor untuk diminum”
Sang Budhha lalu menyuruh Rahula membuang air itu dan kembali dengan baskom yang sudah kosong. Lalu Sang Buddha berkata, “Rahula, dapatkah kamu menaruh makanan ke dalam baskom ini?”
Rahula menjawab, “Tidak saya tidak dapat menaruh makanan di baskom karena bekas tempat air kotor”.
Mendengar jawaban Rahula Sang Buddha berkata, “Seseorang yang mengetahui bahwa kebohongan adalah perbuatan buruk, tetapi berbohong terus menerus dengan menyakiti orang lain adalah seperti air yang kotor atau sebuah baskom yang sudah kotor. Kejahatan mulai dengan berbohong, yang akan mengundang kejahatan lain pada dirinya sendiri. Dan penderitaan yang disebabkan oleh kebohongan tidak akan dapat dielakkan oleh si pembuat kebohongan”.
Dengan kata-kata yang disampaikan oleh Sang Buddha, sejak saat itu Rahula dengan amat rajin mematuhi semua peraturan Sangha dan menjadi seorang bhikkhu yang terkemuka dalam melaksanakan perbuatan baik. Banyak orang memandang Rahula dengan penuh simpati. Meskipun terlahir dan dididik sebagai pangeran, Ia dapat melepaskan semua hak-hak istimewanya dan pada usia demikian muda dapat menjalani kehidupan suci dengan begitu baik. Namun adapula anggota sangha yang memperlakukannya dengan tidak ramah dan beberapa orang bhikkhu iri hati kepadanya. Menerima perlakuan yang tidak menyenangkan itu merupakan ujian berat baginya.
Pada suatu ketika, ketika YA Sariputta dan Rahula sedang berpindapata di Rajagaha, seorang perusuh melempar pasir ke mangkuk YA Sariputta dan memukul Rahula. YA Sariputta mengingatkan Rahula, “Rahula, engkau adalah siswa Sang Buddha. Perlakuan apapun yang kamu terima, tidak boleh menyebabkan kemarahan masuk ke dalam hatimu. Kamu harus selalu berbelas kasihan kepada semua makhluk. Orang yang paling berani, orang yang mencari penerangan, membuang kesombongan dan memiliki keteguhan hati untuk mengatasi kemarahan”. Rahula tersenyum dan terus berjalan sampai menemui sebuah sungai dan membersihkan kotoran dari tubuhnya.
Rahula tidak pernah membenci nasihat yang diberikan kepadanya. Setiap bangun pagi ia mengambil segenggam pasir dan bertekad, “Semoga hari ini saya mendapat nasihat sebanyak pasir ini”. Semangatnya dapat terlihat dari kenyataan bahwa ia melaksanakan latihan-latihan yang sangat sulit dan keras, dengan cara tidak berbaring melainkan duduk dalam posisi meditasi untuk tidur selama masa dua belas tahun.
Pada usia dua puluh tahun, Rahula ditahbiskan menjadi bhikkhu dengan pembimbing (upajjhaya) YA Sariputta dan guru penahbisan resmi YA Moggallana. Selama kurang lebih satu masa latihan musim hujan Rahula melatih diri dengan sungguh-sungguh. Ketika itu Sang Buddha yang mengetahui bahwa pikiran Rahula sudah matang, membawanya ke hutan Andha dan mengajarkan ajaran yang dikenal sebagai Nasihat Kecil untuk Rahula (Cullarahulovada Sutta, Majjhima Nikaya) Rahula merasakan kegembiraan setelah mendengar sabda Sang Buddha dan hatinya terbebas dari kekotoran batin (asava) dan beliau mencapai tingkat kesucian tertinggi yaitu Arahat.
Pada suatu kali delapan tahun setelah mencapai tingkat Arahat, terdapat para bhikkhu yang datang memakai tempat tidur YA Rahula. Karena tidak menemukan tempat untuk beristirahat, YA Rahula tidur di ruang terbuka di depan tempat Sang Buddha. YA Rahula mencapai Parinibbana (wafat) setelah wafatnya Sang Buddha, diperkirakan pada usia lima puluh tahun. Dibangun sebuah stupa untuk menyimpan peninggalan beliau.
Monday, June 18, 2012
Monday, June 11, 2012
Arti Mantra Usnisa Vijaya Bhagavati
Sembah sujud pada Bhikkhu Liao Ming, Guru Sakya Zheng Kong, Gyalwa
Karmapa XVI, Guru Th ubten Dhargye! Sembah sujud pada Triratna Mandala!
Sembah sujud pada adinata homa Usnisa Vijaya Bhagavati!
Gurudhara, Para Acarya, Dharmacarya, Lhama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, ketua vihara, para umat se-Dharma, selamat malam semuanya!
Pertama-tama, terima kasih sekali kepada Acarya Lianyue dari vihara Chung-kuan, selain itu, Acarya Lianhan, Acarya Lianhua Zhongchi, Acarya Liandeng, Acarya Lianmiao, dan seluruh umat se-Dharma yang bisa menjapa genap mantra Usnisa Vijaya Bhagavati selama 7 hari 7 malam, terima kasih sekali kepada mereka.
Mantra Usnisa Vijaya adalah penjelmaan dari terang Tathagata Usnisa, Usnisa Vijaya Bhagavati juga Tathagata Usnisa, Ia berarti yang sempurna di alam semesta. "Brum" ini, kita setiap kali menyempurnakan, selalu japa "Om. Bulin. Om. Bulin", sebenarnya "Om. Bulin" disebarkan ke Taiwan, baru dijapa "Om. Bulin.", boleh dikatakan, seharusnya "Brum. Om.", terang mahasiddhi yang dicapai dari perbauran antara terang Tathagata Usnisa yang sempurna di alam semesta dan terang kita sendiri, itulah arti mantra Usnisa Vijaya Bhagavati. Terang Tathagata Usnisa, ditambah dengan terang Buddhata hati kita sendiri, keduanya saling berbaur, itulah terang yang sangat sempurna dari alam semesta. Acarya Lianyue berkata pada saya, "Mohon Mahaguru menjelaskan arti mantra Usnisa Vijaya Bhagavati." Di sinilah artinya.
Sebenarnya, tadinya sempurna, dunia manusia mencemarkannya, tadinya sempurna, tak disangka dicemarkan oleh insan. Saya cerita sebuah cerita lucu, ada sebuah vihara, tadinya temboknya putih sekali, namun, banyak umat pergi berwisata, lalu menuliskan nama sendiri di atas tembok, "Sun Wukong berwisata ke sini", tak lama kemudian, tembok pun penuh dengan tulisan, setiap orang "datang berwisata ke sini", semua penuh. Begitu ketua vihara melihat, "Aduh! Insan memang demikian." Suatu hari, ia pun cari tukang cat, semua dicat menjadi putih, begitu ia berpikir, "Ini adalah vihara wisata, tetap ada orang yang akan menulis", ia sendiri pun menulis "Dilarang menulis di sini", kemudian dibaca oleh wisatawan yang datang, juga menulis satu kalimat, "Mengapa Anda lebih dulu menulis?" Datang satu orang lagi, begitu ia baca, ditambahkan lagi satu kalimat "Kalau mau tulis, biarkan saja", kemudian, datang satu orang lagi, begitu baca, ia menambahkan satu kalimat lagi, "Mari kita tulis sama-sama". Sehingga seluruh tembok itu pun tercemar lagi.
Wujud asli alam semesta -- wujud asli Usnisa Vijaya Bhagavati, tadinya Ia adalah seberkas sinar putih; Buddhata umat manusia, juga sama, seberkas sinar putih, tidak kotor dan tidak bersih, fenomena seluruh alam semesta, demikian sempurna, pikiran insanlah yang mencemarinya. Jadi, boleh dikatakan, japa mantra Usnisa Vijaya Bhagavati, berarti menemukan Buddhata anda sendiri, berbaur bersama Dharmakaya dari Buddha Dharmakaya yang suci, sehingga mencapai keberhasilan alam semesta, sesederhana itulah prinsipnya.
Banyak orang yang datang hari ini, banyak umat yang datang. Karena, kemarin saya di Vihara vajragarbha Taiwan mengatakan, di sini ada "Homa Penutupan Penjapaan Mantra Usnisa Vijaya Bhagavati 7 hari 7 malam" yang dipelopori Acarya Lianyue di pusat pertapaan Tucheng Chung-kuan Temple. Apa arti kita menjapa mantra ini? Membersihkan seluruh rintangan karma, membersihkan rintangan karma para mahkluk akhirat, semua terlahir di Buddhaloka; rintangan karma, karma penyakit, dan karma apapun selama turun-temurun berubah menjadi terang; meningkatkan kebijaksanaan terang kita; meningkatkan berkah terang kita, agar segalanya sempurna; segala musuh, juga berubah menjadi terang. Kita juga berharap di bawah mantra Usnisa Vijaya Bhagavati selama 7 hari 7 malam, segala kerisauan, semua berubah menjadi terang. Ini adalah satu peristiwa yang sangat baik! Asalkan segalanya berubah menjadi terang, segalanya pun berhasil, bagaimana pun, semua berhasil, kemudian, sinar ini melindungi dan menerangi kita, kita pun dapat bebas dari segala kerisauan.
Orang awam! Sama sekali beda dengan "kebenaran suci" kita, di hadapan para arya, segalanya adalah sempurna, homa sangat sempurna, saya juga melihat terang Usnisa Vijaya Bhagavati muncul. Ia pertama-tama muncul dalam fenomena membuat sebuah "jie" (penyelesaian), sepotong demi sepotong terang, demikian, memenuhi seluruh angkasa, kemudian berubah menjadi sebuah terang adarsa-jnana (kebijaksanaan cermin mahasempurna), di tengah adarsa-jnana duduk Usnisa Vijaya Bhagavati, sangat luar biasa, nyatalah bahwa mantra Usnisa Vijaya Bhagavati selama 7 hari 7 malam yang satu ini, saat sampai homa penutupan, segalanya sangat sempurna dan luar biasa.
Dunia itu beda, seperti kita di atas gunung, sangat bersih, di bawah gunung sudah beda, itu dunia orang awam. Kita di atas gunung berkumpul orang sebanyak ini, di bawah gunung tetap ada banyak orang, semoga sinar Usnisa Vijaya Bhagavati, juga mampu menerangi seluruh insan. Apa yang beda di bawah gunung? Konfl ik banyak sekali, rebut-rebutan, kacau balau; seluruh insan di bawah gunung kacau balau. Kacau balau apa? Juga ada sebuah "joke" (lelucon), akhir-akhir ini banyak kejadian demikan, ada seorang pasien, dibawa ke rumah sakit, rumah sakit mengobatinya, sehabis diobati, dibawa pulang lagi, aduh? Penyakit belum sembuh, tadinya tidak diobati masih lumayan, begitu diobati makin parah, menimbulkan konfl ik medis, anggota keluarga berkata, "Begini saja! Kita utus satu orang untuk bicara dengan dokter dulu, "Diobati makin parah", pergi marahi dia." Ia mengutus satu orang ke sana, tak lama kemudian, kembali lagi, kembali ke rumah, tuan rumah pun bertanya padanya, "Apakah Anda bertanya pada dokter itu? Memarahi dokter itu?" Ia berkata, "Saya tidak bisa menerobos masuk, karena orang yang memarahinya terlalu banyak.” Ia tidak memarahinya (maksudnya dokter), karena ia tidak bisa menerobos masuk, orang yang memarahinya terlalu banyak. Mengapa saya menceritakan ini? Karena konfl ik medis sekarang sangat banyak.
Manusia! Lumrah mengalami ketidakadilan, namun mau menyalahkan siapa? Memangnya dokter mau gagal mengobati anda? Apakah itu kecerobohan medis? Jika benar-benar kecerobohan medis, dokter seharusnya mengalami kerugian, karena ia harus ganti rugi, namun, jika bukan kecerobohan dokter? Melainkan karma penyakit pasien ini? Rintangan karma pasien ini? Banyak kejadian memang sangat aneh, obat yang sama, dokter yang sama, ia telah sembuh, obat yang sama, mengobati orang lain, ia tidak sembuh. Jadi, maksud saya menunjukkan contoh ini, hanya konfl ik medis saja sudah tidak ada habis-habisnya, konfl ik lainnya lebih banyak lagi. Kadang-kadang, bisa sembuh, kadang-kadang, tidak bisa sembuh, kadang-kadang bisa hidup, kadang-kadang tidak bisa hidup, apa sebabnya? Menurut kita umat Buddha, inilah rintangan karma, ada rintangan! Rintangan berwujud dan rintangan tak berwujud, sangat banyak. Rintangan berwujud bisa meminta keadilan; rintangan tak berwujud, di mana meminta keadilan?
Hari ini di atas gunung banyak orang, di bawah gunung juga banyak orang, insane yang tak terhitung banyaknya, yang mengerti Buddhadharma, tahu bahwa insane memiliki banyak rintangan karma, namun kita bersihkan lewat mantra Usnisa Vijaya Bhagavati selama 7 hari 7 malam, inilah kita orang di atas gunung, orang di bawah gunung yang sadhaka baru bisa membersihkan rintangan karma; insan di bawah gunung yang tidak mengerti membersihkan rintangan karma sendiri, ia menyalahkan yang berwujud, ia tidak tahu ada yang tak berwujud, hanya tahu yang berwujud saja. Sesungguhnya, setiap peristiwa yang terjadi, setiap konfl ik, sebagian besar terbentuk dari rintangan karma sendiri. Jadi, demi menyingkirkan rintangan karma sendiri, dan rintangan karma seluruh insan, kita semua harus dukung penjapaan mantra Usnisa Vijaya Bhagavati.
Lihat, tubuh manusia diobati pun tidak kunjung sembuh, lantas menyalahkan dokter, kalau begitu, topan? anda menyalahkan siapa? Banjir? Anda menyalahkan siapa? Gempa bumi? anda menyalakan siapa? Kebakaran? anda menyalahkan siapa? Terutama gempa bumi, anda lihat gempa bumi saja, gempa bumi mau menyalahkan siapa? Tidak ada yang bisa disalahkan! Juga tidak ada orang yang mengatakan gempa bumi menyalahkan pemerintah. Bahkan banjir pun bisa menyalahkan pemerintah, hujan deras, hujan lebat, wah! Dalam sehari turun curah hujan sebulan penuh, sehari turun curah hujan setahun penuh, lantas menyalahkan pemerintah. Gempa bumi? Maaf, gempa bumi menyalahkan siapa? Menyalahkan bumi?
Manusia jangan menyalahkan siapa-siapa, salahkan rintangan karma sendiri, salahkan diri sendiri tidak japa mantra Usnisa Vijaya Bhagavati, salahkan diri sendiri tidak membersihkan rintangan karma sendiri, salahkan diri sendiri tidak membersihkan kerisauan sendiri, jika anda dapat membersihkan rintangan karma sendiri, membersihkan kerisauan sendiri, ada satu nadi bernama "nadi pembuluh kristal", ketika mata anda melihat ke dalam, saat melihat Buddhata sendiri, lewat "nadi pembuluh kristal", melihat teratai di hati sendiri mekar, melihat pusat teratai muncul terang Buddhata, saat ini, anda pun tahu, kerisauan anda telah sirna semua, rintangan karma anda juga telah sirna semua, semoga kita semua dapat tekun menjapa mantra.
Gurudhara, Para Acarya, Dharmacarya, Lhama, Pandita Dharmaduta, Pandita Lokapalasraya, ketua vihara, para umat se-Dharma, selamat malam semuanya!
Pertama-tama, terima kasih sekali kepada Acarya Lianyue dari vihara Chung-kuan, selain itu, Acarya Lianhan, Acarya Lianhua Zhongchi, Acarya Liandeng, Acarya Lianmiao, dan seluruh umat se-Dharma yang bisa menjapa genap mantra Usnisa Vijaya Bhagavati selama 7 hari 7 malam, terima kasih sekali kepada mereka.
Mantra Usnisa Vijaya adalah penjelmaan dari terang Tathagata Usnisa, Usnisa Vijaya Bhagavati juga Tathagata Usnisa, Ia berarti yang sempurna di alam semesta. "Brum" ini, kita setiap kali menyempurnakan, selalu japa "Om. Bulin. Om. Bulin", sebenarnya "Om. Bulin" disebarkan ke Taiwan, baru dijapa "Om. Bulin.", boleh dikatakan, seharusnya "Brum. Om.", terang mahasiddhi yang dicapai dari perbauran antara terang Tathagata Usnisa yang sempurna di alam semesta dan terang kita sendiri, itulah arti mantra Usnisa Vijaya Bhagavati. Terang Tathagata Usnisa, ditambah dengan terang Buddhata hati kita sendiri, keduanya saling berbaur, itulah terang yang sangat sempurna dari alam semesta. Acarya Lianyue berkata pada saya, "Mohon Mahaguru menjelaskan arti mantra Usnisa Vijaya Bhagavati." Di sinilah artinya.
Sebenarnya, tadinya sempurna, dunia manusia mencemarkannya, tadinya sempurna, tak disangka dicemarkan oleh insan. Saya cerita sebuah cerita lucu, ada sebuah vihara, tadinya temboknya putih sekali, namun, banyak umat pergi berwisata, lalu menuliskan nama sendiri di atas tembok, "Sun Wukong berwisata ke sini", tak lama kemudian, tembok pun penuh dengan tulisan, setiap orang "datang berwisata ke sini", semua penuh. Begitu ketua vihara melihat, "Aduh! Insan memang demikian." Suatu hari, ia pun cari tukang cat, semua dicat menjadi putih, begitu ia berpikir, "Ini adalah vihara wisata, tetap ada orang yang akan menulis", ia sendiri pun menulis "Dilarang menulis di sini", kemudian dibaca oleh wisatawan yang datang, juga menulis satu kalimat, "Mengapa Anda lebih dulu menulis?" Datang satu orang lagi, begitu ia baca, ditambahkan lagi satu kalimat "Kalau mau tulis, biarkan saja", kemudian, datang satu orang lagi, begitu baca, ia menambahkan satu kalimat lagi, "Mari kita tulis sama-sama". Sehingga seluruh tembok itu pun tercemar lagi.
Wujud asli alam semesta -- wujud asli Usnisa Vijaya Bhagavati, tadinya Ia adalah seberkas sinar putih; Buddhata umat manusia, juga sama, seberkas sinar putih, tidak kotor dan tidak bersih, fenomena seluruh alam semesta, demikian sempurna, pikiran insanlah yang mencemarinya. Jadi, boleh dikatakan, japa mantra Usnisa Vijaya Bhagavati, berarti menemukan Buddhata anda sendiri, berbaur bersama Dharmakaya dari Buddha Dharmakaya yang suci, sehingga mencapai keberhasilan alam semesta, sesederhana itulah prinsipnya.
Banyak orang yang datang hari ini, banyak umat yang datang. Karena, kemarin saya di Vihara vajragarbha Taiwan mengatakan, di sini ada "Homa Penutupan Penjapaan Mantra Usnisa Vijaya Bhagavati 7 hari 7 malam" yang dipelopori Acarya Lianyue di pusat pertapaan Tucheng Chung-kuan Temple. Apa arti kita menjapa mantra ini? Membersihkan seluruh rintangan karma, membersihkan rintangan karma para mahkluk akhirat, semua terlahir di Buddhaloka; rintangan karma, karma penyakit, dan karma apapun selama turun-temurun berubah menjadi terang; meningkatkan kebijaksanaan terang kita; meningkatkan berkah terang kita, agar segalanya sempurna; segala musuh, juga berubah menjadi terang. Kita juga berharap di bawah mantra Usnisa Vijaya Bhagavati selama 7 hari 7 malam, segala kerisauan, semua berubah menjadi terang. Ini adalah satu peristiwa yang sangat baik! Asalkan segalanya berubah menjadi terang, segalanya pun berhasil, bagaimana pun, semua berhasil, kemudian, sinar ini melindungi dan menerangi kita, kita pun dapat bebas dari segala kerisauan.
Orang awam! Sama sekali beda dengan "kebenaran suci" kita, di hadapan para arya, segalanya adalah sempurna, homa sangat sempurna, saya juga melihat terang Usnisa Vijaya Bhagavati muncul. Ia pertama-tama muncul dalam fenomena membuat sebuah "jie" (penyelesaian), sepotong demi sepotong terang, demikian, memenuhi seluruh angkasa, kemudian berubah menjadi sebuah terang adarsa-jnana (kebijaksanaan cermin mahasempurna), di tengah adarsa-jnana duduk Usnisa Vijaya Bhagavati, sangat luar biasa, nyatalah bahwa mantra Usnisa Vijaya Bhagavati selama 7 hari 7 malam yang satu ini, saat sampai homa penutupan, segalanya sangat sempurna dan luar biasa.
Dunia itu beda, seperti kita di atas gunung, sangat bersih, di bawah gunung sudah beda, itu dunia orang awam. Kita di atas gunung berkumpul orang sebanyak ini, di bawah gunung tetap ada banyak orang, semoga sinar Usnisa Vijaya Bhagavati, juga mampu menerangi seluruh insan. Apa yang beda di bawah gunung? Konfl ik banyak sekali, rebut-rebutan, kacau balau; seluruh insan di bawah gunung kacau balau. Kacau balau apa? Juga ada sebuah "joke" (lelucon), akhir-akhir ini banyak kejadian demikan, ada seorang pasien, dibawa ke rumah sakit, rumah sakit mengobatinya, sehabis diobati, dibawa pulang lagi, aduh? Penyakit belum sembuh, tadinya tidak diobati masih lumayan, begitu diobati makin parah, menimbulkan konfl ik medis, anggota keluarga berkata, "Begini saja! Kita utus satu orang untuk bicara dengan dokter dulu, "Diobati makin parah", pergi marahi dia." Ia mengutus satu orang ke sana, tak lama kemudian, kembali lagi, kembali ke rumah, tuan rumah pun bertanya padanya, "Apakah Anda bertanya pada dokter itu? Memarahi dokter itu?" Ia berkata, "Saya tidak bisa menerobos masuk, karena orang yang memarahinya terlalu banyak.” Ia tidak memarahinya (maksudnya dokter), karena ia tidak bisa menerobos masuk, orang yang memarahinya terlalu banyak. Mengapa saya menceritakan ini? Karena konfl ik medis sekarang sangat banyak.
Manusia! Lumrah mengalami ketidakadilan, namun mau menyalahkan siapa? Memangnya dokter mau gagal mengobati anda? Apakah itu kecerobohan medis? Jika benar-benar kecerobohan medis, dokter seharusnya mengalami kerugian, karena ia harus ganti rugi, namun, jika bukan kecerobohan dokter? Melainkan karma penyakit pasien ini? Rintangan karma pasien ini? Banyak kejadian memang sangat aneh, obat yang sama, dokter yang sama, ia telah sembuh, obat yang sama, mengobati orang lain, ia tidak sembuh. Jadi, maksud saya menunjukkan contoh ini, hanya konfl ik medis saja sudah tidak ada habis-habisnya, konfl ik lainnya lebih banyak lagi. Kadang-kadang, bisa sembuh, kadang-kadang, tidak bisa sembuh, kadang-kadang bisa hidup, kadang-kadang tidak bisa hidup, apa sebabnya? Menurut kita umat Buddha, inilah rintangan karma, ada rintangan! Rintangan berwujud dan rintangan tak berwujud, sangat banyak. Rintangan berwujud bisa meminta keadilan; rintangan tak berwujud, di mana meminta keadilan?
Hari ini di atas gunung banyak orang, di bawah gunung juga banyak orang, insane yang tak terhitung banyaknya, yang mengerti Buddhadharma, tahu bahwa insane memiliki banyak rintangan karma, namun kita bersihkan lewat mantra Usnisa Vijaya Bhagavati selama 7 hari 7 malam, inilah kita orang di atas gunung, orang di bawah gunung yang sadhaka baru bisa membersihkan rintangan karma; insan di bawah gunung yang tidak mengerti membersihkan rintangan karma sendiri, ia menyalahkan yang berwujud, ia tidak tahu ada yang tak berwujud, hanya tahu yang berwujud saja. Sesungguhnya, setiap peristiwa yang terjadi, setiap konfl ik, sebagian besar terbentuk dari rintangan karma sendiri. Jadi, demi menyingkirkan rintangan karma sendiri, dan rintangan karma seluruh insan, kita semua harus dukung penjapaan mantra Usnisa Vijaya Bhagavati.
Lihat, tubuh manusia diobati pun tidak kunjung sembuh, lantas menyalahkan dokter, kalau begitu, topan? anda menyalahkan siapa? Banjir? Anda menyalahkan siapa? Gempa bumi? anda menyalakan siapa? Kebakaran? anda menyalahkan siapa? Terutama gempa bumi, anda lihat gempa bumi saja, gempa bumi mau menyalahkan siapa? Tidak ada yang bisa disalahkan! Juga tidak ada orang yang mengatakan gempa bumi menyalahkan pemerintah. Bahkan banjir pun bisa menyalahkan pemerintah, hujan deras, hujan lebat, wah! Dalam sehari turun curah hujan sebulan penuh, sehari turun curah hujan setahun penuh, lantas menyalahkan pemerintah. Gempa bumi? Maaf, gempa bumi menyalahkan siapa? Menyalahkan bumi?
Manusia jangan menyalahkan siapa-siapa, salahkan rintangan karma sendiri, salahkan diri sendiri tidak japa mantra Usnisa Vijaya Bhagavati, salahkan diri sendiri tidak membersihkan rintangan karma sendiri, salahkan diri sendiri tidak membersihkan kerisauan sendiri, jika anda dapat membersihkan rintangan karma sendiri, membersihkan kerisauan sendiri, ada satu nadi bernama "nadi pembuluh kristal", ketika mata anda melihat ke dalam, saat melihat Buddhata sendiri, lewat "nadi pembuluh kristal", melihat teratai di hati sendiri mekar, melihat pusat teratai muncul terang Buddhata, saat ini, anda pun tahu, kerisauan anda telah sirna semua, rintangan karma anda juga telah sirna semua, semoga kita semua dapat tekun menjapa mantra.
Labels:
Mantra,
Usnisa Vijaya Bhagavati
Thursday, June 07, 2012
Mantra Maha Karuna Dharani dalam berbagai versi
Mantra Maha Karuna Dharani / Nilakantha Dharani dalam berbagai versi dan bahasa.
Pertama, 3 versi Mantra Maha Karuna Dharani dalam bahasa Sansekerta...
Versi 1
Namo Ratna Trayaya.
Namah Arya Avalokitesvaraya
Bodhisattvaya Mahasattvaya Mahakarunikaya
Sarva Bandhana Chedana Karaya .
Sarva Bhava Samudram Sosana Karana.
Sarva Vyadhi Prasamana Karaya.
Sarva Mrtyu Upa-Drava Viansana Karana .
Sarva Bhaye Su Trana Karaya.
Tasmat Namas – Krtva Idam
Arya Avalokitesvara Bhastinam Nilakantha
Pi Nama Hrdayam Avarta Isyami
Sarvartha-sadhanam Subham Ajeyam
Sarva Bhutanam Bhava Marga Visuddhakam
Tadyatha, Om Aloke Aloka-mati Lokati Krante.
He Hare Arya Avalokitesvara
Maha bodhisattva , He Boddhisattva , He
Maha bodhisattva , He Virya Bodhisattva
He Mahakarunika Smara Hradayam.
Hi Hi , Hare Arya Avalokitesvara Mahesvara Parama
Maitra-Citta Mahakarunika.
Kuru Kuru Karman
Sadhaya Sadhaya Vidyam.
Ni Hi , Ni Hi Varnam Kamam-Game .
Vitta-Kama Vigama.
Siddha Yogesvara .
Dhuru Dhuru Viryanti, Maha Viryanti .
Dhara Dhara Dharendresvara.
Cala Cala Vimala Amala Murte
Arya Avalokitesvara Jina Krsna Jata-Makuta
Valam Ma Pra-Lamba Maha Siddha
Vidya dhara.
Vara Vara Maha Vara .
Bala Bala Maha Bala.
Cala Cala Maha Cala
Krsna-Varna Nigha Krsna – Paksa Nirghatana.
He Padma-Hasta Cara Cara Desa
Caresvara Krsna –Sarpa Krta Yajnopavita
Ehyehi Maha Varaha-Mukha,Tripura-Dahanesvara
Narayana Va Rupa Vara Marga Ari .
He Nilakantha , He Mahakara ,
Hala hala Visa Nir-jita Lokasya.
Raga Visa Vinasana.
Dvesa Visa Vinasana.
Moha Visa Vinasana
Huru Huru Mala, Huru Huru Hare, Maha Padmanabha
Sara Sara , Sri Sri , Suru Suru, Bhu ruc Bhu ruc
Buddhiya Buddhiya , Boddhaya Boddhaya
Maitri Nilakantha Ehyehi Vama
Shitha Simha-Mukha Hasa Hasa,
Munca Munca Mahattahasam Ehiyehi Pa
Maha Siddha Yogesvara
Bhana Bhana Vaco
Sadhaya Sadhaya Vidyam.
Smara Smaratam Bhagavantam Lokita
Vilokitam Lokesvaram Tathagatam Dadahi
Me Drasana Kamasya Darsanam
Pra-Hiadaya Mana Svaha.
Siddhaya Svaha.
Maha Siddhaya Svaha
Siddha Yogesvaraya Svaha
Nilakanthaya Svaha
Varaha-Mukhaya Svaha
Maha-dara Simha-Mukhaya Svaha
Siddha Vidyadharaya Svaha
Padma-Hastaya Svaha
Krsna-Sarpa Krta Yajnopavitaya Svaha
Maha Lakutadaharaya Svaha
Cakrayuddhaya Svaha
Sankha-Sabdani Bodhanaya Svaha
Vama Skandhadesa Shitha Krsnajinaya Svaha
Vyaghra-Carma Nivasanaya Svaha
Lokesvaraya Svaha
Sarva Siddhesvaraya Svaha
Namo Bhagavate Arya Avalokitesvaraya Bodhisattvaya
Maha Sattvaya Mahakarunikaya
Sidhyanthu Me Mantra-Padaya Svaha
Versi 2
Namo ratna-trayāya
Namo āriyā-valokite-śvarāya
Bodhi-sattvāya, Maha-sattvāya, Mahā-kārunikāya
Om sarva-raviye sudhanadasya
Namo skritvā imam āryā-valokite-śvara ramdhava
Namo narakindi hrih Mahā-vat-svāme
Sarva-arthato-śubham ajeyam
Sarva-sat Namo-vasat Namo-vāka mavitāto
Tadyathā
Om avaloki-lokate-krate-e-hrih Mahā-bodhisattva
Sarva sarva, Mala mala
Mahi Mahi ridayam, Kuru kuru karmam
Dhuru dhuru, vijayate Mahā-vijayati
Dhara dhara dhrini śvarāya
Cala cala mama vimala muktele
Ehi ehi śina śina ārsam prasari
viśva viśvam prasaya
Hulu hulu mara, Hulu hulu hrih
Sara sara siri siri suru suru
Bodhiya Bodhiya Bodhaya Bodhaya
Maitreya narakindi dhrish-nina bhayamana svāhā
Siddhāya svāhā
Maha siddhāya svāhā
Siddha-yoge-śvaraya svāhā
Narakindi svāhā, Māranara svāhā
śira simha-mukhāya svāhā
Sarva mahā-asiddhaya svāhā
Cakra-asiddhāya svāhā
Padma-kastāya svāhā
Narakindi-vagalāya svaha
Mavari-śankharāya svāhā
Namo ratna-trāyāya
Namo āryā-valokite-śvaraya svāhā
Om Sidhyantu mantra padāya svāhā
Versi 3
Namo Ratna Trayaya. Namo Arya Jyana
Sagara Vairochana
Vyuha Rajaya Tathagataya
Arhate. Samyak Sambuddhaya
Namah Sarva Tathagatebyah
Arhatebyah. Samyak Sambuddhe Byah
Namo Arya Avalokite Svaraya
Boddhisattvaya, Mahasattvaya, Mahakarunikaya
Tadyatha Om Dhara Dhara
Dhiri Dhiri Dhuru Dhuru
Iti Vaitte Chale Chale Pra Chale Pra Chale
Kusume Kusuma Vare, Ili Mili Chitiwala mapanaya Svaha
Trus yang ini mantra Maha Karuna Dharani dalam berbagai bahasa dari yang versi nomor 2......
Sanskrit
Namo ratna-trayāya
Namo āriyā-valokite-śvarāya
Bodhi-sattvāya, Maha-sattvāya, Mahā-kārunikāya
Om sarva-raviye sudhanadasya
Namo skritvā imam āryā-valokite-śvara ramdhava
Namo narakindi hrih Mahā-vat-svāme
Sarva-arthato-śubham ajeyam
Sarva-sat Namo-vasat Namo-vāka mavitāto
Tadyathā
Om avaloki-lokate-krate-e-hrih Mahā-bodhisattva
Sarva sarva, Mala mala
Mahi Mahi ridayam, Kuru kuru karmam
Dhuru dhuru, vijayate Mahā-vijayati
Dhara dhara dhrini śvarāya
Cala cala mama vimala muktele
Ehi ehi śina śina ārsam prasari
viśva viśvam prasaya
Hulu hulu mara, Hulu hulu hrih
Sara sara siri siri suru suru
Bodhiya Bodhiya Bodhaya Bodhaya
Maitreya narakindi dhrish-nina bhayamana svāhā
Siddhāya svāhā
Maha siddhāya svāhā
Siddha-yoge-śvaraya svāhā
Narakindi svāhā, Māranara svāhā
śira simha-mukhāya svāhā
Sarva mahā-asiddhaya svāhā
Cakra-asiddhāya svāhā
Padma-kastāya svāhā
Narakindi-vagalāya svaha
Mavari-śankharāya svāhā
Namo ratna-trāyāya
Namo āryā-valokite-śvaraya svāhā
Om Sidhyantu mantra padāya svāhā
Mandarin
Na Mo He Lai Da Na Duo Lai Ya Ye
Na Mo O Li Ye Po Lu Ji Di Shuo Bo La Ye
Pu Ti Sa Duo Po Ye, Mo Ho Sa Duo Po Ye, Mo Ho Cia Lu Ni Cia Ye
An, Sa Pan La Fa Ye Shuo Da No Da Xie
Na Mo Xi Ji Li Duo Yi Mong O Li Ye Po Lu Ji Di She Fo La Leng Tuo Po
Na Mo Nuo Lai Jin Chi Xi Li Mo Ho Pan Duo Sha Mie
Sa Po O Duo Duo Su Peng O Shu Yen
Sa Po Sa Duo Na Mo Po Sa Duo Na Mo Po Chie Mo Fa De Dou
Dan Chi Duo
An O Po Lu Xi Lu Jai Di Jia Luo Di Yi Si Li, Mo He Pu Ti Sa Duo
Sa Po Sa Po Mo Nai Mo Nai
Mo Xi Mo Xi Li Duo Yun, Ji Lu Ji Lu Jie Mong
Du Lu Du Lu Fa She Ye Di, Mo Ho Fa She Ye Di
Tuo Nai Tuo Nai Di Li Ni Shi Fu Nai Ye
Che Nai Che Nai Mo Mo Fa Mo Nai Mo Di Li
Yi Ser Yi Ser Shi Nuo Shi Nuo O Lai Shen Fo Lai She Li
Fa Sha Fa Shen Fo Lai She Ye
Hu Lu Hu Lu Mo Nai, Hu Lu Hu Lu Xi Li
So Nai So Nai, Si Li Si Li, Su Lu Su Lu
Pu Ti Ye Pu Ti Ye, Pu Duo Ye Pu Duo Ye
Mi Di Li Ye No Lai Jin Chi Di Li Se Ni Nuo Po Ye Mo No Sa Po Ho
Xi Duo Ye Sa Po Ho
Mo Ho Si Duo Ye Sa Po Ho
Xi Duo Yu Yi Shi Pan Na Ye Sa Po Ho
No Lai Jin Chi Sa Po Ho, Mo Lai No Lai Sa Po Ho
Xi Nai Seng O Mo Qie Ye Sa Po Ho
Suo Po Mo He O Xi Duo Ye Sa Po Ho
Je Ji Lai O Xi Duo Ye Sa Po Ho
Bo Duo Mo Jie Xi Duo Ye Sa Po Ho
Nuo Lai Jin Che Pan Chi Lai Ye Sa Po Ho
Mo Po Li Sheng Ji Lai Ye Sa Po Ho
Na Mo He Lai Da Na Duo Lai Ya Ye
Na Mo O Li Ye Po Lu Ji Di Shuo Bo Lai Ye So Po Ho
An, Xi Dian Dou Man Duo La Ba Duo Ye Sa Po Ho
Japanese
Namu Ka Ra Tan No To Ra Ya Ya
Namu Oriya Bo Ryo Ki Chi Shi Fu Ra Ya
Fu Ji Sa To Bo Ya, Mo Ko Sa To Bo Ya, Mo Ko Kya Ru Ni Kya Ya
En Sa Ha Ra Ha Ei Shu Ta No Ton Sha
Namu Shi Ki Ri To I Mo Oriya Bo Ryo Ki Chi Shi Fu Ra Rin To Bo
Namu No Ra Kin Ji Ki Ri Mo Ko Ho Do Sha Mi
Sa Bo O To Jo Shu Ben O Shu In
Sa Bo Sa To No Mo Bo Gya Mo Ha De Cho
To Ji To
En O Bo Ryo Ki Ryo Gya Chi Kya Rya Chi I Ki Ri Mo Ko Fu Ji Sa To
Sa Bo Sa Bo, Mo Ra Mo Ra
Mo Ki Mo Ki Ri To In, Ku Ryo Ku Ryo Ke Mo
To Ryo To Ryo Ho Ja Ya Chi Mo Ko Ho Ja Ya Chi
To Ra To Ra Chi Ri Ni Shi Fu Ra Ya
Sha Ro Sha Ro Mo Mo Ha Mo Ra Ho Chi Ri
I Ki I Ki Shi No Shi No O Ra San Fu Ra Sha Ri
Ha Za Ha Za Fu Ra Sha Ya
Ku Ryo Ku Ryo Mo Ra, Ku Ryo Ku Ryo Ki Ri
Sha Ro Sha Ro Shi Ri Shi Ri Su Ryo Su Ryo
Fu Ji Ya Fu Ji Ya Fu Do Ya Fu Do Ya
Mi Chi Ri Ya No Ra Kin Ji Chi Ri Shu Ni No Ho Ya Mo No So Mo Ko
Shi Do Ya So Mo Ko
Mo Ko Shi Do Ya So Mo Ko
Shi Do Yu Ki Shi Fu Ra Ya So Mo Ko
No Ra Kin Ji So Mo Ko, Mo Ra No Ra So Mo Ko
Shi Ra Sun O Mo Gya Ya So Mo Ko
So Bo Mo Ko O Shi Do Ya So Mo Ko
Sha Ki Ra O Shi Do Ya So Mo Ko
Ho Do Mo Gya Shi Do Ya So Mo Ko
No Ra Kin Ji Ha Gya Ra Ya So Mo Ko
Mo Ho Ri Shin Gya Ra Ya So Mo Ko
Namu Ka Ra Tan No To Ra Ya Ya
Namu Oriya Bo Ryo Ki Chi Shi Fu Ra Ya So Mo Ko
En Shi Te Do Mo Do Ra Ho Do Ya So Mo Ko
Korean
Na-Mo-Ra Da-Na Da-Ra Ya-Ya
Na-Mak Ar-Ya Ba-Ro-Gi-Je Sae-Ba-Ra-Ya
Mo-Ji Sa-Da-Ba-Ya, Ma-Ha Sa-Da-Ba-Ya, Ma-Ha Ga-Ro-Ni-Ga-Ya
Om Sal-Ba-Ba-Ye Su Da-Ra-Na Ga-Ra-Ya Da-Sa-Myong
Na-Mak-Ka-Ri-Da-Ba I-Mam Ar-Ya Ba-Ro-Gi-Je Sae-Ba-Ra Da-Ba I-Ra-Gan-Ta
Na-Mak Ha-Ri-Na-Ya Ma-Bal-Ta I-Sa-Mi
Sal-Bal-Ta Sa-Da-Nam Su-Ban A-Ye-Yom
Sal-Ba Bo-Da-Nam Ba-Ba-Mar-A Nii-Su-Da-Gam
Da-Nya-Ta
Om A-Ro-Gye A-Ro-Ga Ma-Ji-Ro-Ga Ji-Ga-Ran-Je Hye-Hye-Ha-Rye Ma-Ha Mo-Ji Sa-Da-Ba
Sa-Ma-Ra Sa-Ma-Ra Ha-Ri-Na-Ya
Gu-Ro-Gu-Ro Gal-Ma Sa-Da-Ya Sa-Da-Ya
Do-Ro-Do-Ro Mi-Yon-Je Ma-Ha Mi-Yon-Je
Da-Ra Da-Ra Da-Rin Na-Rye Sae-Ba-Ra
Ja-Ra-Ja-Ra Ma-Ra-Mi-Ma-Ra A-Ma-Ra Mol-Che-Ye
Hye-Hye Ro-Gye Sae-Ba-Ra Ra-A Mi-Sa-Mi Na-Sa-Ya
Na-Bye Sa-Mi Sa-Mi Na-Sa-Ya
Mo-Ha Ja-Ra Mi-Sa-Mi Na-Sa-Ya
Ho-Ro-Ho-Ro Ma-Ra-Ho-Ro Ha-Rye Ba Na-Ma-Na-Ba
Sa-Ra Sa-Ra Shi-Ri Shi-Ri So-Ro So-Ro
Mot-Cha Mot-Cha, Mo-Da-Ya Mo-Da-Ya
Mae-Da-Ri-Ya Ni-Ra-Gan-Ta Ga-Ma-Sa Nal-Sa-Nam Ba-Ra-Ha-Ra-Na-Ya Ma-Nak-Sa-Ba-Ha
Shit-Ta-Ya Sa-Ba-Ha
Ma-Ha-Shit-Ta-Ya Sa-Ba-Ha
Shit-Ta-Yu-Ye Sae-Ba-Ra-Ya Sa-Ba-Ha
Ni-Ra-Gan-Ta-Ya Sa-Ba-Ha
Ba-Ra-Ha Mok-Ka Shing-Ha Mok-Ka-Ya Sa-Ba-Ha
Ba-Na-Ma Ha-Ta-Ya Sa-Ba-Ha
Ja-Ga-Ra Yok-Ta-Ya Sa-Ba-Ha
Sang-Ka Som-Na-Nye Mo-Da-Na-Ya Sa-Ba-Ha
Ma-Ha-Ra Gu-Ta Da-Ra-Ya Sa-Ba-Ha
Ba-Ma-Sa Gan-Ta I-Sa-Shi Che-Da Ga-Rin-Na I-Na-Ya Sa-Ba-Ha
Mya-Ga-Ra Jal-Ma Ni-Ba Sa-Na-Ya Sa-Ba-Ha
Na-Mo-Ra Da-Na-Da-Ra Ya-Ya
Na-Mak Ar-Ya Ba-Ro Gi-Je Sae-Ba-Ra-Ya Sa-Ba-Ha
Vietnamese
Nam Mô Hắc Ra Đát Na Đá Ra Dạ Da
Nam Mô A Rị Da Bà Lô Yết Đế Thước Bát Ra Da
Bồ Đề Tát Đỏa Bà Da, Ma Ha Tát Đỏa Bà Da, Ma Ha Ca Lô Ni Ca Da
Án Tát Bàn Ra Phạt Duệ Số Đát Na Đát Tỏa
Nam Mô Tất Kiết Lật Đỏa Y Mông A Rị Da Bà Lô Kiết Đế Thất Phật Ra Lăng Đà Bà
Nam Mô Na Ra Cẩn Trì Hê Rị Ma Ha Bàn Đa Sa Mế
Tát Bà A Tha Đậu Du Bằng A Thệ Dựng
Tát Bà Tát Đa, Na Ma Bà Dà, Ma Phạt Đạt Đậu
Đát Điệt Tha
Án. A Bà Lô Hê Lô Ca Đế Ca Ra Đế Di Hê Rị, Ma Ha Bồ Đề Tát Đỏa
Tát Bà Tát Bà, Ma Ra Ma Ra
Ma Hê Ma Hê Rị Đà Dựng, Cu Lô Cu Lô Yết Mông
Độ Lô Đồ Lô Phạt Xà Da Đế, Ma Ha Phạt Xà Da Đế
Đà Ra Đà Ra, Địa Rị Ni, Thất Phật Ra Da
Giá Ra Giá Ra Mạ Mạ Phạt Ma Ra, Mục Đế Lệ
Y Hê Di Hê, Thất Na Thất Na A Ra Sâm Phật Ra Xá Lợi
Phạt Sa Phạt Sâm, Phật Ra Xá Da
Hô Lô Hô Lô Ma Ra, Hô Lô Hô Lô Hê Rị
Ta Ra Ta Ra, Tất Rị Tất Rị, Tô Rô Tô Rô
Bồ Đề Dạ Bồ Đề Dạ, Bồ Đà Dạ Bồ Đà Dạ
Di Đế Rị Dạ, Na Ra Cẩn Trì, Địa Rị Sắc Ni Na Bà Dạ Ma Na Ta Bà Ha
Tất Đà Dạ Ta Bà Ha
Ma Ha Tất Đà Dạ Ta Bà Ha
Tất Đà Dũ Nghệ Thất Bàn Ra Dạ Ta Bà Ha
Na Ra Cẩn Trì Ta Bà Ha, Ma Ra Na Ra Ta Bà Ha
Tất Ra Tăng A Mục Khê Da Ta Bà Ha
Ta Bà Ma Ha A Tất Đà Dạ Ta Bà Ha
Giả Kiết Ra A Tất Đà Dạ Ta Bà Ha
Ba Đà Ma Kiết Tất Đà Dạ Ta Bà Ha
Na Ra Cẩn Trì Bàn Đà Ra Dạ Ta Bà Ha
Ma Bà Rị Thắng Yết Ra Dạ Ta Bà Ha
Nam Mô Hắc Ra Đát Na Đa Ra Dạ Da
Nam Mô A Rị Da Bà Lô Kiết Đế Thước Bàn Ra Dạ Ta Bà Ha
Án. Tất Điện Đô Mạn Đà Ra Bạt Đà Gia Ta Bà Ha.
Hanzi / Kanji
南無喝囉怛那。哆囉夜耶。
南無阿唎耶。婆盧羯帝。爍缽囉耶。
菩提薩埵婆耶。摩訶薩埵婆耶。摩訶迦盧尼迦耶。
唵。薩皤囉罰曳。數怛那怛寫
南無悉吉栗埵。伊蒙阿唎耶。婆盧吉帝。室佛囉楞馱婆。
南無那囉謹墀。醯唎摩訶。皤哆沙咩。
薩婆阿他。豆輸朋。阿逝孕。
薩婆薩哆。那摩婆薩多。那摩婆伽摩罰特豆。
怛姪他。
唵。阿婆盧醯。盧迦帝。迦羅帝。夷醯唎。摩訶菩提薩埵。
薩婆薩婆。摩囉摩囉。
摩醯摩醯唎馱孕。俱盧俱盧羯蒙。
度盧度盧。罰闍耶帝。摩訶罰闍耶帝。
陀囉陀囉。地唎尼。室佛囉耶。
遮囉遮囉。麼麼罰摩囉。穆帝隸。
伊醯伊醯。室那室那。阿囉參。佛囉舍利。
罰沙罰參。佛囉舍耶。
呼盧呼盧摩囉。呼盧呼盧醯利。
娑囉娑囉。悉唎悉唎。蘇嚧蘇嚧。
菩提夜。菩提夜。菩馱夜。菩馱夜。
彌帝唎夜。那囉謹墀。地利瑟尼那。婆夜摩那。娑婆訶。
悉陀夜。娑婆訶。
摩訶悉陀夜。娑婆訶。
悉陀喻藝。室皤囉夜。娑婆訶。
那囉謹墀。娑婆訶。摩囉那囉。娑婆訶。
悉囉僧阿穆佉耶。娑婆訶。
娑婆摩訶阿悉陀夜。娑婆訶。
者吉囉阿悉陀夜。娑婆訶。
波陀摩羯悉哆夜。娑婆訶。
那囉謹墀。皤伽囉耶。娑婆訶。
摩婆利勝羯囉夜。娑婆訶。
南無喝囉怛那哆囉夜耶。
南無阿利耶。婆羅吉帝。爍皤囉夜。娑婆訶。
唵。悉殿都。漫多囉。跋陀耶。娑婆訶。
English (Translation)
Adoration of the triple Gem.
Adoration to the noble Lord who looks down,
The enlightened sentient being, the great being, the merciful one!
Oneness with all saints and their righteous doctrine
After the adoration to that noble Avalokiteśvarā of the Mercy Land
I Offer my respectful obeisances to the virtuous supreme lord who emits great brilliance light
All sentient beings are without attachment and in undefeatable purity in all things.
Adoration to the joyful being, adoration to the joyful virgin who served by all heavenly beings.
Like this:
Oneness (Om) with/adoration to the seer (avalokite) of the world whose compassionate heart.
The great sentient enlightened being.
All, all, are garland (immaculate), garland (immaculate)
Great liberated heart, accomplish, accomplish the Karma
Liberate, liberate; the victorious one, the great victorious one
Hold on, hold on the brave freedom
Lead, lead to my immaculate liberation
Come, come; Fulfil the pledge, the pledge; the admantine king of awakening.
Who rules, rules the peace.
Purify, purify personification of delusions, purify, purify the heart
Firm, firm ; brave, brave ; wonder form, wonder form.
Enlightenment, enlightenment, the enlightened one, the enlightened one.
The benevolent, virtuous one, success in power and fame.
Success in benevolence.
Success in great benevolence.
Success in achieving freedom through union
Success in virtures, Success in immaculate joy
Incomparable success in ultima convincing speech
Incomparable success in all profound meaning.
Incomparable success in turning the wheel.
Success in the red lotus deed.
Success in becoming a virtuous Blessed one.
Success in own prestige nature
Refuge in the Triple Gem.
Take refuge in the success of noble Avalokiteśvarā
Oneness (Om) with the success of achieving these invocation verses!
Indonesian (Translation)
Aku berlindung kepada Tri-Ratna
Aku berlindung kepada yang melihat dunia dengan welas asih
Di dalam makhluk agung yang telah mencapai penerangan, di dalam yang penuh Welas Asih dan Kasih Sayang
Om di dalam perlindungan yang tidak merasa takut dan gentar
Semoga aku dapat berlidung di dalam Yang Maha Esa
Aku berlindung kepada-Mu, di dalam kewelas-asihan
Yang penuh dengan pergertian dari semua cara dan jalan,
Yang Suci yang membuat semua makhluk berupaya dan menyucikan semua alam kehidupan
Kepada-Nya:
Om Yang Maha Esa, Yang Transcenden di dunia
Oh, Hari makhluk agung yang terang!
Semuanya semuanya dari lingkaran bunga
Inti dari dunia! Buatlah sukses! Sukses!
Pekik kemenangan yang sukses! Maha besar! Pekik kemenangan!
Berdirilah! Berdirilah dengan tegak! Oh indra!
Bergeraklah! Bergeraklah! Bebaskan saya dari gangguan pikiran!
Datanglah! Datanglah! Dengarlah! Dengarlah!
Sukacita yang timbul, Berbicaralah! Berbicaralah!
Berilah seruan!
Suara-suara untuk permohonan di dalam doa
Bangkit! Bangkit!
Oh! Yang penuh dengan kasih! Dia yang patut didombakan
Kepada yang tak gentar, Svaha!
Kepada yang penuh kekuatan, Svaha!
Kepada yang penuh kekuatan maha besar, Svaha!
Kepada yang penuh kekuatan dari kesatuan, Svaha!
Kepada yang agung, Svaha!
Kepada yang kelihatan berwajah seram, Svaha!
Kepada yang berwajah singa, Svaha!
Kepada semua yang memiliki kekuatan besar, Svaha!
Kepada yang memiliki kekuatan Chakra, Svaha!
Kepada yang memegang teratai, Svaha!
Kepada yang agung, Svaha!
Kepada Yang Maha Esa dan yang memberkati, Svaha!
Aku berlindung kepada TriRatna
Aku berlindung kepada Yang Maha Esa, Svaha!
Om, semoga hasil dari mantra ini terlaksana.
membaca Mantra Ta Pei Chou, minimal 1000 kali, baru akan membawa hasil.
10 manfaat dari membaca Ta Pei Cou (Maha Karuna Dharani):
1. Dapat membuat hati kita lebih damai dan pikiran lebih jernih & terang.
Contohnya bila hati kita sedang gundah/gelisah karena tidak dapat memecahkan masalah, bacalah Ta Pei Cou dengan penuh keyakinan & ketulusan. Cobalah dan rasakan setelah pembacaan Ta Pei Cou hati kita menjadi lebih tenang dan kita akan lebih mudah menyelesaikan masalah yg kita hadapi.
2. Dapat menghilangkan segala penyakit batin.
Contohnya bila hati kita sering iri hati, serakah,terkena guna2,dsb, bacalah Ta Pei Cou dengan tulus secara terus menerus serta melimpahkannya kepada semua makhluk, maka perlahan-lahan pikiran2 buruk kita akan berubah (iri hati menjadi simpati, serakah menjadi gemar beramal) dan kita bisa sembuh dari guna2.
3. Membuat kita lebih panjang umur.
Contohnya bila kita percaya dan penuh keyakinan selalu membaca Ta Pei Cou, maka jiwa, pikiran dan hidup kita menjadi lebih tenang sehingga akhirnya kitapun hidup lebih panjang umur.
4. Wajah kita selalu memancarkan kebahagiaan sehingga rejeki lebih lancar.
Contohnya jika rajin membaca Ta Pei Cou maka kebahagiaan akan selalu menyertai kita dan pancaran wajah kita akan berseri-seri. Misalnya anda punya toko. Jika anda membuka toko dengan wajah berseri-seri, maka pelanggan/pembeli yg anda temui akan menyukai, percaya dan merasa nyaman berbelanja di tempat anda sehingga akhirnya rejeki yg datang pada diri anda menjadi lebih lancar.
5. Dapat mengurangi karma buruk yg kita perbuat di masa lampau.
Contohnya di kehidupan lampau kita sering mencuri barang milik orang lain sehingga mengakibatkan kita hidup miskin & susah. Untuk mengurangi karma buruk kita tsb, selain rajin berdana, perbanyaklah membaca Ta Pei Cou sehingga lambat laun karma buruk kita berkurang dan keberuntungan menyertai kita.
6. Dapat mengurangi hambatan.
Contohnya sewaktu kecil kita seing menyakiti/membunuh binatang karena ketidaktahuan sehingga setelah dewasa seringkali banyak hambatan dlm hidup kita. Jika tekun membaca Ta Pei Cou dengan tulus maka segala hambatan satu per satu akan sirna/berlalu dari kehidupan kita.
7. Dapat membuka Prajna (kebijaksanaan) untuk lebih mengerti Dharma.
Contohnya bila daya ingat kita kurang atau sulit untuk menghafal suatu pelajaran maka dengan membaca Ta Pei Cou daya ingatan kita akan menjadi lebih kuat sehingga tidak akan kesulitan untuk mengingat/menghafal.
8. Dapat menimbulkan Bodhicitta sehingga keyakinan kita terhadap Triratna akan menjadi lebih kokoh.
Contohnya bila kita mengalami banyak masalah dan kehilangan kepercayaan diri serta lari dari keyakinan kita maka kita akan mudah terbujuk rayuan dan akhirnya meragukan Dharma. Jika rajin membaca Ta Pei Cou maka masalah sebesar apapun tidak akan mampu menerobos benteng pertahanan keyakinan kita.
9. Dapat terhindar dari rasa ketakutan yg berlebihan dan terhindar dari segala bencana yg akan menimpa.
Contohnya jika kita takut akan kegagalan hidup, dengan membaca Ta Pei Cou kerisauan kita akan suatu masalah yg belum kita hadapi akan hilang. Jika mengalami suatu musibah/bencana (kebakaran, banjir,dll) maka kita akan terhindar dari bencana kemalangan tersebut.
10. Setelah meninggal dunia akan dijemput oleh para Buddha dan Bodhisattva ke surga (tanah suci).
Tambahan:
Dengan banyak membaca Ta Pei Cou, di atas kepala kita akan ada Dewa Pelindung (Kui Jin) yg akan melindungi kita dari segala macam mara bahaya dan kesulitan hidup. Pembacaan Ta Pei Cou disertai pemercikan air tirta akan membawa banyak manfaat bagi makhluk yg tak terlihat, terutama bagi makhluk2 yg ganas, dengan air tirta mereka tidak lagi menjadi ganas.
Bodhisattva Avalokitesvara (Kuan Yin Pu Sa) dengan tekad sucinya bersabda:
1. Kalau ada makhluk hidup yg selalu membaca "Maha Karuna Dharani", maka manfaat yg didapat akan terlahir di Surga Barat atau Surga Sukhavati.
2. Jika ada makhluk hidup dengan penuh ketulusan membaca "Maha Karuna Dharani" namun permintaannya tidak terpenuhi, maka Aku tidaklah dapat mencapai Samyak Sambodhi
3. Jika ada makhluk hidup dengan penuh ketulusan membaca "Maha Karuna Dharani" namun tidak bisa menghilangkan kekotoran batin, maka Aku tidaklah dapat mencapai Samyak Sambodhi.
pengalaman teman :
Mantra Ta Pei Cou bisa memusnahkan guna-guna/santet dll
Sy ada 1 pengalaman ttg guna2x/santet kira2x pd th 1993.
Teman cewek dr teman sy pernah diguna-guna/santet sampe gila sjk th 1988-1993 (+/- 5 th gila). Keluarganya sdh cari ke dukun/paranormal dllnya slm kurun waktu itu & tdk ada satupun yg bs menyembuhkan cewek itu.
Pd th 1993 teman sy mulai mendlmi Buddhisme, suatu hr di th 1993 dia mendengar ttg penjelasan kegunaan Ta Pei Cou, stlh itu dia membc Ta Pei Cou sebyk 49x dgn mengikat simpul mati pd benang 5 warna sebyk 49 simpul. Stlh itu benang 5 warna yg udah dibc Ta Pei Cou sebyk 49x dgn 49 simpul itu dikalungkan kpd teman ceweknya yg tlh gila 5 th itu, & keajaiban terjd, teman ceweknya sembuh dr gila pd keesokkan harinya.
Orangtua si cewek menanyakan kpdnya apa yg terjd, si cewek menjwb bhw dia spt terbw ke alam para jin dlm kurun waktu ttt, & scr tiba2x dia melht Kuan Im Phu Sa melayang diangkasa sambil memercikkan air suci kpdnya, akhirnya dia terlepas dari alam jin.
Dari pengalaman ini anda-anda bs melihat betapa dahsyatnya kekuatan Ta Pei Cou.
Perlu anda ketahui bhw kegunaan Ta Pei Cou itu byk sekali spt :
- menangkal guna-guna/santet, ilmu hitam
- menawarkan racun binatang (ular, lipan, dll)
- menambah rejeki, menolak bala
- mengharmoniskan keluarga yg suka ribut (pengasihan)
- dll ----> 1001 macam kegunaan
Ta Pei Cou ada 3 versi yaitu :
1. Versi Panjang, mungkin anda semua sdh tahu.
2. Versi Sedang, hanya ada di Tantrayana umum.
3. Versi Pendek, hanya ada di Tantra Satya Buddha.
Kekuatan Ta Pei Cou adlh tak terbatas, jika anda membc Ta Pei Cou utk memberkati sesuatu, misalnya air ataupun yg lainnya, mk kekuatan dr Ta Pei Cou akan "menempel" pd objek tersbt dlm kurun waktu yg lama sekali, selama objek tsb msh ada wujud.
Yg plg penting diingat adlh stp permohonan yg baik dan wajar dgn menggunakan kekuatan Ta Pei Cou pasti akan terkabul, krn penjaminnya adlh Kuan Im Phu Sak ber-Tangan&Mata 1000 dan Amitabha Buddha beserta 32 wujud manisfestasi dr Kuan Im Phu Sa.
Setiap pembaca Ta Pei Cou akan selalu dilindungi dan diberkati oleh 84 makhluk suci antara lain : Buddha, Bodhisattva, Pacceka Buddha, Arahat, Dewa Vajra, Dewa Brahma, Dewa-dewa lainnya serta 8 jenis makhluk pelindung (Thien Lung Pak Pu).
Semoga tulisan ini bermanfaat bg anda, dan semoga anda mempunyai keyakinan yg teguh thd Ta Pei Cou.
Pertama, 3 versi Mantra Maha Karuna Dharani dalam bahasa Sansekerta...
Versi 1
Namo Ratna Trayaya.
Namah Arya Avalokitesvaraya
Bodhisattvaya Mahasattvaya Mahakarunikaya
Sarva Bandhana Chedana Karaya .
Sarva Bhava Samudram Sosana Karana.
Sarva Vyadhi Prasamana Karaya.
Sarva Mrtyu Upa-Drava Viansana Karana .
Sarva Bhaye Su Trana Karaya.
Tasmat Namas – Krtva Idam
Arya Avalokitesvara Bhastinam Nilakantha
Pi Nama Hrdayam Avarta Isyami
Sarvartha-sadhanam Subham Ajeyam
Sarva Bhutanam Bhava Marga Visuddhakam
Tadyatha, Om Aloke Aloka-mati Lokati Krante.
He Hare Arya Avalokitesvara
Maha bodhisattva , He Boddhisattva , He
Maha bodhisattva , He Virya Bodhisattva
He Mahakarunika Smara Hradayam.
Hi Hi , Hare Arya Avalokitesvara Mahesvara Parama
Maitra-Citta Mahakarunika.
Kuru Kuru Karman
Sadhaya Sadhaya Vidyam.
Ni Hi , Ni Hi Varnam Kamam-Game .
Vitta-Kama Vigama.
Siddha Yogesvara .
Dhuru Dhuru Viryanti, Maha Viryanti .
Dhara Dhara Dharendresvara.
Cala Cala Vimala Amala Murte
Arya Avalokitesvara Jina Krsna Jata-Makuta
Valam Ma Pra-Lamba Maha Siddha
Vidya dhara.
Vara Vara Maha Vara .
Bala Bala Maha Bala.
Cala Cala Maha Cala
Krsna-Varna Nigha Krsna – Paksa Nirghatana.
He Padma-Hasta Cara Cara Desa
Caresvara Krsna –Sarpa Krta Yajnopavita
Ehyehi Maha Varaha-Mukha,Tripura-Dahanesvara
Narayana Va Rupa Vara Marga Ari .
He Nilakantha , He Mahakara ,
Hala hala Visa Nir-jita Lokasya.
Raga Visa Vinasana.
Dvesa Visa Vinasana.
Moha Visa Vinasana
Huru Huru Mala, Huru Huru Hare, Maha Padmanabha
Sara Sara , Sri Sri , Suru Suru, Bhu ruc Bhu ruc
Buddhiya Buddhiya , Boddhaya Boddhaya
Maitri Nilakantha Ehyehi Vama
Shitha Simha-Mukha Hasa Hasa,
Munca Munca Mahattahasam Ehiyehi Pa
Maha Siddha Yogesvara
Bhana Bhana Vaco
Sadhaya Sadhaya Vidyam.
Smara Smaratam Bhagavantam Lokita
Vilokitam Lokesvaram Tathagatam Dadahi
Me Drasana Kamasya Darsanam
Pra-Hiadaya Mana Svaha.
Siddhaya Svaha.
Maha Siddhaya Svaha
Siddha Yogesvaraya Svaha
Nilakanthaya Svaha
Varaha-Mukhaya Svaha
Maha-dara Simha-Mukhaya Svaha
Siddha Vidyadharaya Svaha
Padma-Hastaya Svaha
Krsna-Sarpa Krta Yajnopavitaya Svaha
Maha Lakutadaharaya Svaha
Cakrayuddhaya Svaha
Sankha-Sabdani Bodhanaya Svaha
Vama Skandhadesa Shitha Krsnajinaya Svaha
Vyaghra-Carma Nivasanaya Svaha
Lokesvaraya Svaha
Sarva Siddhesvaraya Svaha
Namo Bhagavate Arya Avalokitesvaraya Bodhisattvaya
Maha Sattvaya Mahakarunikaya
Sidhyanthu Me Mantra-Padaya Svaha
Versi 2
Namo ratna-trayāya
Namo āriyā-valokite-śvarāya
Bodhi-sattvāya, Maha-sattvāya, Mahā-kārunikāya
Om sarva-raviye sudhanadasya
Namo skritvā imam āryā-valokite-śvara ramdhava
Namo narakindi hrih Mahā-vat-svāme
Sarva-arthato-śubham ajeyam
Sarva-sat Namo-vasat Namo-vāka mavitāto
Tadyathā
Om avaloki-lokate-krate-e-hrih Mahā-bodhisattva
Sarva sarva, Mala mala
Mahi Mahi ridayam, Kuru kuru karmam
Dhuru dhuru, vijayate Mahā-vijayati
Dhara dhara dhrini śvarāya
Cala cala mama vimala muktele
Ehi ehi śina śina ārsam prasari
viśva viśvam prasaya
Hulu hulu mara, Hulu hulu hrih
Sara sara siri siri suru suru
Bodhiya Bodhiya Bodhaya Bodhaya
Maitreya narakindi dhrish-nina bhayamana svāhā
Siddhāya svāhā
Maha siddhāya svāhā
Siddha-yoge-śvaraya svāhā
Narakindi svāhā, Māranara svāhā
śira simha-mukhāya svāhā
Sarva mahā-asiddhaya svāhā
Cakra-asiddhāya svāhā
Padma-kastāya svāhā
Narakindi-vagalāya svaha
Mavari-śankharāya svāhā
Namo ratna-trāyāya
Namo āryā-valokite-śvaraya svāhā
Om Sidhyantu mantra padāya svāhā
Versi 3
Namo Ratna Trayaya. Namo Arya Jyana
Sagara Vairochana
Vyuha Rajaya Tathagataya
Arhate. Samyak Sambuddhaya
Namah Sarva Tathagatebyah
Arhatebyah. Samyak Sambuddhe Byah
Namo Arya Avalokite Svaraya
Boddhisattvaya, Mahasattvaya, Mahakarunikaya
Tadyatha Om Dhara Dhara
Dhiri Dhiri Dhuru Dhuru
Iti Vaitte Chale Chale Pra Chale Pra Chale
Kusume Kusuma Vare, Ili Mili Chitiwala mapanaya Svaha
Trus yang ini mantra Maha Karuna Dharani dalam berbagai bahasa dari yang versi nomor 2......
Sanskrit
Namo ratna-trayāya
Namo āriyā-valokite-śvarāya
Bodhi-sattvāya, Maha-sattvāya, Mahā-kārunikāya
Om sarva-raviye sudhanadasya
Namo skritvā imam āryā-valokite-śvara ramdhava
Namo narakindi hrih Mahā-vat-svāme
Sarva-arthato-śubham ajeyam
Sarva-sat Namo-vasat Namo-vāka mavitāto
Tadyathā
Om avaloki-lokate-krate-e-hrih Mahā-bodhisattva
Sarva sarva, Mala mala
Mahi Mahi ridayam, Kuru kuru karmam
Dhuru dhuru, vijayate Mahā-vijayati
Dhara dhara dhrini śvarāya
Cala cala mama vimala muktele
Ehi ehi śina śina ārsam prasari
viśva viśvam prasaya
Hulu hulu mara, Hulu hulu hrih
Sara sara siri siri suru suru
Bodhiya Bodhiya Bodhaya Bodhaya
Maitreya narakindi dhrish-nina bhayamana svāhā
Siddhāya svāhā
Maha siddhāya svāhā
Siddha-yoge-śvaraya svāhā
Narakindi svāhā, Māranara svāhā
śira simha-mukhāya svāhā
Sarva mahā-asiddhaya svāhā
Cakra-asiddhāya svāhā
Padma-kastāya svāhā
Narakindi-vagalāya svaha
Mavari-śankharāya svāhā
Namo ratna-trāyāya
Namo āryā-valokite-śvaraya svāhā
Om Sidhyantu mantra padāya svāhā
Mandarin
Na Mo He Lai Da Na Duo Lai Ya Ye
Na Mo O Li Ye Po Lu Ji Di Shuo Bo La Ye
Pu Ti Sa Duo Po Ye, Mo Ho Sa Duo Po Ye, Mo Ho Cia Lu Ni Cia Ye
An, Sa Pan La Fa Ye Shuo Da No Da Xie
Na Mo Xi Ji Li Duo Yi Mong O Li Ye Po Lu Ji Di She Fo La Leng Tuo Po
Na Mo Nuo Lai Jin Chi Xi Li Mo Ho Pan Duo Sha Mie
Sa Po O Duo Duo Su Peng O Shu Yen
Sa Po Sa Duo Na Mo Po Sa Duo Na Mo Po Chie Mo Fa De Dou
Dan Chi Duo
An O Po Lu Xi Lu Jai Di Jia Luo Di Yi Si Li, Mo He Pu Ti Sa Duo
Sa Po Sa Po Mo Nai Mo Nai
Mo Xi Mo Xi Li Duo Yun, Ji Lu Ji Lu Jie Mong
Du Lu Du Lu Fa She Ye Di, Mo Ho Fa She Ye Di
Tuo Nai Tuo Nai Di Li Ni Shi Fu Nai Ye
Che Nai Che Nai Mo Mo Fa Mo Nai Mo Di Li
Yi Ser Yi Ser Shi Nuo Shi Nuo O Lai Shen Fo Lai She Li
Fa Sha Fa Shen Fo Lai She Ye
Hu Lu Hu Lu Mo Nai, Hu Lu Hu Lu Xi Li
So Nai So Nai, Si Li Si Li, Su Lu Su Lu
Pu Ti Ye Pu Ti Ye, Pu Duo Ye Pu Duo Ye
Mi Di Li Ye No Lai Jin Chi Di Li Se Ni Nuo Po Ye Mo No Sa Po Ho
Xi Duo Ye Sa Po Ho
Mo Ho Si Duo Ye Sa Po Ho
Xi Duo Yu Yi Shi Pan Na Ye Sa Po Ho
No Lai Jin Chi Sa Po Ho, Mo Lai No Lai Sa Po Ho
Xi Nai Seng O Mo Qie Ye Sa Po Ho
Suo Po Mo He O Xi Duo Ye Sa Po Ho
Je Ji Lai O Xi Duo Ye Sa Po Ho
Bo Duo Mo Jie Xi Duo Ye Sa Po Ho
Nuo Lai Jin Che Pan Chi Lai Ye Sa Po Ho
Mo Po Li Sheng Ji Lai Ye Sa Po Ho
Na Mo He Lai Da Na Duo Lai Ya Ye
Na Mo O Li Ye Po Lu Ji Di Shuo Bo Lai Ye So Po Ho
An, Xi Dian Dou Man Duo La Ba Duo Ye Sa Po Ho
Japanese
Namu Ka Ra Tan No To Ra Ya Ya
Namu Oriya Bo Ryo Ki Chi Shi Fu Ra Ya
Fu Ji Sa To Bo Ya, Mo Ko Sa To Bo Ya, Mo Ko Kya Ru Ni Kya Ya
En Sa Ha Ra Ha Ei Shu Ta No Ton Sha
Namu Shi Ki Ri To I Mo Oriya Bo Ryo Ki Chi Shi Fu Ra Rin To Bo
Namu No Ra Kin Ji Ki Ri Mo Ko Ho Do Sha Mi
Sa Bo O To Jo Shu Ben O Shu In
Sa Bo Sa To No Mo Bo Gya Mo Ha De Cho
To Ji To
En O Bo Ryo Ki Ryo Gya Chi Kya Rya Chi I Ki Ri Mo Ko Fu Ji Sa To
Sa Bo Sa Bo, Mo Ra Mo Ra
Mo Ki Mo Ki Ri To In, Ku Ryo Ku Ryo Ke Mo
To Ryo To Ryo Ho Ja Ya Chi Mo Ko Ho Ja Ya Chi
To Ra To Ra Chi Ri Ni Shi Fu Ra Ya
Sha Ro Sha Ro Mo Mo Ha Mo Ra Ho Chi Ri
I Ki I Ki Shi No Shi No O Ra San Fu Ra Sha Ri
Ha Za Ha Za Fu Ra Sha Ya
Ku Ryo Ku Ryo Mo Ra, Ku Ryo Ku Ryo Ki Ri
Sha Ro Sha Ro Shi Ri Shi Ri Su Ryo Su Ryo
Fu Ji Ya Fu Ji Ya Fu Do Ya Fu Do Ya
Mi Chi Ri Ya No Ra Kin Ji Chi Ri Shu Ni No Ho Ya Mo No So Mo Ko
Shi Do Ya So Mo Ko
Mo Ko Shi Do Ya So Mo Ko
Shi Do Yu Ki Shi Fu Ra Ya So Mo Ko
No Ra Kin Ji So Mo Ko, Mo Ra No Ra So Mo Ko
Shi Ra Sun O Mo Gya Ya So Mo Ko
So Bo Mo Ko O Shi Do Ya So Mo Ko
Sha Ki Ra O Shi Do Ya So Mo Ko
Ho Do Mo Gya Shi Do Ya So Mo Ko
No Ra Kin Ji Ha Gya Ra Ya So Mo Ko
Mo Ho Ri Shin Gya Ra Ya So Mo Ko
Namu Ka Ra Tan No To Ra Ya Ya
Namu Oriya Bo Ryo Ki Chi Shi Fu Ra Ya So Mo Ko
En Shi Te Do Mo Do Ra Ho Do Ya So Mo Ko
Korean
Na-Mo-Ra Da-Na Da-Ra Ya-Ya
Na-Mak Ar-Ya Ba-Ro-Gi-Je Sae-Ba-Ra-Ya
Mo-Ji Sa-Da-Ba-Ya, Ma-Ha Sa-Da-Ba-Ya, Ma-Ha Ga-Ro-Ni-Ga-Ya
Om Sal-Ba-Ba-Ye Su Da-Ra-Na Ga-Ra-Ya Da-Sa-Myong
Na-Mak-Ka-Ri-Da-Ba I-Mam Ar-Ya Ba-Ro-Gi-Je Sae-Ba-Ra Da-Ba I-Ra-Gan-Ta
Na-Mak Ha-Ri-Na-Ya Ma-Bal-Ta I-Sa-Mi
Sal-Bal-Ta Sa-Da-Nam Su-Ban A-Ye-Yom
Sal-Ba Bo-Da-Nam Ba-Ba-Mar-A Nii-Su-Da-Gam
Da-Nya-Ta
Om A-Ro-Gye A-Ro-Ga Ma-Ji-Ro-Ga Ji-Ga-Ran-Je Hye-Hye-Ha-Rye Ma-Ha Mo-Ji Sa-Da-Ba
Sa-Ma-Ra Sa-Ma-Ra Ha-Ri-Na-Ya
Gu-Ro-Gu-Ro Gal-Ma Sa-Da-Ya Sa-Da-Ya
Do-Ro-Do-Ro Mi-Yon-Je Ma-Ha Mi-Yon-Je
Da-Ra Da-Ra Da-Rin Na-Rye Sae-Ba-Ra
Ja-Ra-Ja-Ra Ma-Ra-Mi-Ma-Ra A-Ma-Ra Mol-Che-Ye
Hye-Hye Ro-Gye Sae-Ba-Ra Ra-A Mi-Sa-Mi Na-Sa-Ya
Na-Bye Sa-Mi Sa-Mi Na-Sa-Ya
Mo-Ha Ja-Ra Mi-Sa-Mi Na-Sa-Ya
Ho-Ro-Ho-Ro Ma-Ra-Ho-Ro Ha-Rye Ba Na-Ma-Na-Ba
Sa-Ra Sa-Ra Shi-Ri Shi-Ri So-Ro So-Ro
Mot-Cha Mot-Cha, Mo-Da-Ya Mo-Da-Ya
Mae-Da-Ri-Ya Ni-Ra-Gan-Ta Ga-Ma-Sa Nal-Sa-Nam Ba-Ra-Ha-Ra-Na-Ya Ma-Nak-Sa-Ba-Ha
Shit-Ta-Ya Sa-Ba-Ha
Ma-Ha-Shit-Ta-Ya Sa-Ba-Ha
Shit-Ta-Yu-Ye Sae-Ba-Ra-Ya Sa-Ba-Ha
Ni-Ra-Gan-Ta-Ya Sa-Ba-Ha
Ba-Ra-Ha Mok-Ka Shing-Ha Mok-Ka-Ya Sa-Ba-Ha
Ba-Na-Ma Ha-Ta-Ya Sa-Ba-Ha
Ja-Ga-Ra Yok-Ta-Ya Sa-Ba-Ha
Sang-Ka Som-Na-Nye Mo-Da-Na-Ya Sa-Ba-Ha
Ma-Ha-Ra Gu-Ta Da-Ra-Ya Sa-Ba-Ha
Ba-Ma-Sa Gan-Ta I-Sa-Shi Che-Da Ga-Rin-Na I-Na-Ya Sa-Ba-Ha
Mya-Ga-Ra Jal-Ma Ni-Ba Sa-Na-Ya Sa-Ba-Ha
Na-Mo-Ra Da-Na-Da-Ra Ya-Ya
Na-Mak Ar-Ya Ba-Ro Gi-Je Sae-Ba-Ra-Ya Sa-Ba-Ha
Vietnamese
Nam Mô Hắc Ra Đát Na Đá Ra Dạ Da
Nam Mô A Rị Da Bà Lô Yết Đế Thước Bát Ra Da
Bồ Đề Tát Đỏa Bà Da, Ma Ha Tát Đỏa Bà Da, Ma Ha Ca Lô Ni Ca Da
Án Tát Bàn Ra Phạt Duệ Số Đát Na Đát Tỏa
Nam Mô Tất Kiết Lật Đỏa Y Mông A Rị Da Bà Lô Kiết Đế Thất Phật Ra Lăng Đà Bà
Nam Mô Na Ra Cẩn Trì Hê Rị Ma Ha Bàn Đa Sa Mế
Tát Bà A Tha Đậu Du Bằng A Thệ Dựng
Tát Bà Tát Đa, Na Ma Bà Dà, Ma Phạt Đạt Đậu
Đát Điệt Tha
Án. A Bà Lô Hê Lô Ca Đế Ca Ra Đế Di Hê Rị, Ma Ha Bồ Đề Tát Đỏa
Tát Bà Tát Bà, Ma Ra Ma Ra
Ma Hê Ma Hê Rị Đà Dựng, Cu Lô Cu Lô Yết Mông
Độ Lô Đồ Lô Phạt Xà Da Đế, Ma Ha Phạt Xà Da Đế
Đà Ra Đà Ra, Địa Rị Ni, Thất Phật Ra Da
Giá Ra Giá Ra Mạ Mạ Phạt Ma Ra, Mục Đế Lệ
Y Hê Di Hê, Thất Na Thất Na A Ra Sâm Phật Ra Xá Lợi
Phạt Sa Phạt Sâm, Phật Ra Xá Da
Hô Lô Hô Lô Ma Ra, Hô Lô Hô Lô Hê Rị
Ta Ra Ta Ra, Tất Rị Tất Rị, Tô Rô Tô Rô
Bồ Đề Dạ Bồ Đề Dạ, Bồ Đà Dạ Bồ Đà Dạ
Di Đế Rị Dạ, Na Ra Cẩn Trì, Địa Rị Sắc Ni Na Bà Dạ Ma Na Ta Bà Ha
Tất Đà Dạ Ta Bà Ha
Ma Ha Tất Đà Dạ Ta Bà Ha
Tất Đà Dũ Nghệ Thất Bàn Ra Dạ Ta Bà Ha
Na Ra Cẩn Trì Ta Bà Ha, Ma Ra Na Ra Ta Bà Ha
Tất Ra Tăng A Mục Khê Da Ta Bà Ha
Ta Bà Ma Ha A Tất Đà Dạ Ta Bà Ha
Giả Kiết Ra A Tất Đà Dạ Ta Bà Ha
Ba Đà Ma Kiết Tất Đà Dạ Ta Bà Ha
Na Ra Cẩn Trì Bàn Đà Ra Dạ Ta Bà Ha
Ma Bà Rị Thắng Yết Ra Dạ Ta Bà Ha
Nam Mô Hắc Ra Đát Na Đa Ra Dạ Da
Nam Mô A Rị Da Bà Lô Kiết Đế Thước Bàn Ra Dạ Ta Bà Ha
Án. Tất Điện Đô Mạn Đà Ra Bạt Đà Gia Ta Bà Ha.
Hanzi / Kanji
南無喝囉怛那。哆囉夜耶。
南無阿唎耶。婆盧羯帝。爍缽囉耶。
菩提薩埵婆耶。摩訶薩埵婆耶。摩訶迦盧尼迦耶。
唵。薩皤囉罰曳。數怛那怛寫
南無悉吉栗埵。伊蒙阿唎耶。婆盧吉帝。室佛囉楞馱婆。
南無那囉謹墀。醯唎摩訶。皤哆沙咩。
薩婆阿他。豆輸朋。阿逝孕。
薩婆薩哆。那摩婆薩多。那摩婆伽摩罰特豆。
怛姪他。
唵。阿婆盧醯。盧迦帝。迦羅帝。夷醯唎。摩訶菩提薩埵。
薩婆薩婆。摩囉摩囉。
摩醯摩醯唎馱孕。俱盧俱盧羯蒙。
度盧度盧。罰闍耶帝。摩訶罰闍耶帝。
陀囉陀囉。地唎尼。室佛囉耶。
遮囉遮囉。麼麼罰摩囉。穆帝隸。
伊醯伊醯。室那室那。阿囉參。佛囉舍利。
罰沙罰參。佛囉舍耶。
呼盧呼盧摩囉。呼盧呼盧醯利。
娑囉娑囉。悉唎悉唎。蘇嚧蘇嚧。
菩提夜。菩提夜。菩馱夜。菩馱夜。
彌帝唎夜。那囉謹墀。地利瑟尼那。婆夜摩那。娑婆訶。
悉陀夜。娑婆訶。
摩訶悉陀夜。娑婆訶。
悉陀喻藝。室皤囉夜。娑婆訶。
那囉謹墀。娑婆訶。摩囉那囉。娑婆訶。
悉囉僧阿穆佉耶。娑婆訶。
娑婆摩訶阿悉陀夜。娑婆訶。
者吉囉阿悉陀夜。娑婆訶。
波陀摩羯悉哆夜。娑婆訶。
那囉謹墀。皤伽囉耶。娑婆訶。
摩婆利勝羯囉夜。娑婆訶。
南無喝囉怛那哆囉夜耶。
南無阿利耶。婆羅吉帝。爍皤囉夜。娑婆訶。
唵。悉殿都。漫多囉。跋陀耶。娑婆訶。
English (Translation)
Adoration of the triple Gem.
Adoration to the noble Lord who looks down,
The enlightened sentient being, the great being, the merciful one!
Oneness with all saints and their righteous doctrine
After the adoration to that noble Avalokiteśvarā of the Mercy Land
I Offer my respectful obeisances to the virtuous supreme lord who emits great brilliance light
All sentient beings are without attachment and in undefeatable purity in all things.
Adoration to the joyful being, adoration to the joyful virgin who served by all heavenly beings.
Like this:
Oneness (Om) with/adoration to the seer (avalokite) of the world whose compassionate heart.
The great sentient enlightened being.
All, all, are garland (immaculate), garland (immaculate)
Great liberated heart, accomplish, accomplish the Karma
Liberate, liberate; the victorious one, the great victorious one
Hold on, hold on the brave freedom
Lead, lead to my immaculate liberation
Come, come; Fulfil the pledge, the pledge; the admantine king of awakening.
Who rules, rules the peace.
Purify, purify personification of delusions, purify, purify the heart
Firm, firm ; brave, brave ; wonder form, wonder form.
Enlightenment, enlightenment, the enlightened one, the enlightened one.
The benevolent, virtuous one, success in power and fame.
Success in benevolence.
Success in great benevolence.
Success in achieving freedom through union
Success in virtures, Success in immaculate joy
Incomparable success in ultima convincing speech
Incomparable success in all profound meaning.
Incomparable success in turning the wheel.
Success in the red lotus deed.
Success in becoming a virtuous Blessed one.
Success in own prestige nature
Refuge in the Triple Gem.
Take refuge in the success of noble Avalokiteśvarā
Oneness (Om) with the success of achieving these invocation verses!
Indonesian (Translation)
Aku berlindung kepada Tri-Ratna
Aku berlindung kepada yang melihat dunia dengan welas asih
Di dalam makhluk agung yang telah mencapai penerangan, di dalam yang penuh Welas Asih dan Kasih Sayang
Om di dalam perlindungan yang tidak merasa takut dan gentar
Semoga aku dapat berlidung di dalam Yang Maha Esa
Aku berlindung kepada-Mu, di dalam kewelas-asihan
Yang penuh dengan pergertian dari semua cara dan jalan,
Yang Suci yang membuat semua makhluk berupaya dan menyucikan semua alam kehidupan
Kepada-Nya:
Om Yang Maha Esa, Yang Transcenden di dunia
Oh, Hari makhluk agung yang terang!
Semuanya semuanya dari lingkaran bunga
Inti dari dunia! Buatlah sukses! Sukses!
Pekik kemenangan yang sukses! Maha besar! Pekik kemenangan!
Berdirilah! Berdirilah dengan tegak! Oh indra!
Bergeraklah! Bergeraklah! Bebaskan saya dari gangguan pikiran!
Datanglah! Datanglah! Dengarlah! Dengarlah!
Sukacita yang timbul, Berbicaralah! Berbicaralah!
Berilah seruan!
Suara-suara untuk permohonan di dalam doa
Bangkit! Bangkit!
Oh! Yang penuh dengan kasih! Dia yang patut didombakan
Kepada yang tak gentar, Svaha!
Kepada yang penuh kekuatan, Svaha!
Kepada yang penuh kekuatan maha besar, Svaha!
Kepada yang penuh kekuatan dari kesatuan, Svaha!
Kepada yang agung, Svaha!
Kepada yang kelihatan berwajah seram, Svaha!
Kepada yang berwajah singa, Svaha!
Kepada semua yang memiliki kekuatan besar, Svaha!
Kepada yang memiliki kekuatan Chakra, Svaha!
Kepada yang memegang teratai, Svaha!
Kepada yang agung, Svaha!
Kepada Yang Maha Esa dan yang memberkati, Svaha!
Aku berlindung kepada TriRatna
Aku berlindung kepada Yang Maha Esa, Svaha!
Om, semoga hasil dari mantra ini terlaksana.
membaca Mantra Ta Pei Chou, minimal 1000 kali, baru akan membawa hasil.
10 manfaat dari membaca Ta Pei Cou (Maha Karuna Dharani):
1. Dapat membuat hati kita lebih damai dan pikiran lebih jernih & terang.
Contohnya bila hati kita sedang gundah/gelisah karena tidak dapat memecahkan masalah, bacalah Ta Pei Cou dengan penuh keyakinan & ketulusan. Cobalah dan rasakan setelah pembacaan Ta Pei Cou hati kita menjadi lebih tenang dan kita akan lebih mudah menyelesaikan masalah yg kita hadapi.
2. Dapat menghilangkan segala penyakit batin.
Contohnya bila hati kita sering iri hati, serakah,terkena guna2,dsb, bacalah Ta Pei Cou dengan tulus secara terus menerus serta melimpahkannya kepada semua makhluk, maka perlahan-lahan pikiran2 buruk kita akan berubah (iri hati menjadi simpati, serakah menjadi gemar beramal) dan kita bisa sembuh dari guna2.
3. Membuat kita lebih panjang umur.
Contohnya bila kita percaya dan penuh keyakinan selalu membaca Ta Pei Cou, maka jiwa, pikiran dan hidup kita menjadi lebih tenang sehingga akhirnya kitapun hidup lebih panjang umur.
4. Wajah kita selalu memancarkan kebahagiaan sehingga rejeki lebih lancar.
Contohnya jika rajin membaca Ta Pei Cou maka kebahagiaan akan selalu menyertai kita dan pancaran wajah kita akan berseri-seri. Misalnya anda punya toko. Jika anda membuka toko dengan wajah berseri-seri, maka pelanggan/pembeli yg anda temui akan menyukai, percaya dan merasa nyaman berbelanja di tempat anda sehingga akhirnya rejeki yg datang pada diri anda menjadi lebih lancar.
5. Dapat mengurangi karma buruk yg kita perbuat di masa lampau.
Contohnya di kehidupan lampau kita sering mencuri barang milik orang lain sehingga mengakibatkan kita hidup miskin & susah. Untuk mengurangi karma buruk kita tsb, selain rajin berdana, perbanyaklah membaca Ta Pei Cou sehingga lambat laun karma buruk kita berkurang dan keberuntungan menyertai kita.
6. Dapat mengurangi hambatan.
Contohnya sewaktu kecil kita seing menyakiti/membunuh binatang karena ketidaktahuan sehingga setelah dewasa seringkali banyak hambatan dlm hidup kita. Jika tekun membaca Ta Pei Cou dengan tulus maka segala hambatan satu per satu akan sirna/berlalu dari kehidupan kita.
7. Dapat membuka Prajna (kebijaksanaan) untuk lebih mengerti Dharma.
Contohnya bila daya ingat kita kurang atau sulit untuk menghafal suatu pelajaran maka dengan membaca Ta Pei Cou daya ingatan kita akan menjadi lebih kuat sehingga tidak akan kesulitan untuk mengingat/menghafal.
8. Dapat menimbulkan Bodhicitta sehingga keyakinan kita terhadap Triratna akan menjadi lebih kokoh.
Contohnya bila kita mengalami banyak masalah dan kehilangan kepercayaan diri serta lari dari keyakinan kita maka kita akan mudah terbujuk rayuan dan akhirnya meragukan Dharma. Jika rajin membaca Ta Pei Cou maka masalah sebesar apapun tidak akan mampu menerobos benteng pertahanan keyakinan kita.
9. Dapat terhindar dari rasa ketakutan yg berlebihan dan terhindar dari segala bencana yg akan menimpa.
Contohnya jika kita takut akan kegagalan hidup, dengan membaca Ta Pei Cou kerisauan kita akan suatu masalah yg belum kita hadapi akan hilang. Jika mengalami suatu musibah/bencana (kebakaran, banjir,dll) maka kita akan terhindar dari bencana kemalangan tersebut.
10. Setelah meninggal dunia akan dijemput oleh para Buddha dan Bodhisattva ke surga (tanah suci).
Tambahan:
Dengan banyak membaca Ta Pei Cou, di atas kepala kita akan ada Dewa Pelindung (Kui Jin) yg akan melindungi kita dari segala macam mara bahaya dan kesulitan hidup. Pembacaan Ta Pei Cou disertai pemercikan air tirta akan membawa banyak manfaat bagi makhluk yg tak terlihat, terutama bagi makhluk2 yg ganas, dengan air tirta mereka tidak lagi menjadi ganas.
Bodhisattva Avalokitesvara (Kuan Yin Pu Sa) dengan tekad sucinya bersabda:
1. Kalau ada makhluk hidup yg selalu membaca "Maha Karuna Dharani", maka manfaat yg didapat akan terlahir di Surga Barat atau Surga Sukhavati.
2. Jika ada makhluk hidup dengan penuh ketulusan membaca "Maha Karuna Dharani" namun permintaannya tidak terpenuhi, maka Aku tidaklah dapat mencapai Samyak Sambodhi
3. Jika ada makhluk hidup dengan penuh ketulusan membaca "Maha Karuna Dharani" namun tidak bisa menghilangkan kekotoran batin, maka Aku tidaklah dapat mencapai Samyak Sambodhi.
pengalaman teman :
Mantra Ta Pei Cou bisa memusnahkan guna-guna/santet dll
Sy ada 1 pengalaman ttg guna2x/santet kira2x pd th 1993.
Teman cewek dr teman sy pernah diguna-guna/santet sampe gila sjk th 1988-1993 (+/- 5 th gila). Keluarganya sdh cari ke dukun/paranormal dllnya slm kurun waktu itu & tdk ada satupun yg bs menyembuhkan cewek itu.
Pd th 1993 teman sy mulai mendlmi Buddhisme, suatu hr di th 1993 dia mendengar ttg penjelasan kegunaan Ta Pei Cou, stlh itu dia membc Ta Pei Cou sebyk 49x dgn mengikat simpul mati pd benang 5 warna sebyk 49 simpul. Stlh itu benang 5 warna yg udah dibc Ta Pei Cou sebyk 49x dgn 49 simpul itu dikalungkan kpd teman ceweknya yg tlh gila 5 th itu, & keajaiban terjd, teman ceweknya sembuh dr gila pd keesokkan harinya.
Orangtua si cewek menanyakan kpdnya apa yg terjd, si cewek menjwb bhw dia spt terbw ke alam para jin dlm kurun waktu ttt, & scr tiba2x dia melht Kuan Im Phu Sa melayang diangkasa sambil memercikkan air suci kpdnya, akhirnya dia terlepas dari alam jin.
Dari pengalaman ini anda-anda bs melihat betapa dahsyatnya kekuatan Ta Pei Cou.
Perlu anda ketahui bhw kegunaan Ta Pei Cou itu byk sekali spt :
- menangkal guna-guna/santet, ilmu hitam
- menawarkan racun binatang (ular, lipan, dll)
- menambah rejeki, menolak bala
- mengharmoniskan keluarga yg suka ribut (pengasihan)
- dll ----> 1001 macam kegunaan
Ta Pei Cou ada 3 versi yaitu :
1. Versi Panjang, mungkin anda semua sdh tahu.
2. Versi Sedang, hanya ada di Tantrayana umum.
3. Versi Pendek, hanya ada di Tantra Satya Buddha.
Kekuatan Ta Pei Cou adlh tak terbatas, jika anda membc Ta Pei Cou utk memberkati sesuatu, misalnya air ataupun yg lainnya, mk kekuatan dr Ta Pei Cou akan "menempel" pd objek tersbt dlm kurun waktu yg lama sekali, selama objek tsb msh ada wujud.
Yg plg penting diingat adlh stp permohonan yg baik dan wajar dgn menggunakan kekuatan Ta Pei Cou pasti akan terkabul, krn penjaminnya adlh Kuan Im Phu Sak ber-Tangan&Mata 1000 dan Amitabha Buddha beserta 32 wujud manisfestasi dr Kuan Im Phu Sa.
Setiap pembaca Ta Pei Cou akan selalu dilindungi dan diberkati oleh 84 makhluk suci antara lain : Buddha, Bodhisattva, Pacceka Buddha, Arahat, Dewa Vajra, Dewa Brahma, Dewa-dewa lainnya serta 8 jenis makhluk pelindung (Thien Lung Pak Pu).
Semoga tulisan ini bermanfaat bg anda, dan semoga anda mempunyai keyakinan yg teguh thd Ta Pei Cou.
Labels:
Hantu,
Maha Karuna Dharani,
Mantra
Subscribe to:
Posts (Atom)
He answered, The religion that makes you have more compassion,more love,more kindness to other beings,less selfish,more forgiving,more peace with yourself,having less ego,more generous,is the best religion for you.
You can make your own call,best wishes top you.
There is so much hatred and anger in this world. People need to start realise that they need to train away their hatred and anger and that it only leads to destruction and nothing else. I wish all humanity could turn to Buddhism and we would all live in peace. The Abrahamic religions will never cause peace on earth. But Buddhism will.